Selasa, 02 Juni 2009
Yasser Araf Yang Saya Kenal
Wajah lain dari Presiden Palestina, Yasir Arafat :
YASSER ARAFAT YANG SAYA KENAL
Oleh : Zulharbi Salim
*Selalu menghadapi bahaya percobaan pembunuhan.
*Bekerja lebih dari 18 jam sehari.
*Senang musik klasik dan membaca buku sastra.
Tidak ada yang berobah!
Wajahnya semakin keras, jambangnya yang lebat dipotong pendek. Pandangannya jauh kedepan, penuh harapan. Kota Suci Baitulmaqdis terbayang di pelupuk matanya. Senyum selalu bergelut dibibirnya jika berjumpa dengan siapa saja, orang tua, anak-anak, remaja, wanita-wanita Palestina, Kepala Negara dan siapa saja yang ditemuinya.
Panggilan Saudara Presiden yang diberikan kepadanya sejak tahun 1988, juga tidak merobah wajahnya. Apalah artinya seorang Presiden yang negaranya masih dikuasai musuh dan dijajah. Kepe mimpinannya di pengasingan tetap memberikan semangat yang menggebu-gebu kepada pahlawan "INTIFADA", pahlawan "batu" di setiap jengkal wilayah Palestina. Wajahnya mengilhami semangat generasi baru Palestina.
Kemana saja pergi, tidak lupa memakai kafieh, igal buah zaitun dikepalanya, bersafari hijau dan pistol terselip dipinggangnya. Tidak peduli acara resmi atau acara biasa. Tidak suka kepada protokoler. Paling tidak suka pakai jas dan dasi. Siapa saja yang menegurnya dengan julukan "Abu Ammar" akan disalami dengan hangat, bahkan dirangkul dengan penuh rasa persahabatan.
Keberhasilannya dalam memimpin perjuangan bangsa dan rakyat Palestina, diakui lawan dan kawan. Sukses diplomasinya tidak kalah dengan darah para pahlawan, curahan air mata dan tetesan keringat setiap pejuang kemerdekaan Palestina.
8 tahun yang lalu, tepatnya pada tahun 1982, kendaraan berlapis baja Israel dengan bebas mundar-mandir di tengah-tengah kota Beirut. Dimana-mana tembakan-tembakan terdengar seperti gunung merapi memuntahkan laharnya. Keamanan tidak ada jaminan.
Yasir Arafat bertahan dan tetap bertahan. Ketika itu datanglah utusan Amerika, Philip Habib, seorang diplomat Amerika asal Libanon menyampaikan gagasannya supaya PLO dan Yasir Arafat menyingkir dulu dari Libanon, mengungsi demi keamanan. Baik untuk keselamatan rakyat Libanon sendiri, maupun keselamatan rakyat Palestina di wilayah pendudukan Israel. "Berjuang dipengasingan".
Sementara pertempuran-pertempuran berkobar di Libanon, baik antara kelompok partai Palangi dengan Druze, antara Israel dengan pasukan pembebasan Palestina, Yasir Arafat bersama dengan pasukannya menaiki Kapal Penumpang Yunani yang di charter dan berlayar ke Tunisia. Untuk menjaga keselamatan kapal penumpang tersebut Armada Amerika mengadakan pengawalan ketat disepanjang Laut Tengah. Di wilayah Gaza dan Tepi Barat rakyat Palestina mengadakan unjuk rasa, memprotes pengusiran pemimpinnya dari Libanon.
Bentrokan-bentrokan bersenjata tidak dapat dielakkan dengan pihak Israel, sehingga korban berjatuhan. Darah merah tertumpah melepas kepergian Yasir Afarat kepengasingan.
Sesaat Yasir Arafat menaiki tangga Kapal, seorang wartawan bertanya, "Kemanakah anda akan pergi?" Arafat tersenyum dan menjawab singkat "ke Qudus". 8 tahun kemudian wartawan tersebut kembali berjumpa disuatu acara resmi di Aljazair, dan menyatakan tidakkah dulu saya katakan kepada anda bahwa saya pergi Qudus? Acara resmi itu adalah upacara pelantikannya menjadi Presiden Palestina di pengasingan yang ibukotanya adalah Baitul Maqdis.
Tampaknya bagi dia tidak ada waktu untuk mengenang. Seakan-akan dia enggan untuk berpisah dengan perjuangan, walaupun sedetik dari hayatnya. Seakan-akan dia berada di dalam kancah, kancah pertempuran sejak dari hamburan peluru panas, sampai kepada perintah melempari Israel dengan "batu" hingga menduduki jabatan Presiden Negara Palestina Merdeka.
Dalam masa perjuangan yang dilaluinya berkali-kali mengalami percobaan pembunuhan. Untuk sekian kalinya Tuhan Yang Maha Kuasa tetap melindunginya dan terhindar dari penculikan dan pembunuhan.
Dari Gaza, negeri leluhurnya belajar di Jerusalem, kemudian meneruskan pelajarannya di Faklutas Teknik, Universitas Cairo dantahun 1956 bergabung dengan pasukan sukarelawan Palestina. Setelah itu menetap di Kuwait. Tidak lama di Kuwait kembali ke Palestina dan mendirikan gerakan "Al-Fath" yang kemudian memimpin PLO.
Selama berada di luar negeri, Yasir Arafat memimpin perjuangan melawan Israel baik melalui perbatasan ataupun dengan bergerilya menyelusup kepedalaman wilayah Arab dengan berbagai "penyamaran" sehingga tidak seorangpun mengetahui siapa yang memimpin pertempuran melawan Israel. Gerilyawan-gerilyawan Palestina itu bersedia mati dan membentuk pasukan "berani mati". Yasir Arafat pula yang menjinakkan beberapa gerakan pejuang Palestina beraliran keras dan kiri, ketika Yasir Arafat melihat tidak ada kemungkinan lain untuk meneruskan perjuangan bersenjata.
Dengan kewibawaannya yang penuh dedikasi dia memimpin bangsa Palestina dengan membentuk Dewan Nasional Palestina yang terdiri dari tokoh-tokoh Palestina di pengasingan bahkan ada yang berada di wilayah pendudukan. Dewan Nasional ini merupakan forum resmi dan tertinggi Lembaga Kenegaraan Palestina. Segala keputusan politis dan administratif ditetapkan dalam Sidang Umum Dewan Nasional yang anggotanya dipilih oleh wakil-wakil rakyat Palestina. Dewan Nasional ini pulalah yang menetapkan kebijaksanaan bagi kelanjutan perjuangan bangsa Palestina. Dewan Nasional menetapkan secara aklamasi Yasir Arafat sebagai Presiden Palestina di pengasingan.
Salah seorang Kepala Negara Arab, memberikan sebuah pesawat khusus kepada Yasir Arafat untuk mengadakan perlawatan diplomasinya kenegara-negara manapun yang diinginkannya.
Tidak heran, apabila Yasir Arafat pagi hari berada di Tunis, siangnya di Riyadh dan sorenya di Baghdad.
WAWANCARA DI PESAWAT
Dalam perjalanan dengan pesawatnya ke Maroko, wartawan majalah "Asharq Al-Awsat" Edisi 207 tanggal 13 Juni 1990, terbit di London terlibat pembicaraan santai dengan Yasir Arafat, liputannya antara lain :
Tanya : Berapa kali anda mengalami percobaan pembunuhan dan kapan yang terakhir?
Jawab : Saya berkali-kali mengalami percobaan pembunuhan dan dengan berbagai cara sampai dengan mempergunakan pesawat tempur segala. Hal ini terjadi pada tahun 1982 ketika Israel melakukan penyerangan total diperkemahan Palestina di Libanon Selatan, dimana saya waktu itu berada disana.
Segala puji kepada Allah, jika Dia menginginkan saya sudah menjadi syuhada waktu itu, sampai saat ini Allah masih memberikan Rahmat-Nya sehingga saya dapat meneruskan perjuangan.
Usaha terakhir adalah ketika Israel melakukan serangan mendadak di kediaman saya di Markas Besar PLO di Hammam El-Shaat, Tunisia tahun 1986, dimana pesawat tempur Israel menghancurkan Kantor dan beberapa gedung lainnya.
Untungnya saya tidak berada di tempat kejadian, dan rahasia apakah yang terletak dibalik itu, Allah SWT Yang Maha Mengetahui.
Disini dapat kita ketahui, siapa sebenarnya yang menjadi teroris? apakah orang-orang Palestina ataukah Israel?
Saya bertanya-tanya dalam hati siapa sebenarnya yang pantas di-cap teroris? Apakah ini tidak teror terhadap PLO yang berjuang bagi kepentingan yang hak/sah, mempertahankan tempat yang layak bagi bangsa dan rakyat Palestina seperti hak-hak rakyat lain di dunia?
Tanya : Abu Ammar, anda hidup dalam situasi yang selalu menghadapi bahaya, apa rahasianya anda dapat lolos dari setiap percobaan pembunuhan, apakah ada penjagaan yang ketat?
Jawab : Percaya/beriman kepada Allah SWT secara mutlak, kemudian percaya kepada kepentingan rakyat Palestina, dan hak-hak suci mereka kemudian memang ada security khusus yang tidak perlu saya jelaskan kepada anda. Berfirman Allah SWT "Apabila telah datang ajal seseorang, sedetikpun tidak akan terlambat dan tidak pula lebih cepat".
Tanya : Adakah Yasir Arafat suatu ketika berfikir untuk pensiun?
Jawab : Sejak saya mengambil keputusan untuk berjihad, saya anggap diri saya sebagai mujahid di jalan Allah. Berjuang demi kepentingan tugas-tugas suci, tugas yang amat mulia dan sulit yaitu tugas bagi pembebasan Palestina, Qiblat pertama dan kota suci ketiga umat Islam, tanah tempat Nabi Muhammad Isra' dan Mi'raj dan tanah tumpah darah Isa Al-Masih.
Adapun keberadaan saya dalam konteks ini adalah sebagai pengemban amanat dan pelaksana demokrasi semata, sebagai Kepala Eksekutif yang telah dipilih Lembaga Tertinggi Dewan Nasional Palestina. Saya tidak dapat lari dari tanggung jawab yang telah dibebankan kepundak saya sebagai seorang Presiden, meskipun dalam pengasingan. Seandainya ada yang bersedia menggantikan saya, saya akan serahkan jabatan tersebut, tetapi tidak akan "pensiun".
Dalam perjuangan tidak ada kamus "pensiun".
Saya akan tetap berjuang, semua tahu bahwa saya tidak akan bersedia menjadi "tumbal" demokrasi. Saya akan beru saha mentrapkan demokrasi yang sesungguhnya, tetapi kami dihadapkan kepada demokrasi yang saya namakan dengan "demokrasi peluru".
Tanya : Apakah Presiden Yasir Arafat akan menulis buku kenangan-kenangan dan kapan akan diterbitkan?
Jawab : Tidak ada waktu yang terluang dalam perjuangan yang dapat saya pergunakan untuk mencatat setiap peristiwa yang saya alami, baik secara terbuka atau bukan. Saya bukanlah ahli sejarah dan bukan pula seorang penulis. Tetapi semua rakyat Palestina dan sejarah akan mencatat setiap perjuangan kami dan kapan akan diterbitkan adalah masalah lain. Terus terang saya sama sekali tidak mempunyai waktu.
Tanya : Buku apakah yang terakhir anda baca?
Jawab : Buku tentang perjuangan Simon Bolivar dan buku sastra.
Tanya : Berapa jam anda bekerja sehari?
Jawab : Saya bekerja rata-rata 18 jam sehari, kadang-kadang lebih dari itu. Saya sebenarnya mempunyai sedikit waktu untuk tidur. Sepanjang hari waktu saya pergunakan untuk memikirkan nasib rakyat saya di Palestina atau sesuatu mengenai "intifada".
BEROLAHRAGA SECARA TERATUR
Tanya : Apakah rahasianya Yasir Arafat dapat menjalankan tugas-tugas beratnya sehari-hari?
Jawab : Pertama, adalah memegang teguh amanat dan melaksanakannya dengan sebaik-baiknya. Kedua, saya "tidak merokok" dan minum minuman keras. Ketiga, saya berolahraga secara teratur. Tetapi itu hanyalah sampingan, kerja pokok saya adalah memimpin perjuangan. Saya sangat prihatin terhadap masa depan anak-anak Palestina yang mempunyai harapan besar bagi masa depannya. Anak-anak adalah pengemban rahasia semangat juang saya, sumber kekuatan. Tetapi juga sumber kelemahan saya, ketika saya menyaksikan anak-anak dan tubuh-tubuh mereka disayat-sayat penguasa Israel, saya menangis dan saya menjadi lemah.
Kemana saja bepergian bayangan mereka melintas dan disanalah sumber kekuatan saya untuk tidak tinggal diam. Perjuangan masih jauh dan belum selesai.
Saya bercita-cita dapat memberikan kepada mereka negara Palestina yang merdeka dan berdaulat.
Tanya : Kapankah Yasir Arafat pernah marah?
Jawab : Yang menimbulkan saya marah adalah berlanjutnya kekejaman Israel menentang hak-hak azasi rakyat Palestina.
Kekejaman, penindasan dan penjajahan merupakan momok yang tidak kunjung meredakan kemarahan. Karenanya saya akan terus meredam kemarahan saya dengan meningkatkan pergolakan di wilayah pendudukan dengan "Intifada".
Tanya : Apakah anda menyenangi musik? musik apa saja?
Jawab : Terus terang. Saya tidak mempunyai waktu untuk menghayati musik, pada hal saya senang musik, terutama musik klasik. Dan perlu. Saya juga senang musik-musik Arab yang sentimentil. Saya mendengar musik lewat radio dicelah-celah kesibukan.
Tanya : Presiden Yasir Arafat, anda dapat bekerja dimana saja, termasuk di atas pesawat khusus ini? kapan pesawat ini dapat landing dan dimana saja yang anda inginkan?
Jawab : Dalam waktu dekat, apabila dikehendaki Tuhan saya akan pergi ke Baitulmaqdis, Ibukota Negara Palestina.
Tanya : Apakah anda tidak takut mati atau akan diculik?
Jawab : Mati syahid akan menunggu! Itulah pilihan saya!
Tanya : Warna apa yang anda senangi?
Jawab : Putih, hijau, hitam dan merah. Apakah perlu saya jelaskan kepada anda bahwa warna tersebut adalah warna bendera Palestina? saya kira tidak perlu bukan?
Tanya : Kenapa anda tidak berumah tangga sampai sekarang?
Jawab : Karena saya takut akan merugikan seseorang dalam kehidupan saya, dan dia akan takut kehilangan saya. Hidup berumah tangga itu sulit dan tanggung jawabnya berat.
Apakah pertanyaan anda mengandung tawaran istimewa?
Ah tidak, saya hanya bergurau!!
Riyadh, 15 Juni 1990.
YASSER ARAFAT YANG SAYA KENAL
Oleh : Zulharbi Salim
*Selalu menghadapi bahaya percobaan pembunuhan.
*Bekerja lebih dari 18 jam sehari.
*Senang musik klasik dan membaca buku sastra.
Tidak ada yang berobah!
Wajahnya semakin keras, jambangnya yang lebat dipotong pendek. Pandangannya jauh kedepan, penuh harapan. Kota Suci Baitulmaqdis terbayang di pelupuk matanya. Senyum selalu bergelut dibibirnya jika berjumpa dengan siapa saja, orang tua, anak-anak, remaja, wanita-wanita Palestina, Kepala Negara dan siapa saja yang ditemuinya.
Panggilan Saudara Presiden yang diberikan kepadanya sejak tahun 1988, juga tidak merobah wajahnya. Apalah artinya seorang Presiden yang negaranya masih dikuasai musuh dan dijajah. Kepe mimpinannya di pengasingan tetap memberikan semangat yang menggebu-gebu kepada pahlawan "INTIFADA", pahlawan "batu" di setiap jengkal wilayah Palestina. Wajahnya mengilhami semangat generasi baru Palestina.
Kemana saja pergi, tidak lupa memakai kafieh, igal buah zaitun dikepalanya, bersafari hijau dan pistol terselip dipinggangnya. Tidak peduli acara resmi atau acara biasa. Tidak suka kepada protokoler. Paling tidak suka pakai jas dan dasi. Siapa saja yang menegurnya dengan julukan "Abu Ammar" akan disalami dengan hangat, bahkan dirangkul dengan penuh rasa persahabatan.
Keberhasilannya dalam memimpin perjuangan bangsa dan rakyat Palestina, diakui lawan dan kawan. Sukses diplomasinya tidak kalah dengan darah para pahlawan, curahan air mata dan tetesan keringat setiap pejuang kemerdekaan Palestina.
8 tahun yang lalu, tepatnya pada tahun 1982, kendaraan berlapis baja Israel dengan bebas mundar-mandir di tengah-tengah kota Beirut. Dimana-mana tembakan-tembakan terdengar seperti gunung merapi memuntahkan laharnya. Keamanan tidak ada jaminan.
Yasir Arafat bertahan dan tetap bertahan. Ketika itu datanglah utusan Amerika, Philip Habib, seorang diplomat Amerika asal Libanon menyampaikan gagasannya supaya PLO dan Yasir Arafat menyingkir dulu dari Libanon, mengungsi demi keamanan. Baik untuk keselamatan rakyat Libanon sendiri, maupun keselamatan rakyat Palestina di wilayah pendudukan Israel. "Berjuang dipengasingan".
Sementara pertempuran-pertempuran berkobar di Libanon, baik antara kelompok partai Palangi dengan Druze, antara Israel dengan pasukan pembebasan Palestina, Yasir Arafat bersama dengan pasukannya menaiki Kapal Penumpang Yunani yang di charter dan berlayar ke Tunisia. Untuk menjaga keselamatan kapal penumpang tersebut Armada Amerika mengadakan pengawalan ketat disepanjang Laut Tengah. Di wilayah Gaza dan Tepi Barat rakyat Palestina mengadakan unjuk rasa, memprotes pengusiran pemimpinnya dari Libanon.
Bentrokan-bentrokan bersenjata tidak dapat dielakkan dengan pihak Israel, sehingga korban berjatuhan. Darah merah tertumpah melepas kepergian Yasir Afarat kepengasingan.
Sesaat Yasir Arafat menaiki tangga Kapal, seorang wartawan bertanya, "Kemanakah anda akan pergi?" Arafat tersenyum dan menjawab singkat "ke Qudus". 8 tahun kemudian wartawan tersebut kembali berjumpa disuatu acara resmi di Aljazair, dan menyatakan tidakkah dulu saya katakan kepada anda bahwa saya pergi Qudus? Acara resmi itu adalah upacara pelantikannya menjadi Presiden Palestina di pengasingan yang ibukotanya adalah Baitul Maqdis.
Tampaknya bagi dia tidak ada waktu untuk mengenang. Seakan-akan dia enggan untuk berpisah dengan perjuangan, walaupun sedetik dari hayatnya. Seakan-akan dia berada di dalam kancah, kancah pertempuran sejak dari hamburan peluru panas, sampai kepada perintah melempari Israel dengan "batu" hingga menduduki jabatan Presiden Negara Palestina Merdeka.
Dalam masa perjuangan yang dilaluinya berkali-kali mengalami percobaan pembunuhan. Untuk sekian kalinya Tuhan Yang Maha Kuasa tetap melindunginya dan terhindar dari penculikan dan pembunuhan.
Dari Gaza, negeri leluhurnya belajar di Jerusalem, kemudian meneruskan pelajarannya di Faklutas Teknik, Universitas Cairo dantahun 1956 bergabung dengan pasukan sukarelawan Palestina. Setelah itu menetap di Kuwait. Tidak lama di Kuwait kembali ke Palestina dan mendirikan gerakan "Al-Fath" yang kemudian memimpin PLO.
Selama berada di luar negeri, Yasir Arafat memimpin perjuangan melawan Israel baik melalui perbatasan ataupun dengan bergerilya menyelusup kepedalaman wilayah Arab dengan berbagai "penyamaran" sehingga tidak seorangpun mengetahui siapa yang memimpin pertempuran melawan Israel. Gerilyawan-gerilyawan Palestina itu bersedia mati dan membentuk pasukan "berani mati". Yasir Arafat pula yang menjinakkan beberapa gerakan pejuang Palestina beraliran keras dan kiri, ketika Yasir Arafat melihat tidak ada kemungkinan lain untuk meneruskan perjuangan bersenjata.
Dengan kewibawaannya yang penuh dedikasi dia memimpin bangsa Palestina dengan membentuk Dewan Nasional Palestina yang terdiri dari tokoh-tokoh Palestina di pengasingan bahkan ada yang berada di wilayah pendudukan. Dewan Nasional ini merupakan forum resmi dan tertinggi Lembaga Kenegaraan Palestina. Segala keputusan politis dan administratif ditetapkan dalam Sidang Umum Dewan Nasional yang anggotanya dipilih oleh wakil-wakil rakyat Palestina. Dewan Nasional ini pulalah yang menetapkan kebijaksanaan bagi kelanjutan perjuangan bangsa Palestina. Dewan Nasional menetapkan secara aklamasi Yasir Arafat sebagai Presiden Palestina di pengasingan.
Salah seorang Kepala Negara Arab, memberikan sebuah pesawat khusus kepada Yasir Arafat untuk mengadakan perlawatan diplomasinya kenegara-negara manapun yang diinginkannya.
Tidak heran, apabila Yasir Arafat pagi hari berada di Tunis, siangnya di Riyadh dan sorenya di Baghdad.
WAWANCARA DI PESAWAT
Dalam perjalanan dengan pesawatnya ke Maroko, wartawan majalah "Asharq Al-Awsat" Edisi 207 tanggal 13 Juni 1990, terbit di London terlibat pembicaraan santai dengan Yasir Arafat, liputannya antara lain :
Tanya : Berapa kali anda mengalami percobaan pembunuhan dan kapan yang terakhir?
Jawab : Saya berkali-kali mengalami percobaan pembunuhan dan dengan berbagai cara sampai dengan mempergunakan pesawat tempur segala. Hal ini terjadi pada tahun 1982 ketika Israel melakukan penyerangan total diperkemahan Palestina di Libanon Selatan, dimana saya waktu itu berada disana.
Segala puji kepada Allah, jika Dia menginginkan saya sudah menjadi syuhada waktu itu, sampai saat ini Allah masih memberikan Rahmat-Nya sehingga saya dapat meneruskan perjuangan.
Usaha terakhir adalah ketika Israel melakukan serangan mendadak di kediaman saya di Markas Besar PLO di Hammam El-Shaat, Tunisia tahun 1986, dimana pesawat tempur Israel menghancurkan Kantor dan beberapa gedung lainnya.
Untungnya saya tidak berada di tempat kejadian, dan rahasia apakah yang terletak dibalik itu, Allah SWT Yang Maha Mengetahui.
Disini dapat kita ketahui, siapa sebenarnya yang menjadi teroris? apakah orang-orang Palestina ataukah Israel?
Saya bertanya-tanya dalam hati siapa sebenarnya yang pantas di-cap teroris? Apakah ini tidak teror terhadap PLO yang berjuang bagi kepentingan yang hak/sah, mempertahankan tempat yang layak bagi bangsa dan rakyat Palestina seperti hak-hak rakyat lain di dunia?
Tanya : Abu Ammar, anda hidup dalam situasi yang selalu menghadapi bahaya, apa rahasianya anda dapat lolos dari setiap percobaan pembunuhan, apakah ada penjagaan yang ketat?
Jawab : Percaya/beriman kepada Allah SWT secara mutlak, kemudian percaya kepada kepentingan rakyat Palestina, dan hak-hak suci mereka kemudian memang ada security khusus yang tidak perlu saya jelaskan kepada anda. Berfirman Allah SWT "Apabila telah datang ajal seseorang, sedetikpun tidak akan terlambat dan tidak pula lebih cepat".
Tanya : Adakah Yasir Arafat suatu ketika berfikir untuk pensiun?
Jawab : Sejak saya mengambil keputusan untuk berjihad, saya anggap diri saya sebagai mujahid di jalan Allah. Berjuang demi kepentingan tugas-tugas suci, tugas yang amat mulia dan sulit yaitu tugas bagi pembebasan Palestina, Qiblat pertama dan kota suci ketiga umat Islam, tanah tempat Nabi Muhammad Isra' dan Mi'raj dan tanah tumpah darah Isa Al-Masih.
Adapun keberadaan saya dalam konteks ini adalah sebagai pengemban amanat dan pelaksana demokrasi semata, sebagai Kepala Eksekutif yang telah dipilih Lembaga Tertinggi Dewan Nasional Palestina. Saya tidak dapat lari dari tanggung jawab yang telah dibebankan kepundak saya sebagai seorang Presiden, meskipun dalam pengasingan. Seandainya ada yang bersedia menggantikan saya, saya akan serahkan jabatan tersebut, tetapi tidak akan "pensiun".
Dalam perjuangan tidak ada kamus "pensiun".
Saya akan tetap berjuang, semua tahu bahwa saya tidak akan bersedia menjadi "tumbal" demokrasi. Saya akan beru saha mentrapkan demokrasi yang sesungguhnya, tetapi kami dihadapkan kepada demokrasi yang saya namakan dengan "demokrasi peluru".
Tanya : Apakah Presiden Yasir Arafat akan menulis buku kenangan-kenangan dan kapan akan diterbitkan?
Jawab : Tidak ada waktu yang terluang dalam perjuangan yang dapat saya pergunakan untuk mencatat setiap peristiwa yang saya alami, baik secara terbuka atau bukan. Saya bukanlah ahli sejarah dan bukan pula seorang penulis. Tetapi semua rakyat Palestina dan sejarah akan mencatat setiap perjuangan kami dan kapan akan diterbitkan adalah masalah lain. Terus terang saya sama sekali tidak mempunyai waktu.
Tanya : Buku apakah yang terakhir anda baca?
Jawab : Buku tentang perjuangan Simon Bolivar dan buku sastra.
Tanya : Berapa jam anda bekerja sehari?
Jawab : Saya bekerja rata-rata 18 jam sehari, kadang-kadang lebih dari itu. Saya sebenarnya mempunyai sedikit waktu untuk tidur. Sepanjang hari waktu saya pergunakan untuk memikirkan nasib rakyat saya di Palestina atau sesuatu mengenai "intifada".
BEROLAHRAGA SECARA TERATUR
Tanya : Apakah rahasianya Yasir Arafat dapat menjalankan tugas-tugas beratnya sehari-hari?
Jawab : Pertama, adalah memegang teguh amanat dan melaksanakannya dengan sebaik-baiknya. Kedua, saya "tidak merokok" dan minum minuman keras. Ketiga, saya berolahraga secara teratur. Tetapi itu hanyalah sampingan, kerja pokok saya adalah memimpin perjuangan. Saya sangat prihatin terhadap masa depan anak-anak Palestina yang mempunyai harapan besar bagi masa depannya. Anak-anak adalah pengemban rahasia semangat juang saya, sumber kekuatan. Tetapi juga sumber kelemahan saya, ketika saya menyaksikan anak-anak dan tubuh-tubuh mereka disayat-sayat penguasa Israel, saya menangis dan saya menjadi lemah.
Kemana saja bepergian bayangan mereka melintas dan disanalah sumber kekuatan saya untuk tidak tinggal diam. Perjuangan masih jauh dan belum selesai.
Saya bercita-cita dapat memberikan kepada mereka negara Palestina yang merdeka dan berdaulat.
Tanya : Kapankah Yasir Arafat pernah marah?
Jawab : Yang menimbulkan saya marah adalah berlanjutnya kekejaman Israel menentang hak-hak azasi rakyat Palestina.
Kekejaman, penindasan dan penjajahan merupakan momok yang tidak kunjung meredakan kemarahan. Karenanya saya akan terus meredam kemarahan saya dengan meningkatkan pergolakan di wilayah pendudukan dengan "Intifada".
Tanya : Apakah anda menyenangi musik? musik apa saja?
Jawab : Terus terang. Saya tidak mempunyai waktu untuk menghayati musik, pada hal saya senang musik, terutama musik klasik. Dan perlu. Saya juga senang musik-musik Arab yang sentimentil. Saya mendengar musik lewat radio dicelah-celah kesibukan.
Tanya : Presiden Yasir Arafat, anda dapat bekerja dimana saja, termasuk di atas pesawat khusus ini? kapan pesawat ini dapat landing dan dimana saja yang anda inginkan?
Jawab : Dalam waktu dekat, apabila dikehendaki Tuhan saya akan pergi ke Baitulmaqdis, Ibukota Negara Palestina.
Tanya : Apakah anda tidak takut mati atau akan diculik?
Jawab : Mati syahid akan menunggu! Itulah pilihan saya!
Tanya : Warna apa yang anda senangi?
Jawab : Putih, hijau, hitam dan merah. Apakah perlu saya jelaskan kepada anda bahwa warna tersebut adalah warna bendera Palestina? saya kira tidak perlu bukan?
Tanya : Kenapa anda tidak berumah tangga sampai sekarang?
Jawab : Karena saya takut akan merugikan seseorang dalam kehidupan saya, dan dia akan takut kehilangan saya. Hidup berumah tangga itu sulit dan tanggung jawabnya berat.
Apakah pertanyaan anda mengandung tawaran istimewa?
Ah tidak, saya hanya bergurau!!
Riyadh, 15 Juni 1990.
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar