Kamis, 04 Juni 2009
Jerusalem Yang Damai
JERUSALEM YANG DAMAI
Oleh : Zulharbi Salim
Nawaitu saya untuk sembahyang di Mesjid Al-Aqsa di Jerusalem (Al-Qudus), telah dikabulkan Allah Yang Maha Kuasa. Saya dapat mengikuti arus ummat Islam bersama Presiden Mohammad Anwar Sadat dari Mesir menuju mesjid suci yang ketiga itu, dipagi subuh hari Minggu 10 Zulhijjah 1397 H/20 Nopember 1977, dimana seluruh ummat Islam di delapan penjuru dunia berhari raya Idul Adha.
Sejenak saya tersentak dan bulu roma saya menggerinding dibuatnya, ketika kalimat Allahu Akbar berkumandang di seantero Mesjid Al-Aqsa yang serba luas itu. Hati siapa yang tidak tergugah, iman siapa yang tidak akan bertambah, jiwa siapa yang tidak bergetar, karena sudah 30 tahun lamanya antara Israel dan Arab terjadi peperangan satu sama lain. Sekarang secara mendadak muncullah seorang Kepala Negara Arab yang paling disegani oleh Israel, Mohammad Anwar Sadat dari Mesir. Sekarang Mohammad Anwar Sadat telah bertatap muka dengan pemimipin Israel dan dengan ummat Islam di Mesjid Al-Aqsa.
“Fa idza ‘azamta fa tawakkal ‘alallahi”, bunyi sebuah ayat surah Al Imran ayat 159 yang artinya “Apabila engkau bermaksud akan sesuatu, maka bertawakkallah kepada Allah”.
Niat berziarah (berkunjung) ke Mesjid Al-Aqsa sudah tertanam di lubuk hati saya sejak kecil. Sejak mengetahui/mempelajari kisah Isra’ dan Mi’raj Nabi Besar Muhammad SAW, sejak saya masih duduk di bangku madrasah Thawalib di Parabek. Alhamdulillah dengan izin Allah SWT saya sudah mengunjungi tiga tempat suci umat Islam. Pertama Mekkah Al-Mukarramah, kedua Medinah Al-Munawwarah dan ketiga Baitul Maqdis. Mesjid Al-Aqsa adalah Qiblat pertama ummat Islam – Ula Qiblatain – lihat Surah Al-Baqarah ayat 144.
Lebih-lebih lagi dapat pula melaksanakan sembahyang (shalat) Idul Adha bersama seorang Presiden dari Mesir, suatu hal yang tidak terbayang sebelumnya.
Niat Presiden Sadat dicetuskannya ketika pesawat kepresidenannya berada diangkasa Turki dalam perjalanan dari Romania menuju Iran pada tanggal 31 Oktober 1977 dalam perjalanan dinas terakhirnya ke negara-negara sahabat Mesir.
Presiden Sadat berfikir, alangkah baiknya kalau saya cetuskan niat untuk berangkat ke Israel (Palestina) demi untuk terwujudnya perdamaian yang adil dan abadi di Timur Tengah.
“Saya bersedia pergi ke ujung dunia, demi untuk terciptanya perdamaian yang adil dan abadi, sekalipun harus pergi ke Israel”, demikian dikatakan Presiden Anwar Sadat. Rupanya niat Presiden Sadat itu segera dikabulkan Tuhan.
Haikal Sulaiman
Sebelumnya saya dengan beberapa rekan dari Mesir telah mengadakan peninjauan di sekitar Mesjid Al-Aqsa, yang kami cari memang adakah galian atau lobang yang dulu pernah digali oleh Isarel untuk menemukan Haikal Sulaiman Yang Agung. Tujuan utama adalah mengecek kebenaran kejadian tersebut.
Hampir satu jam kami sengaja mendaki bukit dan menuruni anak tangga untuk sampai dimana lobang itu berada. Di depan sebuah pintu gerbang Bab Maghariba (Pintu Barat) saya melihat beberapa tentara Israel mengawal disitu. Dengan segera kami menghampirinya dan terjadilah perkenalan. Keramahan tentara Israel membuat kami jadi betah. Setelah kami meminta diantarkan ketempat dimana dahulu pernah digali, tentara itu sadar bahwa kami adalah orang asing. Cepat-cepat ia menjawab, “kami tidak bisa mengantar kalian kesana, maaf itu daerah militer”, katanya menjelaskan.
Mendengar jawaban demikian kami bisa maklum, karena ada diantara kami wartawan Mesir yang selalu diawasi oleh orang-orang berpakaian preman (intel Israel) disamping kami. Tetapi ketika diminta bahwa kami ingin melihat bekas sejarah lama, minta ditunjukkan dimana Haikal Sulaiman Yang Agung itu berada, dengan senang hati salah seorang yang berpakaian premen mengantar kami ketempat dimaksud.
Tempat itu tidak berapa jauh dari Mesjid Al-Aqsa, dindingnya bertemu (menyambung) dengan Haikal Sulaiman. Kepada kami diperlihatkan dimana haikal itu berada, tetapi sang guide tidak mau menjelaskan lebih banyak. Kalau saya perhatikan apakah memang pernah digali dahulu, ternyata memang ada bekas timbunan tanah-tanah putih dan beberapa lobang disamping kiri Haikal dan berjarak kira-kira 100 meter dari Mesjid Al-Aqsa. Lobang/terowongan tersebut tampaknya sudah ditutup buat umum, sehingga tidak dapat dilihat dari luar. Terowongan itu menunjukkan adanya beberapa pintu masuk yang di tutup rapi dan saya menduga-duga mungkin itulah terowongan yang dimaksud, tetapi kepastiannya saya sulit untuk membuktikannya.
Mesjid Al-Aqsa dan Kubbah Sakhra
Tentang Mesjid Al-Aqsa sendiri, sekarang ini sedang dipugar, terutama dua hari sebelum (menjelang) kunjungan Presiden Anwar Sadat kesana. Mesjid ini pernah di landa gempa tahun 1927 dan terbakar (baca : dibakar) tahun 1969. Akibat kebakaran tahun 1969, masih jelas kelihatan dan belum sempurna diperbaiki seluruhnya. Mimbar yang dibangun oleh Abdul Malik bin Marwan tetap utuh, tetapi tidak dibolehkan masuk kesana dan untuk gantinya dibangun mimbar darurat 5 meter jaraknya dari mimbar lama.
Dibawah Kubbah Sakhra dimana dahulu Nabi Muhammad SAW mi’raj (diangkat) ke langit, terdapat sebuah gua. Gua Para Nabi, - Ghaar Al-Anbiya’ – namanya. Disinilah dahulu para Nabi bersembahyang dan beristirahat termasuk Nabi Muhammad SAW.
Kubbah Hijau yang dibangun oleh Abdul malik bin Marwan pada tahun 685 M dan selesai tahun 691 M, disempurnakan oleh Salahauddin Al-Ayyubi, Panglima Perang Salib dan menghiasinya dengan relif-relif Al-Qur’an.
Diatas gua, terdapat sebuah batu panjangnya 17, 7 meter dari Utara ke Selatan dan lebarnya 12,5 meter dari Barat ke Timur. Diatasnya ada kubbah (penutup/atap) yang dilapisi emas, luasnya 20,44 meter persegi, tingginya dari gua 105 kaki.
Mesjid Al-Aqsa sekarang ini tetap dikunjungi ummat Islam di Palestina dan setiap Jum’at mencapai 1000 sampai 2500 orang yang bersembahyang disana. Pada jam-jam tertentu para turis (wisatawan) dibolehkan masuk ke Mesjid Al-Aqsa dan Kubbah Sakhra dengan beralaskan kain penutup (sarung) sepatu dan harus membayar.
Rupanya Mesjid Al-Aqsa dan Kubbah Sakhra mempunyai daya tarik yang kuat bagi turis dan Jerusalem dan “in-come” masuk ke kas negara Israel. Hasil dari turis saja mencapai 45% dari hasil “in-come” Israel keseluruhan.
Kepada ummat Islam di dunia pengurus Mesjid Al-Aqsa menyampaikan permohonannya untuk memberikan bantuan guna perbaikan Mesjid Al-Aqsa yang rusak akibat kebakaran tahun 1969. Meskipun ada bantuan Kementerian Agama Israel dan Urusan Wakaf Islam, tidak memadai.
Tentang Jerusalem sendiri, memang tampaknya sebuah kota yang damai. Disebut dengan Kota Shalom (Damai), kota Para Nabi (Madinatul Al-Anbiya’), The God’s City (Kota Tuhan), The Holy City atau Bait Al-Maqdis (Kota Suci), City of Peace (Kota Perdamaian) dan Beautiful City (Kota Cantik) adalah julukan yang diberikan kepada Jerusalem.
Jerusalem yang berpenduduk 500.000 orang itu, mayoritas adalah pemeluk Agama Yahudi (Jewis) 45%, Islam 30% dan Kristen 25%.
Kedamaian kota Jerusalem atau disebut oleh Jahudi dengan Ursalem sangat terasa ketika Presiden Sadat membawa missi perdamaian kesana.
Kita tinggalkan kota Jerusalem dengan berbagai kenangan tersendiri dizaman kekuasaan Isarel sekarang ini. Pembangunan gedung pencakar langit di Jerusalem Barat sayup-sayup kelihatan dibelakang kami, ketika bertolak ke bandara Ben Guruion. *
Cairo, 9 Desember 1977.
Oleh : Zulharbi Salim
Nawaitu saya untuk sembahyang di Mesjid Al-Aqsa di Jerusalem (Al-Qudus), telah dikabulkan Allah Yang Maha Kuasa. Saya dapat mengikuti arus ummat Islam bersama Presiden Mohammad Anwar Sadat dari Mesir menuju mesjid suci yang ketiga itu, dipagi subuh hari Minggu 10 Zulhijjah 1397 H/20 Nopember 1977, dimana seluruh ummat Islam di delapan penjuru dunia berhari raya Idul Adha.
Sejenak saya tersentak dan bulu roma saya menggerinding dibuatnya, ketika kalimat Allahu Akbar berkumandang di seantero Mesjid Al-Aqsa yang serba luas itu. Hati siapa yang tidak tergugah, iman siapa yang tidak akan bertambah, jiwa siapa yang tidak bergetar, karena sudah 30 tahun lamanya antara Israel dan Arab terjadi peperangan satu sama lain. Sekarang secara mendadak muncullah seorang Kepala Negara Arab yang paling disegani oleh Israel, Mohammad Anwar Sadat dari Mesir. Sekarang Mohammad Anwar Sadat telah bertatap muka dengan pemimipin Israel dan dengan ummat Islam di Mesjid Al-Aqsa.
“Fa idza ‘azamta fa tawakkal ‘alallahi”, bunyi sebuah ayat surah Al Imran ayat 159 yang artinya “Apabila engkau bermaksud akan sesuatu, maka bertawakkallah kepada Allah”.
Niat berziarah (berkunjung) ke Mesjid Al-Aqsa sudah tertanam di lubuk hati saya sejak kecil. Sejak mengetahui/mempelajari kisah Isra’ dan Mi’raj Nabi Besar Muhammad SAW, sejak saya masih duduk di bangku madrasah Thawalib di Parabek. Alhamdulillah dengan izin Allah SWT saya sudah mengunjungi tiga tempat suci umat Islam. Pertama Mekkah Al-Mukarramah, kedua Medinah Al-Munawwarah dan ketiga Baitul Maqdis. Mesjid Al-Aqsa adalah Qiblat pertama ummat Islam – Ula Qiblatain – lihat Surah Al-Baqarah ayat 144.
Lebih-lebih lagi dapat pula melaksanakan sembahyang (shalat) Idul Adha bersama seorang Presiden dari Mesir, suatu hal yang tidak terbayang sebelumnya.
Niat Presiden Sadat dicetuskannya ketika pesawat kepresidenannya berada diangkasa Turki dalam perjalanan dari Romania menuju Iran pada tanggal 31 Oktober 1977 dalam perjalanan dinas terakhirnya ke negara-negara sahabat Mesir.
Presiden Sadat berfikir, alangkah baiknya kalau saya cetuskan niat untuk berangkat ke Israel (Palestina) demi untuk terwujudnya perdamaian yang adil dan abadi di Timur Tengah.
“Saya bersedia pergi ke ujung dunia, demi untuk terciptanya perdamaian yang adil dan abadi, sekalipun harus pergi ke Israel”, demikian dikatakan Presiden Anwar Sadat. Rupanya niat Presiden Sadat itu segera dikabulkan Tuhan.
Haikal Sulaiman
Sebelumnya saya dengan beberapa rekan dari Mesir telah mengadakan peninjauan di sekitar Mesjid Al-Aqsa, yang kami cari memang adakah galian atau lobang yang dulu pernah digali oleh Isarel untuk menemukan Haikal Sulaiman Yang Agung. Tujuan utama adalah mengecek kebenaran kejadian tersebut.
Hampir satu jam kami sengaja mendaki bukit dan menuruni anak tangga untuk sampai dimana lobang itu berada. Di depan sebuah pintu gerbang Bab Maghariba (Pintu Barat) saya melihat beberapa tentara Israel mengawal disitu. Dengan segera kami menghampirinya dan terjadilah perkenalan. Keramahan tentara Israel membuat kami jadi betah. Setelah kami meminta diantarkan ketempat dimana dahulu pernah digali, tentara itu sadar bahwa kami adalah orang asing. Cepat-cepat ia menjawab, “kami tidak bisa mengantar kalian kesana, maaf itu daerah militer”, katanya menjelaskan.
Mendengar jawaban demikian kami bisa maklum, karena ada diantara kami wartawan Mesir yang selalu diawasi oleh orang-orang berpakaian preman (intel Israel) disamping kami. Tetapi ketika diminta bahwa kami ingin melihat bekas sejarah lama, minta ditunjukkan dimana Haikal Sulaiman Yang Agung itu berada, dengan senang hati salah seorang yang berpakaian premen mengantar kami ketempat dimaksud.
Tempat itu tidak berapa jauh dari Mesjid Al-Aqsa, dindingnya bertemu (menyambung) dengan Haikal Sulaiman. Kepada kami diperlihatkan dimana haikal itu berada, tetapi sang guide tidak mau menjelaskan lebih banyak. Kalau saya perhatikan apakah memang pernah digali dahulu, ternyata memang ada bekas timbunan tanah-tanah putih dan beberapa lobang disamping kiri Haikal dan berjarak kira-kira 100 meter dari Mesjid Al-Aqsa. Lobang/terowongan tersebut tampaknya sudah ditutup buat umum, sehingga tidak dapat dilihat dari luar. Terowongan itu menunjukkan adanya beberapa pintu masuk yang di tutup rapi dan saya menduga-duga mungkin itulah terowongan yang dimaksud, tetapi kepastiannya saya sulit untuk membuktikannya.
Mesjid Al-Aqsa dan Kubbah Sakhra
Tentang Mesjid Al-Aqsa sendiri, sekarang ini sedang dipugar, terutama dua hari sebelum (menjelang) kunjungan Presiden Anwar Sadat kesana. Mesjid ini pernah di landa gempa tahun 1927 dan terbakar (baca : dibakar) tahun 1969. Akibat kebakaran tahun 1969, masih jelas kelihatan dan belum sempurna diperbaiki seluruhnya. Mimbar yang dibangun oleh Abdul Malik bin Marwan tetap utuh, tetapi tidak dibolehkan masuk kesana dan untuk gantinya dibangun mimbar darurat 5 meter jaraknya dari mimbar lama.
Dibawah Kubbah Sakhra dimana dahulu Nabi Muhammad SAW mi’raj (diangkat) ke langit, terdapat sebuah gua. Gua Para Nabi, - Ghaar Al-Anbiya’ – namanya. Disinilah dahulu para Nabi bersembahyang dan beristirahat termasuk Nabi Muhammad SAW.
Kubbah Hijau yang dibangun oleh Abdul malik bin Marwan pada tahun 685 M dan selesai tahun 691 M, disempurnakan oleh Salahauddin Al-Ayyubi, Panglima Perang Salib dan menghiasinya dengan relif-relif Al-Qur’an.
Diatas gua, terdapat sebuah batu panjangnya 17, 7 meter dari Utara ke Selatan dan lebarnya 12,5 meter dari Barat ke Timur. Diatasnya ada kubbah (penutup/atap) yang dilapisi emas, luasnya 20,44 meter persegi, tingginya dari gua 105 kaki.
Mesjid Al-Aqsa sekarang ini tetap dikunjungi ummat Islam di Palestina dan setiap Jum’at mencapai 1000 sampai 2500 orang yang bersembahyang disana. Pada jam-jam tertentu para turis (wisatawan) dibolehkan masuk ke Mesjid Al-Aqsa dan Kubbah Sakhra dengan beralaskan kain penutup (sarung) sepatu dan harus membayar.
Rupanya Mesjid Al-Aqsa dan Kubbah Sakhra mempunyai daya tarik yang kuat bagi turis dan Jerusalem dan “in-come” masuk ke kas negara Israel. Hasil dari turis saja mencapai 45% dari hasil “in-come” Israel keseluruhan.
Kepada ummat Islam di dunia pengurus Mesjid Al-Aqsa menyampaikan permohonannya untuk memberikan bantuan guna perbaikan Mesjid Al-Aqsa yang rusak akibat kebakaran tahun 1969. Meskipun ada bantuan Kementerian Agama Israel dan Urusan Wakaf Islam, tidak memadai.
Tentang Jerusalem sendiri, memang tampaknya sebuah kota yang damai. Disebut dengan Kota Shalom (Damai), kota Para Nabi (Madinatul Al-Anbiya’), The God’s City (Kota Tuhan), The Holy City atau Bait Al-Maqdis (Kota Suci), City of Peace (Kota Perdamaian) dan Beautiful City (Kota Cantik) adalah julukan yang diberikan kepada Jerusalem.
Jerusalem yang berpenduduk 500.000 orang itu, mayoritas adalah pemeluk Agama Yahudi (Jewis) 45%, Islam 30% dan Kristen 25%.
Kedamaian kota Jerusalem atau disebut oleh Jahudi dengan Ursalem sangat terasa ketika Presiden Sadat membawa missi perdamaian kesana.
Kita tinggalkan kota Jerusalem dengan berbagai kenangan tersendiri dizaman kekuasaan Isarel sekarang ini. Pembangunan gedung pencakar langit di Jerusalem Barat sayup-sayup kelihatan dibelakang kami, ketika bertolak ke bandara Ben Guruion. *
Cairo, 9 Desember 1977.
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar