Selasa, 02 Juni 2009
Invansi Irak Ke Kwait
INVASI IRAK KE KUWAIT DAN DUNIA ARAB
* Situasi semakin panas, apakah akan menjurus keperang kimia
* Dapatkah Liga Arab mencarikan penyelesaian damai?
* Berdamai dengan Iran, untuk kirim tawanan ke Kuwait.
Oleh : Zulharbi Salim
INVASI pasukan Irak ke Kuwait mengejutkan dunia Arab, bahkan dunia internasional. Saddam Hussein pada tanggal 2 Agustus 1990 tiba-tiba memerintahkan pasukannya menyerbu Kuwait, subuh dini hari. Tanpa perlawanan yang berarti Kuwait dengan mudah diduduki dan dicaplok.
Sehari sebelumnya, Rabu, tanggal 1 Agustus 1990 di kota Jeddah, Arab Saudi, delegasi Irak dibawah pimpinan Wakil Presiden/Wakil Komandan Dewan Revolusi Irak, Jenderal Izzat Ibrahim mengadakan pertemuan di meja perundingan dengan PM/Putra Mahkota Kuwait, Sheikh Saad Al-Abdullah Al-Sabah. Yang dibicarakan adalah bagaimana mengatasi konflik Irak-Kuwait yang timbul beberapa minggu sebelumnya.
Raja Fahd bin Abdul Aziz atas kerjasama dengan Presiden Husni Mubarak dan dibantu beberapa pemimpin negara Arab lainnya mengadakan kontak-kontak dengan pemimpin Arab memintakan pendapat mengenai penyelesaian damai Irak-Kuwait.
Presiden Mubarak sebelumnya optimis dengan misi ulang-aliknya antara Cairo, Baghdad, Kuwait dan Jeddah. Uluran tangan Mubarak ini semula mendapat tanggapan serius dari Presiden Irak, Saddam Hussein bahwa insiden bersenjata "tetap dijauhi".
Atas prakarsa Raja Fahd kota Jeddah dipilih sebagai tempat perundingan. Hari Rabu itu juga, lewat televisi Arab Saudi, pirsawan masih menyaksikan kedua pemimpin Irak - Kuwait (Izzat dan Saad) berpelukan mesra sambil berangkulan model Arab, disaksikan Raja Fahd, Putra Mahkota Arab Saudi, Pangeran Abdullah dan Menlu Saud Al-Faisal serta petinggi kedua negara. Tampaknya sama sekali tidak ada kekeruhan dan percekcokan, biasa-biasa saja.
Sudah lumrah bagi warga Arab Saudi, apabila ada kedatangan tamu negara, disiarkan langsung lewat Radio/TV, namun tidak banyak yang tahu apa sebenarnya yang mereka bicarakan. Berita dan laporan pandangan mata itu, hanya reportase saja, apa yang dibicarakan tidak diberitakan dengan tuntas.
Akibat ketidak keterbukaan itu, tidak banyak yang dapat diketahui apa sebenarnya yang terjadi dalam pertemuan antara kedua pemimpin Irak dan Kuwait tersebut.
Tampaknya, Irak sudah memasang perangkap. Persiapan perang sengaja dialihkan ke meja perundingan untuk meintimidasi Kuwait. Gertakan Saddam dengan gemerincing peluru dipinggangnya memerintahkan 30.000 perajurit mendekati perbatasan Kuwait, mereka semula diperintahkan untuk mengadakan latihan perang, manuver di Basra, Irak Selatan, 10 km dari perbatasan Kuwait.
Perundingan di Jeddah tidak membawa hasil yang memuaskan Saddam Hussein. Kuwait menolak permintaan Irak untuk membebaskan hutang Irak yang bertumpuk sejak perang Irak-Iran (1980-1988).
Semula Irak mengissuekan bahwa sejumlah pasukannya diperba_tasan Kuwait telah ditarik mundur secara bertahap dan Kuwaitpun cepat bertindak, menarik pula pasukannya dari perbatasan dengan Irak. Membaca situasi demikian, Saddam kembali mengusulkan supaya Kuwait mengakui "mencuri" minyak Irak dilepas pantai pulau Warba dan pulau Bubiyan yang sudah lama menjadi ajang sengketa dengan Irak.
Irak menuntut ganti rugi sebesar US$ 2,4 milyar kepada Kuwait dengan alasan Kuwait menyedotnya dari wilayah Irak selama perang 8 tahun dengan Iran. Lalu, Irak meminta supaya Kuwait menyewakan kedua pulau diatas (Warba dan Bubyan) selama 99 tahun, guna memperoleh fasilitas pelabuhan bebas Irak dan dapat mengendalikan lalu lintas minyak di Teluk Persia dan tuntutan yang lain adalah pembebasan utang Irak kepada Kuwait sebesar US$ 10 milyar lebih.
Tampaknya dengan taktik menarik pasukan diperbatasan, Irak melihat peluang baru untuk dapat memasuki Kuwait tanpa perlawanan. Pos-pos yang telah dikosongkan Kuwait diserbu pasukan altileri Irak. Jadilah Kuwait, negara paling mewah di Teluk Arab porak poranda dan kacau.
Kekuatan pasukan Irak dan Kuwait sungguh tidak berimbang. Irak, sebuah negara yang terkenal dengan julukan "negeri 1001 malam" atau dikenal juga dengan negeri "Ali Baba", luasnya 445.480 km2 (kurang sedikit dari luas pulau Sumatra), berpenduduk 17,6 juta, terdiri dari Arab 78%, Kurdi 18%, Persia 1,2% dan lain-lain 0.5%, memiliki kekuatan sejuta personil Angkatan Bersenjata, 5.500 buah Tank dan 513 pesawat tempur. Income percapita US$ 3.900.
Irak adalah negara yang banyak mempunyai sejarah dimasa lampau dan sangat populer di didunia. Pusat Kerajaan Babilonia dan Asyria dulu berada di Irak (2.000 tahun SM). Irak juga dikenal dengan Mesopotamia. Baghdad merupakan pusat kerajaan Islam setelah Khalifah-khalifah memerintah di Jazirah Arab, sepeninggal Nabi Muhammad SAW. Ada 51 orang Khalifah, mulai dari Muawiyah I (660-680) sampai kepada Al-Mu'tashim (1242-1258). Dinasti Muawiyah runtuh ketika pasukan Mongol menyerbu dan menduduki Baghdad pada tahun 1258. Harun Al-Rasyid seorang Raja yang adil dan bijaksana, sama sekali tidak meninggalkan bekas. Dijalan-jalan raya dan ditempat-tempat strategis di dalam kota Baghdad terpampang potret dan patung sang Presiden Saddam Hussein dalam berbagai gaya dan pose dan terkadang mengganggu pandangan.
Suatu hal yang sangat ironis, Saddam Hussein memperlakukan hukum "revolusi" sampai dia menembak mati Wakilnya sendiri yang merangkap Wakil Ketua Dewan Partai Ba'ath, Jenderal Izzat Ibrahim beberapa hari setelah kembali dari perundingan Jeddah yang gagal tanggal 1 Agustus 1990 lalu. Menurut harian "Al-Madinah" edisi 8495 tanggal 18 Agustus 1990, eksekusi dilakuan di "ruba" (ruang bawah tanah) dimana Sidang Pengadilan kilat berlangsung. Konon kesalahannya tidak setuju dengan rencana penyerangan ke Kuwait yang dilaksanakan pada tanggal 2 Agsustus dinihari. Bersama Izzat ada 6 orang staf Saddam yang membangkang dihabisi. Izzat sangat berjasa bagi Irak dalam perang Irak-Iran.
Irak yang baru 2 tahun habis bertempur mati-matian dengan Iran (1980 - 1988) telah menelan ribuan korban rakyat Irak dan tidak sedikit pula korban Iran yang mati sia-sia. Irak jika tidak dibantu oleh negara-negara Arab, khususnya negara Teluk, sudah tidak bisa bertahan. Irak, melalui tekanan-tekanan internasional bersedia berdamai dengan Iran, tetapi perdamaian yang berjalan alot itu belum juga selesai, khususnya penentuan tapal batas dan pertukaran tawanan. Di Irak masih terdapat sekitar 60.000 tawanan Iran, sedangkan tawanan Irak di Iran sekitar 40.000 orang, untuk memperkuat pasukan Irak diperbatasan Saudi. Mengalahnya Irak di wilayah sengketa dengan Iran seluas 2.000 km persegi, tidak menghasilkan apa-apa bagi Saddam, kecuali hanya mengalihkan tentara Irak ke Kuwait. Iran tidak akan mendukung Irak, dan meyerukan Irak segera meninggalkan Kuwait yang didudukinya. "Apapun yang dilakukan Saddam, pendudukannya atas Kuwait adalah tidak sah", kata Rafsanjani, Presiden Iran dalam percakapan telepon jarak jauh dengan Presiden Turki, Turkut Ozal.
Irak yang tidak mempunyai pelabuhan laut bebas itu berusaha merampasnya dari Iran, tetapi tidak berhasil. Sekarang dengan mudah Irak melakukan invasi ke Kuwait dan dengan tujuan yang sama ingin mempunyai pelabuhan bebas untuk meningkatkan ekspor minyaknya. Selama ini Arab Saudi dan Kuwait telah bermurah hati membuatkan saluran pipa minyak mentahnya sampai ke pelabuhan Yanbu dipantai Laut Merah. Turki juga memberikan fasilitas yang sama kepada Irak untuk membangun pipa minyak ke pelabuhan Yumurtalik di pantai Laut Tengah.
Irak yang mempunyai sejuta tentara itu dengan irama lagu-lagu nasional dan menanamkan patriotisme ala komunis, telah berhasil menempa personil militernya dengan pengkaderan yang ketat. Siapa yang berani menantangnya langsung di "dor" alias "diamankan". Oposisi sama sekali tidak mendapat peluang.
Dengan Partai Ba'ath, Saddam Hussein memerintah dengan tangan besi sejak dia diangkat jadi Ketua Partai dan sekaligus menjadi Presiden Irak menggantikan Presiden Jenderal Ahmad Hassan Al Bakr yang sakit-sakitan pada tahun 1979. Dulu, waktu Saddam si anak petani menyelesaikan studynya di Cairo, telah menempa semangatnya sebagai pejuang dengan figur Gamal Abdul Nasser. Umur 22 tahun Saddam bersama beberapa orang pengikutnya mencoba melakukan makar menggulingkan Presiden Jenderal Abdul Karim Kassim yang dulu menggulingkan monarki di Irak. Konon dia lari ke Syria dengan kakinya kena tembak. Kemudian Saddam kembali bergabung dengan tokoh-tokoh partai Ba'ath Syria dan menjadi wakil Jenderal Bakr. Saddam boleh disebut sangat condong memerintah sebagai "tiran" dan menuju kepada diktator. Musuh bebuyutannya sama-sama Partai Ba'ath adalah Syria yang sampai sekarang tidak kunjung rujuk.
Ada sinyalemen kuat menyatakan bahwa Saddam Hussein setelah mendapatkan senjata "kimia"nya membantai hampir 60.000 rakyat Irak, suku Kurdi yang berusaha menentangnya dengan angkat senja_ta. Harian Al-Bilad edisi 9556 tanggal 18 Agustus 1990 terbit di Jeddah, menurunkan laporan utamanya mengenai bukti nyata kejahatan Saddam Hussein dan tentaranya. Bom kimia ditembakkan keatas rumah-rumah bertingkat dan siapa saja yang ada didalam rumah atau lewat dijalan mati tercekik karena menghirup racun kimia, lebih-lebih lagi anak-anak dan orang-orang tua. Tampaknya kekejaman ini lebih dahsyat lagi dari kekejaman Wersterling di Sulawesi dalam zaman pra kemerdekaan RI.
KUWAIT
Kuwait, sebuah negara tidak lebih besar dari pula Seram itu, dengan luas hanya 16.058 km persegi, berpenduduk 1.975.465 jiwa, mempunyai 20.300 tentara, 275 tank dan 60 pesawat tempur, memang bukan lawan Irak.
Kuwait, negara mini di Teluk Persia, diperintah oleh Emir Sheikh Jabir Al Ahmad Al-Sabah (1977) dengan PM Sheikh Saad Abdullah Al-Sabah (1978) merupakan negara terkaya dan termakmur ketiga di dunia dengan income per-capita US $14.000,- (bandingkan dengan income Irak yang cuma $3.900) GNP Rp 35 Trilyun. Setiap penduduk mempunyai income sekitar Rp. 2.500.000,- per/bulan.
Kemakmurannya telah banyak mengundang pendatang asing dan pertumbuhan penduduknya melaju tanpa kendali. Kekayaan Kuwait berasal dari hasil penyulingan minyak dan gas alamnya yang melimpah, termasuk pemilik cadangan minyak kedua terbesar di dunia.
Agaknya dengan kekayaan yang melimpah itu pula dan menjadi sumber malapetaka bagi Kuwait menimbulkan kecurigaan Irak. Dengan lantang Irak menuduh Kuwait telah merampas dan menyedot minyak Irak di bawah laut lepas pantai di dekat pulau Babyan, sekitar 20 km dari pantai Basra. Ini pulalah yang menimbulkan sengketa berlarut sejak puluhan tahun. Ricuh masalah perbatasan membuatIrak berang dan berkali-kali mencoba menekan Kuwait, tetapi berkat usaha-usaha penengah Liga Arab, bentrokan-bentrokan itu dapat dihindarkan dan mencapai puncaknya ketika Irak menyerbu Kuwait 2 Agustus lalu.
EMBARGO DAN BOIKOT
Berdasarkan keputusan Dewan Keamanan PBB No. 660, 661, 662 ditetapkan mengadakan embargo dan boikot ekonomi kepada Irak, apabila Irak tidak menarik pasukannya dari Kuwait. Sanksi ini dengan segera dilaksanakan oleh beberapa negara Eropa dan Amerika, khususnya MEE, disamping Jepang dan RR Cina. Australia dan Indonesia juga memboikot hubungan dagang dengan Irak.
Adapun negara-negara Arab terpecah menjadi dua bagian, pro dan kontra. Liga Arab dalam sidang Istimewanya di Cairo tanggal 10 Agustus 1990 menetapkan juga boikot ekonomi dan perdagangan ke Irak, tetapi ada yang kontra dan ada yang abstain. Jordania, misalnya tidak sepenuhnya dapat menerima keputusan Liga Arab untuk menghentikan lintas barang-barang Irak lewat pelabuhan Aqabah, karena Raja Hussein terikat dengan perjanjian kerjasama Arab, demikian juga Yaman. Tetapi Mesir dengan sikap keras melakukan segera boikot ekonomi dan menghentikan hubungan dagang dengan Irak, resikonya sejuta pekerja Mesir di Irak terpaksa mudik.
Tampaknya Liga Arab sulit mencarikan penyelesaian secara damai, disebabkan sikap keras Irak dan para pendukungnya. Kekuatan dan nasionalisme (Qaumiyah) Arab menjadi terpecah dan mereka satu sama lain saling "perang syaraf". Benar juga apa yang pernah dikatakan almarhum Prof. Dr. HAMKA ketika meletus perang Arab-Israel bahwa bangsa Arab bersatu untuk "tidak bersatu".
Raja Hussein dalam kunjungannya ke Amerika mencob melunakkan sikap Amerika dan disebut sebagai membawa pesan Saddam Hussein untuk mendeteksi sikap Amerika. Konon hasilnya tidak begitumemuaskan, karena sikap Irak yang begitu keras memcaplok Kuwait.
Amerika menekankan perlunya lebih dahulu Irak menarik diri dari Kuwait dan baru negosiasi dilancarkan.
Amerika menekan Raja Hussein untuk mengambil sikap melaksanakan keputusan DK PBB dalam melakukan boikot ekonomi kepada Irak. Sikap ini diterima Raja Hussein dengan syarat. Tampaknya Raja Hussein bertindak sangat hati-hati, sebab posisi negaranya juga terjepit dan selama ini menunjukkan sikap pro Amerika, sama halnya dengan sikap Arab Saudi. Disamping itu Raja Hussein terus berusaha mencari pendekatan pendapat diantara pendukung-pendukungnya dan tetap mengadakan konsultasi untuk mengatasi tidak meletusnya perang di Teluk yang lebih dahsyat lagi dari perang Israel tahun 1967.
Yordania sendiri kelabakan menghadapi ribuan pengungsi yang datang dari Irak dan Kuwait lewat perbatasannya, menyebabkan harga bahan pokok naik. Kebanyakan pengungsi ini adalah dari Mesir, Pakistan dan beberapa negara lain.
ARAB SAUDI
Meskipun Presiden Saddam Hussein seringkali menegaskan bahwa Irak bakal tidak menyerang Arab Saudi. "Arab Saudi bukan tujuan kami, cukup Kuwait saja..." demikian Saddam pernah berucap.
Tetapi siapa tahu, kehausan perang Saddam Hussein yang digambarkan oleh pers Arab sebagai Hitler Timur Tengah setiap saat siap memuntahkan rudal-rudal kimia ke wilayah Arab Saudi.
Raja Fahd dengan tegas meminta bantuan pasukan Liga Arab dan negara-negara sahabat (multi nasional), dan segera mengizinkan pasukan Amerika masuk ke wilayah Arab Saudi. Dengan adanya sikap ini, Saddam Hussein berbalik menuduh Raja Fahd tidak konsekwen mengundang pasukan asing ke wilayahnya. Tidak akan ada penarikan pasukan Irak dari Kuwait sebelum pasukan asing ditarik dari Saudi, dan bersedia digantikan dengan pasukan multi nasion Arab.
Seminggu setelah penyerbuan 10 jam Irak ke Kuwait, Saddam menempatkan 170.000 tentara didekat perbatasan Saudi, disamping 500 Tank dan 1500 Artileri di Kuwait, sejumlah pasukan Irak juga ditempatkan diperbatasan Turki.
Arab Saudi yang luasnya 2.331.000 km2, berpenduduk 14 juta, ditambah dengan jutaan tenaga kerja asing adalah negara eksportir minyak mentah terbesar di dunia, anggota OPEC. Dengan hasil buminya itu, termasuk tambang emas, biji besi dan perak, menjadi sangat kaya dan mampu membiayai proyek-proyek raksasa,khususnya pembangunan Mesjid Al-Haram di Makkah, Mesjid Nabawi di Medinah dan tempat-tempat menunaikan ibadah haji seperti Mina, Muzdalifah dan Arafat.
Angkatan Bersenjata Arab Saudi mempunyai kekuatan 108.000 tentara, 550 buah tank, 200 pesawat tempur dan 10 rudal. Kekuatan ini juga bukan imbangan Irak. Karena itulah Raja Fahd segera meminta dukungan pasukan asing, terutama Amerika. Amerika tentu saja siap dengan segala perannya, disebabkan Arab Saudi selama ini adalah "orang terpecaya" Amerika.
Untuk menunjung kekuatan ini, Mesir spontan mengirimkan ribuan pasukan tempur yang selama ini tersimpan setelah perang Arab-Israel usai. Mesir secara terus terang mengakui bahwa Arab Saudi sudah banyak memberikan dana dan andil selama konflik dengan Israel dan selama perang berkobar di gurun Sinai, suplly bahan makanan dan senjata datang dari Arab Saudi. Husni Mubarak lebih condong memilih keluar dari Persatuan Kerjasama Arab (Yaman, Yordania, Irak dan Mesir). "Kita tidak dapat mentolerir sebuah negara serumpun dicaplok begitu saja..", katanya kepada pers beberapa hari setelah invasi Irak ke Kuwait.
In-come Arab Saudi menempati urutan ke-4 terbesar di dunia dan menjadikan negara itu termakmur dan merata. Akibatnya rakyatnya mulai santai dan hidup manja dan mewah. Pemerintah harus mendatangkan ribuan tenaga kerja dari manca negara untuk membangun berbagai proyek. Lapangan kerja terbuka bagi para ahli asing dan dapat berkreasi. Pertumbuhan ekonomi sampai 20% pertahun.
Negara ini sanggup membiayai pasukan apa saja selama berada di wilayah Arab Saudi dan mempunyai persediaan bahan pangan yang cukup besar.
Arab Saudi, selain terdapatnya tempat suci ummat Islam adalah negara yang "aman sentosa". Tidak pernah terlibat langsung dalam perang Timur Tengah dan dalam konflik Arab-Israel. Tetapi sempat dikacaukan oleh kelompok Islam fundamentalis dengan menduduki Mesjid Al-Haram di Mekkah 20 Nopember 1979.
Adakah Arab Saudi sekarang ini akan terlibat perang langsung dengan Irak? Inilah yang menjadi kemelut dewasa ini. Tidak ayal lagi Saddam Hussein menuduh bahwa kota suci Makkah dan Medinah sudah dikotori dan diduduki pasukan asing dan mesti segera dibebaskan dengan "Jihad fi sabilillah". Disamping itu Radio Baghdad mengumandangkan seruan jihad melalui siaran gelapnya dengan menamakan "Radio Makkah Al-Mukarramah" yang dimaksudkan mengganggu gelombang pemancar asing, dengan memutar lagu-lagu perjuangan dan lagu-lagu pop Arab? Siaran ini dapat dipantau di Saudi dengan jelas. Jelas tujuannya menghasut rakyat Arab Saudi dan kadang-kadang sudah menjurus kepada fitnah. Seruan ini nampaknya selalu dicari-cari. Dan barangkali Saddam sebagai seorang muslim agaknya lupa bahwa orang-orang non-muslim tidak diperkenankan masuk tanah haram, apa lagi dikuasai pasukan asing yang non-muslim?
Dalam tempo kurang dari 20 hari sejak Kuwait diduduki Irak semua pasukan asing, khususnya Amerika dan sekutunya ditambah dengan kekuatan militer dari Liga Arab (Mesir, Maroko, Syria) dan sekarang pasukan dari Pakistan dan Bangladesh sudah menempati pos-pos disepanjang perbatasan Saudi-Irak.
Penulis baru saja kembali dari garis perbatasan Saudi-Kuwait, 10 km dari kota Al-Khafji. Kelihatannya memang sudah dipersiapkan segala sesuatunya. Tentara Amerika memenuhi hotel-hotel dan sudah banyak kelihatan di kota-kota Dhahran, Dammam, Al-Khobar, Hafar Al-Batin dan Al-Khafji. Pasukan-pasukan altileri Arab Saudi sudah disiagakan penuh selama 24 jam, pokoknya suasana sudah menjurus kearah perang total dengan persenjataan yang serba modern dan mutakhir, meskipun Saudi berdalih sebagai mempertahankan kedaulatannya atas serangan Irak. Kini, atas panggilan Raja Fahd sudah 40.000 orang pemuda Saudi mengikuti latihan-latinan sukarelawan.
Sementara itu, usaha-usaha menghindari perang tetap intensif dilakukan. Liga Arab bersidang di Cairo. Sekjen PBB, Perez de Cuellar bertemu dengan Menlu Irak, Tarik Aziz di Amman untuk menyampaikan keputusan DK PBB dan inisiatif membujuk Irak berdamai dan menarik mundur pasukan Irak dari Kuwait tetap dilancarkan.
Menurut para pengamat, persiapan perang sekarang ini jauh lebih dahsyat dari persiapan perang Vietnam dan Kamboja. Apakah Arab Saudi akan dijadikan Vietnam kedua?
Apabila Saddam jadi menggunakan senjata kimianya, jelas jelas akan membawa kehancuran yang dahsyat. Dan inilah yang paling ditakuti semua orang!
Riyadh, 31 Agustus 1990.
Note : Artikel ini dimuat Harian :
1. PELITA, edisi No. 5027 Tahun XVII, tanggal 13 September 1990.
2. ANGKATAN BERSENJATA, No. 8510 Tahun XXVI, 17 September 1990.
3. SUARA KARYA, edisi No. 5894 Tahun XX, tgl 18 September 1990.
4. HALUAN, No. tanggal 19 September 1990
* Situasi semakin panas, apakah akan menjurus keperang kimia
* Dapatkah Liga Arab mencarikan penyelesaian damai?
* Berdamai dengan Iran, untuk kirim tawanan ke Kuwait.
Oleh : Zulharbi Salim
INVASI pasukan Irak ke Kuwait mengejutkan dunia Arab, bahkan dunia internasional. Saddam Hussein pada tanggal 2 Agustus 1990 tiba-tiba memerintahkan pasukannya menyerbu Kuwait, subuh dini hari. Tanpa perlawanan yang berarti Kuwait dengan mudah diduduki dan dicaplok.
Sehari sebelumnya, Rabu, tanggal 1 Agustus 1990 di kota Jeddah, Arab Saudi, delegasi Irak dibawah pimpinan Wakil Presiden/Wakil Komandan Dewan Revolusi Irak, Jenderal Izzat Ibrahim mengadakan pertemuan di meja perundingan dengan PM/Putra Mahkota Kuwait, Sheikh Saad Al-Abdullah Al-Sabah. Yang dibicarakan adalah bagaimana mengatasi konflik Irak-Kuwait yang timbul beberapa minggu sebelumnya.
Raja Fahd bin Abdul Aziz atas kerjasama dengan Presiden Husni Mubarak dan dibantu beberapa pemimpin negara Arab lainnya mengadakan kontak-kontak dengan pemimpin Arab memintakan pendapat mengenai penyelesaian damai Irak-Kuwait.
Presiden Mubarak sebelumnya optimis dengan misi ulang-aliknya antara Cairo, Baghdad, Kuwait dan Jeddah. Uluran tangan Mubarak ini semula mendapat tanggapan serius dari Presiden Irak, Saddam Hussein bahwa insiden bersenjata "tetap dijauhi".
Atas prakarsa Raja Fahd kota Jeddah dipilih sebagai tempat perundingan. Hari Rabu itu juga, lewat televisi Arab Saudi, pirsawan masih menyaksikan kedua pemimpin Irak - Kuwait (Izzat dan Saad) berpelukan mesra sambil berangkulan model Arab, disaksikan Raja Fahd, Putra Mahkota Arab Saudi, Pangeran Abdullah dan Menlu Saud Al-Faisal serta petinggi kedua negara. Tampaknya sama sekali tidak ada kekeruhan dan percekcokan, biasa-biasa saja.
Sudah lumrah bagi warga Arab Saudi, apabila ada kedatangan tamu negara, disiarkan langsung lewat Radio/TV, namun tidak banyak yang tahu apa sebenarnya yang mereka bicarakan. Berita dan laporan pandangan mata itu, hanya reportase saja, apa yang dibicarakan tidak diberitakan dengan tuntas.
Akibat ketidak keterbukaan itu, tidak banyak yang dapat diketahui apa sebenarnya yang terjadi dalam pertemuan antara kedua pemimpin Irak dan Kuwait tersebut.
Tampaknya, Irak sudah memasang perangkap. Persiapan perang sengaja dialihkan ke meja perundingan untuk meintimidasi Kuwait. Gertakan Saddam dengan gemerincing peluru dipinggangnya memerintahkan 30.000 perajurit mendekati perbatasan Kuwait, mereka semula diperintahkan untuk mengadakan latihan perang, manuver di Basra, Irak Selatan, 10 km dari perbatasan Kuwait.
Perundingan di Jeddah tidak membawa hasil yang memuaskan Saddam Hussein. Kuwait menolak permintaan Irak untuk membebaskan hutang Irak yang bertumpuk sejak perang Irak-Iran (1980-1988).
Semula Irak mengissuekan bahwa sejumlah pasukannya diperba_tasan Kuwait telah ditarik mundur secara bertahap dan Kuwaitpun cepat bertindak, menarik pula pasukannya dari perbatasan dengan Irak. Membaca situasi demikian, Saddam kembali mengusulkan supaya Kuwait mengakui "mencuri" minyak Irak dilepas pantai pulau Warba dan pulau Bubiyan yang sudah lama menjadi ajang sengketa dengan Irak.
Irak menuntut ganti rugi sebesar US$ 2,4 milyar kepada Kuwait dengan alasan Kuwait menyedotnya dari wilayah Irak selama perang 8 tahun dengan Iran. Lalu, Irak meminta supaya Kuwait menyewakan kedua pulau diatas (Warba dan Bubyan) selama 99 tahun, guna memperoleh fasilitas pelabuhan bebas Irak dan dapat mengendalikan lalu lintas minyak di Teluk Persia dan tuntutan yang lain adalah pembebasan utang Irak kepada Kuwait sebesar US$ 10 milyar lebih.
Tampaknya dengan taktik menarik pasukan diperbatasan, Irak melihat peluang baru untuk dapat memasuki Kuwait tanpa perlawanan. Pos-pos yang telah dikosongkan Kuwait diserbu pasukan altileri Irak. Jadilah Kuwait, negara paling mewah di Teluk Arab porak poranda dan kacau.
Kekuatan pasukan Irak dan Kuwait sungguh tidak berimbang. Irak, sebuah negara yang terkenal dengan julukan "negeri 1001 malam" atau dikenal juga dengan negeri "Ali Baba", luasnya 445.480 km2 (kurang sedikit dari luas pulau Sumatra), berpenduduk 17,6 juta, terdiri dari Arab 78%, Kurdi 18%, Persia 1,2% dan lain-lain 0.5%, memiliki kekuatan sejuta personil Angkatan Bersenjata, 5.500 buah Tank dan 513 pesawat tempur. Income percapita US$ 3.900.
Irak adalah negara yang banyak mempunyai sejarah dimasa lampau dan sangat populer di didunia. Pusat Kerajaan Babilonia dan Asyria dulu berada di Irak (2.000 tahun SM). Irak juga dikenal dengan Mesopotamia. Baghdad merupakan pusat kerajaan Islam setelah Khalifah-khalifah memerintah di Jazirah Arab, sepeninggal Nabi Muhammad SAW. Ada 51 orang Khalifah, mulai dari Muawiyah I (660-680) sampai kepada Al-Mu'tashim (1242-1258). Dinasti Muawiyah runtuh ketika pasukan Mongol menyerbu dan menduduki Baghdad pada tahun 1258. Harun Al-Rasyid seorang Raja yang adil dan bijaksana, sama sekali tidak meninggalkan bekas. Dijalan-jalan raya dan ditempat-tempat strategis di dalam kota Baghdad terpampang potret dan patung sang Presiden Saddam Hussein dalam berbagai gaya dan pose dan terkadang mengganggu pandangan.
Suatu hal yang sangat ironis, Saddam Hussein memperlakukan hukum "revolusi" sampai dia menembak mati Wakilnya sendiri yang merangkap Wakil Ketua Dewan Partai Ba'ath, Jenderal Izzat Ibrahim beberapa hari setelah kembali dari perundingan Jeddah yang gagal tanggal 1 Agustus 1990 lalu. Menurut harian "Al-Madinah" edisi 8495 tanggal 18 Agustus 1990, eksekusi dilakuan di "ruba" (ruang bawah tanah) dimana Sidang Pengadilan kilat berlangsung. Konon kesalahannya tidak setuju dengan rencana penyerangan ke Kuwait yang dilaksanakan pada tanggal 2 Agsustus dinihari. Bersama Izzat ada 6 orang staf Saddam yang membangkang dihabisi. Izzat sangat berjasa bagi Irak dalam perang Irak-Iran.
Irak yang baru 2 tahun habis bertempur mati-matian dengan Iran (1980 - 1988) telah menelan ribuan korban rakyat Irak dan tidak sedikit pula korban Iran yang mati sia-sia. Irak jika tidak dibantu oleh negara-negara Arab, khususnya negara Teluk, sudah tidak bisa bertahan. Irak, melalui tekanan-tekanan internasional bersedia berdamai dengan Iran, tetapi perdamaian yang berjalan alot itu belum juga selesai, khususnya penentuan tapal batas dan pertukaran tawanan. Di Irak masih terdapat sekitar 60.000 tawanan Iran, sedangkan tawanan Irak di Iran sekitar 40.000 orang, untuk memperkuat pasukan Irak diperbatasan Saudi. Mengalahnya Irak di wilayah sengketa dengan Iran seluas 2.000 km persegi, tidak menghasilkan apa-apa bagi Saddam, kecuali hanya mengalihkan tentara Irak ke Kuwait. Iran tidak akan mendukung Irak, dan meyerukan Irak segera meninggalkan Kuwait yang didudukinya. "Apapun yang dilakukan Saddam, pendudukannya atas Kuwait adalah tidak sah", kata Rafsanjani, Presiden Iran dalam percakapan telepon jarak jauh dengan Presiden Turki, Turkut Ozal.
Irak yang tidak mempunyai pelabuhan laut bebas itu berusaha merampasnya dari Iran, tetapi tidak berhasil. Sekarang dengan mudah Irak melakukan invasi ke Kuwait dan dengan tujuan yang sama ingin mempunyai pelabuhan bebas untuk meningkatkan ekspor minyaknya. Selama ini Arab Saudi dan Kuwait telah bermurah hati membuatkan saluran pipa minyak mentahnya sampai ke pelabuhan Yanbu dipantai Laut Merah. Turki juga memberikan fasilitas yang sama kepada Irak untuk membangun pipa minyak ke pelabuhan Yumurtalik di pantai Laut Tengah.
Irak yang mempunyai sejuta tentara itu dengan irama lagu-lagu nasional dan menanamkan patriotisme ala komunis, telah berhasil menempa personil militernya dengan pengkaderan yang ketat. Siapa yang berani menantangnya langsung di "dor" alias "diamankan". Oposisi sama sekali tidak mendapat peluang.
Dengan Partai Ba'ath, Saddam Hussein memerintah dengan tangan besi sejak dia diangkat jadi Ketua Partai dan sekaligus menjadi Presiden Irak menggantikan Presiden Jenderal Ahmad Hassan Al Bakr yang sakit-sakitan pada tahun 1979. Dulu, waktu Saddam si anak petani menyelesaikan studynya di Cairo, telah menempa semangatnya sebagai pejuang dengan figur Gamal Abdul Nasser. Umur 22 tahun Saddam bersama beberapa orang pengikutnya mencoba melakukan makar menggulingkan Presiden Jenderal Abdul Karim Kassim yang dulu menggulingkan monarki di Irak. Konon dia lari ke Syria dengan kakinya kena tembak. Kemudian Saddam kembali bergabung dengan tokoh-tokoh partai Ba'ath Syria dan menjadi wakil Jenderal Bakr. Saddam boleh disebut sangat condong memerintah sebagai "tiran" dan menuju kepada diktator. Musuh bebuyutannya sama-sama Partai Ba'ath adalah Syria yang sampai sekarang tidak kunjung rujuk.
Ada sinyalemen kuat menyatakan bahwa Saddam Hussein setelah mendapatkan senjata "kimia"nya membantai hampir 60.000 rakyat Irak, suku Kurdi yang berusaha menentangnya dengan angkat senja_ta. Harian Al-Bilad edisi 9556 tanggal 18 Agustus 1990 terbit di Jeddah, menurunkan laporan utamanya mengenai bukti nyata kejahatan Saddam Hussein dan tentaranya. Bom kimia ditembakkan keatas rumah-rumah bertingkat dan siapa saja yang ada didalam rumah atau lewat dijalan mati tercekik karena menghirup racun kimia, lebih-lebih lagi anak-anak dan orang-orang tua. Tampaknya kekejaman ini lebih dahsyat lagi dari kekejaman Wersterling di Sulawesi dalam zaman pra kemerdekaan RI.
KUWAIT
Kuwait, sebuah negara tidak lebih besar dari pula Seram itu, dengan luas hanya 16.058 km persegi, berpenduduk 1.975.465 jiwa, mempunyai 20.300 tentara, 275 tank dan 60 pesawat tempur, memang bukan lawan Irak.
Kuwait, negara mini di Teluk Persia, diperintah oleh Emir Sheikh Jabir Al Ahmad Al-Sabah (1977) dengan PM Sheikh Saad Abdullah Al-Sabah (1978) merupakan negara terkaya dan termakmur ketiga di dunia dengan income per-capita US $14.000,- (bandingkan dengan income Irak yang cuma $3.900) GNP Rp 35 Trilyun. Setiap penduduk mempunyai income sekitar Rp. 2.500.000,- per/bulan.
Kemakmurannya telah banyak mengundang pendatang asing dan pertumbuhan penduduknya melaju tanpa kendali. Kekayaan Kuwait berasal dari hasil penyulingan minyak dan gas alamnya yang melimpah, termasuk pemilik cadangan minyak kedua terbesar di dunia.
Agaknya dengan kekayaan yang melimpah itu pula dan menjadi sumber malapetaka bagi Kuwait menimbulkan kecurigaan Irak. Dengan lantang Irak menuduh Kuwait telah merampas dan menyedot minyak Irak di bawah laut lepas pantai di dekat pulau Babyan, sekitar 20 km dari pantai Basra. Ini pulalah yang menimbulkan sengketa berlarut sejak puluhan tahun. Ricuh masalah perbatasan membuatIrak berang dan berkali-kali mencoba menekan Kuwait, tetapi berkat usaha-usaha penengah Liga Arab, bentrokan-bentrokan itu dapat dihindarkan dan mencapai puncaknya ketika Irak menyerbu Kuwait 2 Agustus lalu.
EMBARGO DAN BOIKOT
Berdasarkan keputusan Dewan Keamanan PBB No. 660, 661, 662 ditetapkan mengadakan embargo dan boikot ekonomi kepada Irak, apabila Irak tidak menarik pasukannya dari Kuwait. Sanksi ini dengan segera dilaksanakan oleh beberapa negara Eropa dan Amerika, khususnya MEE, disamping Jepang dan RR Cina. Australia dan Indonesia juga memboikot hubungan dagang dengan Irak.
Adapun negara-negara Arab terpecah menjadi dua bagian, pro dan kontra. Liga Arab dalam sidang Istimewanya di Cairo tanggal 10 Agustus 1990 menetapkan juga boikot ekonomi dan perdagangan ke Irak, tetapi ada yang kontra dan ada yang abstain. Jordania, misalnya tidak sepenuhnya dapat menerima keputusan Liga Arab untuk menghentikan lintas barang-barang Irak lewat pelabuhan Aqabah, karena Raja Hussein terikat dengan perjanjian kerjasama Arab, demikian juga Yaman. Tetapi Mesir dengan sikap keras melakukan segera boikot ekonomi dan menghentikan hubungan dagang dengan Irak, resikonya sejuta pekerja Mesir di Irak terpaksa mudik.
Tampaknya Liga Arab sulit mencarikan penyelesaian secara damai, disebabkan sikap keras Irak dan para pendukungnya. Kekuatan dan nasionalisme (Qaumiyah) Arab menjadi terpecah dan mereka satu sama lain saling "perang syaraf". Benar juga apa yang pernah dikatakan almarhum Prof. Dr. HAMKA ketika meletus perang Arab-Israel bahwa bangsa Arab bersatu untuk "tidak bersatu".
Raja Hussein dalam kunjungannya ke Amerika mencob melunakkan sikap Amerika dan disebut sebagai membawa pesan Saddam Hussein untuk mendeteksi sikap Amerika. Konon hasilnya tidak begitumemuaskan, karena sikap Irak yang begitu keras memcaplok Kuwait.
Amerika menekankan perlunya lebih dahulu Irak menarik diri dari Kuwait dan baru negosiasi dilancarkan.
Amerika menekan Raja Hussein untuk mengambil sikap melaksanakan keputusan DK PBB dalam melakukan boikot ekonomi kepada Irak. Sikap ini diterima Raja Hussein dengan syarat. Tampaknya Raja Hussein bertindak sangat hati-hati, sebab posisi negaranya juga terjepit dan selama ini menunjukkan sikap pro Amerika, sama halnya dengan sikap Arab Saudi. Disamping itu Raja Hussein terus berusaha mencari pendekatan pendapat diantara pendukung-pendukungnya dan tetap mengadakan konsultasi untuk mengatasi tidak meletusnya perang di Teluk yang lebih dahsyat lagi dari perang Israel tahun 1967.
Yordania sendiri kelabakan menghadapi ribuan pengungsi yang datang dari Irak dan Kuwait lewat perbatasannya, menyebabkan harga bahan pokok naik. Kebanyakan pengungsi ini adalah dari Mesir, Pakistan dan beberapa negara lain.
ARAB SAUDI
Meskipun Presiden Saddam Hussein seringkali menegaskan bahwa Irak bakal tidak menyerang Arab Saudi. "Arab Saudi bukan tujuan kami, cukup Kuwait saja..." demikian Saddam pernah berucap.
Tetapi siapa tahu, kehausan perang Saddam Hussein yang digambarkan oleh pers Arab sebagai Hitler Timur Tengah setiap saat siap memuntahkan rudal-rudal kimia ke wilayah Arab Saudi.
Raja Fahd dengan tegas meminta bantuan pasukan Liga Arab dan negara-negara sahabat (multi nasional), dan segera mengizinkan pasukan Amerika masuk ke wilayah Arab Saudi. Dengan adanya sikap ini, Saddam Hussein berbalik menuduh Raja Fahd tidak konsekwen mengundang pasukan asing ke wilayahnya. Tidak akan ada penarikan pasukan Irak dari Kuwait sebelum pasukan asing ditarik dari Saudi, dan bersedia digantikan dengan pasukan multi nasion Arab.
Seminggu setelah penyerbuan 10 jam Irak ke Kuwait, Saddam menempatkan 170.000 tentara didekat perbatasan Saudi, disamping 500 Tank dan 1500 Artileri di Kuwait, sejumlah pasukan Irak juga ditempatkan diperbatasan Turki.
Arab Saudi yang luasnya 2.331.000 km2, berpenduduk 14 juta, ditambah dengan jutaan tenaga kerja asing adalah negara eksportir minyak mentah terbesar di dunia, anggota OPEC. Dengan hasil buminya itu, termasuk tambang emas, biji besi dan perak, menjadi sangat kaya dan mampu membiayai proyek-proyek raksasa,khususnya pembangunan Mesjid Al-Haram di Makkah, Mesjid Nabawi di Medinah dan tempat-tempat menunaikan ibadah haji seperti Mina, Muzdalifah dan Arafat.
Angkatan Bersenjata Arab Saudi mempunyai kekuatan 108.000 tentara, 550 buah tank, 200 pesawat tempur dan 10 rudal. Kekuatan ini juga bukan imbangan Irak. Karena itulah Raja Fahd segera meminta dukungan pasukan asing, terutama Amerika. Amerika tentu saja siap dengan segala perannya, disebabkan Arab Saudi selama ini adalah "orang terpecaya" Amerika.
Untuk menunjung kekuatan ini, Mesir spontan mengirimkan ribuan pasukan tempur yang selama ini tersimpan setelah perang Arab-Israel usai. Mesir secara terus terang mengakui bahwa Arab Saudi sudah banyak memberikan dana dan andil selama konflik dengan Israel dan selama perang berkobar di gurun Sinai, suplly bahan makanan dan senjata datang dari Arab Saudi. Husni Mubarak lebih condong memilih keluar dari Persatuan Kerjasama Arab (Yaman, Yordania, Irak dan Mesir). "Kita tidak dapat mentolerir sebuah negara serumpun dicaplok begitu saja..", katanya kepada pers beberapa hari setelah invasi Irak ke Kuwait.
In-come Arab Saudi menempati urutan ke-4 terbesar di dunia dan menjadikan negara itu termakmur dan merata. Akibatnya rakyatnya mulai santai dan hidup manja dan mewah. Pemerintah harus mendatangkan ribuan tenaga kerja dari manca negara untuk membangun berbagai proyek. Lapangan kerja terbuka bagi para ahli asing dan dapat berkreasi. Pertumbuhan ekonomi sampai 20% pertahun.
Negara ini sanggup membiayai pasukan apa saja selama berada di wilayah Arab Saudi dan mempunyai persediaan bahan pangan yang cukup besar.
Arab Saudi, selain terdapatnya tempat suci ummat Islam adalah negara yang "aman sentosa". Tidak pernah terlibat langsung dalam perang Timur Tengah dan dalam konflik Arab-Israel. Tetapi sempat dikacaukan oleh kelompok Islam fundamentalis dengan menduduki Mesjid Al-Haram di Mekkah 20 Nopember 1979.
Adakah Arab Saudi sekarang ini akan terlibat perang langsung dengan Irak? Inilah yang menjadi kemelut dewasa ini. Tidak ayal lagi Saddam Hussein menuduh bahwa kota suci Makkah dan Medinah sudah dikotori dan diduduki pasukan asing dan mesti segera dibebaskan dengan "Jihad fi sabilillah". Disamping itu Radio Baghdad mengumandangkan seruan jihad melalui siaran gelapnya dengan menamakan "Radio Makkah Al-Mukarramah" yang dimaksudkan mengganggu gelombang pemancar asing, dengan memutar lagu-lagu perjuangan dan lagu-lagu pop Arab? Siaran ini dapat dipantau di Saudi dengan jelas. Jelas tujuannya menghasut rakyat Arab Saudi dan kadang-kadang sudah menjurus kepada fitnah. Seruan ini nampaknya selalu dicari-cari. Dan barangkali Saddam sebagai seorang muslim agaknya lupa bahwa orang-orang non-muslim tidak diperkenankan masuk tanah haram, apa lagi dikuasai pasukan asing yang non-muslim?
Dalam tempo kurang dari 20 hari sejak Kuwait diduduki Irak semua pasukan asing, khususnya Amerika dan sekutunya ditambah dengan kekuatan militer dari Liga Arab (Mesir, Maroko, Syria) dan sekarang pasukan dari Pakistan dan Bangladesh sudah menempati pos-pos disepanjang perbatasan Saudi-Irak.
Penulis baru saja kembali dari garis perbatasan Saudi-Kuwait, 10 km dari kota Al-Khafji. Kelihatannya memang sudah dipersiapkan segala sesuatunya. Tentara Amerika memenuhi hotel-hotel dan sudah banyak kelihatan di kota-kota Dhahran, Dammam, Al-Khobar, Hafar Al-Batin dan Al-Khafji. Pasukan-pasukan altileri Arab Saudi sudah disiagakan penuh selama 24 jam, pokoknya suasana sudah menjurus kearah perang total dengan persenjataan yang serba modern dan mutakhir, meskipun Saudi berdalih sebagai mempertahankan kedaulatannya atas serangan Irak. Kini, atas panggilan Raja Fahd sudah 40.000 orang pemuda Saudi mengikuti latihan-latinan sukarelawan.
Sementara itu, usaha-usaha menghindari perang tetap intensif dilakukan. Liga Arab bersidang di Cairo. Sekjen PBB, Perez de Cuellar bertemu dengan Menlu Irak, Tarik Aziz di Amman untuk menyampaikan keputusan DK PBB dan inisiatif membujuk Irak berdamai dan menarik mundur pasukan Irak dari Kuwait tetap dilancarkan.
Menurut para pengamat, persiapan perang sekarang ini jauh lebih dahsyat dari persiapan perang Vietnam dan Kamboja. Apakah Arab Saudi akan dijadikan Vietnam kedua?
Apabila Saddam jadi menggunakan senjata kimianya, jelas jelas akan membawa kehancuran yang dahsyat. Dan inilah yang paling ditakuti semua orang!
Riyadh, 31 Agustus 1990.
Note : Artikel ini dimuat Harian :
1. PELITA, edisi No. 5027 Tahun XVII, tanggal 13 September 1990.
2. ANGKATAN BERSENJATA, No. 8510 Tahun XXVI, 17 September 1990.
3. SUARA KARYA, edisi No. 5894 Tahun XX, tgl 18 September 1990.
4. HALUAN, No. tanggal 19 September 1990
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar