ROKOK

SORGA ATAU SIKSA PEROKOK

Oleh : Taufiq Ismail

Indonesia adalah sorga luar biasa ramah bagi perokok,

tapi tempat siksa tak tertahankan bagi orang yang tak merokok,

Di sawah petani merokok,

di pabrik pekerja merokok,

di kantor pegawai merokok,

di kabinet menteri merokok,

di reses parlemen anggota DPR merokok,

di Mahkamah Agung yang bergaun toga merokok,

hansip-bintara-perwira nongkrong merokok,

di perkebunan pemetik buah kopi merokok,

di perahu nelayan penjaring ikan merokok,

di pabrik petasan pemilik modalnya merokok,

di pekuburan sebelum masuk kubur orang merokok,

Indonesia adalah semacam firdaus-jannatu-na'im sangat ramah bagi perokok,

tapi tempat siksa kubur hidup-hidup bagi orang yang tak merokok,

Di balik pagar SMU murid-murid mencuri-curi merokok,

di ruang kepala sekolah ada guru merokok,

di kampus mahasiswa merokok,

di ruang kuliah dosen merokok,

di rapat POMG orang tua murid merokok,

di perpustakaan kecamatan ada siswa bertanya apakah ada buku tuntunan cara merokok,

Di angkot Kijang penumpang merokok,

di bis kota sumpek yang berdiri yang duduk orang bertanding merokok,

di loket penjualan karcis orang merokok,

di kereta api penuh sesak orang festival merokok,

di kapal penyeberangan antar pulau penumpang merokok,

di andong Yogya kusirnya merokok,

sampai kabarnya kuda andong minta diajari pula merokok,

Negeri kita ini sungguh nirwana kayangan para dewa-dewa bagi perokok,

tapi tempat cobaan sangat berat bagi orang yang tak merokok,

Rokok telah menjadi dewa, berhala, tuhan baru, diam-diam menguasai kita,

Di pasar orang merokok,

di warung Tegal pengunjung merokok,

di restoran di toko buku orang merokok,

di kafe di diskotik para pengunjung merokok,

Bercakap-cakap kita jarak setengah meter tak tertahankan asap rokok,

bayangkan isteri-isteri yang bertahun-tahun menderita di kamar tidur ketika melayani para suami yang bau mulut dan hidungnya mirip asbak rokok,

Duduk kita di tepi tempat tidur ketika ada orang menularkan HIV-AIDS sesamanya, tapi kita tidak ketularan penyakitnya.

Duduk kita disebelah orang yang dengan cueknya mengepulkan asap rokok di kantor atau di stopan bus, kita ketularan penyakitnya.

Nikotin lebih jahat penularannya ketimbang HIV-AIDS,

Indonesia adalah sorga kultur pengembangbiakan nikotin paling subur di dunia,

dan kita yang tak langsung menghirup sekali pun asap tembakau itu,

Bisa ketularan kena,

Di puskesmas pedesaan orang kampung merokok,

di apotik yang antri obat merokok,

di panti pijat tamu-tamu disilahkan merokok,

di ruang tunggu dokter pasien merokok, dan ada juga dokter-dokter merokok,

Istirahat main tenis orang merokok,

di pinggir lapangan voli orang merokok, menyandang raket badminton orang merokok, pemain bola PSSI sembunyi-sembunyi merokok, panitia pertandingan balap mobil, pertandingan bulutangkis, turnamen sepakbola mengemis-ngemis mencium kaki sponsor perusahaan rokok,

Di kamar kecil 12 meter kubik, sambil 'ek-'ek orang goblok merokok,

di dalam lift gedung 15 tingkat dengan tak acuh orang goblok merokok,

di ruang sidang ber-AC penuh, dengan cueknya, pakai dasi, orang-orang goblok merokok,

Indonesia adalah semacam firdaus-jannatu-na'im sangat ramah bagi orang perokok,

tapi tempat siksa kubur hidup-hidup bagi orang yang tak merokok,

Rokok telah menjadi dewa, berhala, tuhan baru, diam-diam menguasai kita,

Di sebuah ruang sidang ber-AC penuh, duduk sejumlah ulama terhormat merujuk kitab kuning dan mempersiapkan sejumlah fatwa.

Mereka ulama ahli hisap. Haasaba, yuhaasibu, hisaaban.

Bukan ahli hisab ilmu falak, tapi ahli hisap rokok.

Di antara jari telunjuk dan jari tengah mereka terselip berhala-berhala kecil, sembilan senti panjangnya, putih warnanya, ke mana-mana dibawa dengan setia, satu kantong dengan kalung tasbih 99 butirnya,

Mengintip kita dari balik jendela ruang sidang, tampak kebanyakan mereka memegang rokok dengan tangan kanan, cuma sedikit yang memegang dengan tangan kiri.

Inikah gerangan pertanda yang terbanyak kelompok ashabul yamiin dan yang sedikit golongan ashabus syimaal?

Asap rokok mereka mengepul-ngepul di ruangan AC penuh itu.

Mamnu'ut tadkhiin, ya ustadz. Laa tasyrabud dukhaan, ya ustadz.

Kyai, ini ruangan ber-AC penuh. Haadzihi al ghurfati malii'atun bi mukayyafi al hawwa'i. Kalau tak tahan, Di luar itu sajalah merokok. Laa taqtuluu anfusakum.

Min fadhlik, ya ustadz. 25 penyakit ada dalam khamr. Khamr diharamkan.

15 penyakit ada dalam daging khinzir (babi). Daging khinzir diharamkan.

4000 zat kimia beracun ada pada sebatang rokok. Patutnya rokok diapakan?

Tak perlu dijawab sekarang, ya ustadz. Wa yuharrimu 'alayhimul khabaaith. Mohon ini direnungkan tenang-tenang, karena pada zaman Rasulullah dahulu, sudah ada alkohol, sudah ada babi, tapi belum ada rokok.

Jadi ini PR untuk para ulama. Tapi jangan karena ustadz ketagihan rokok, Lantas hukumnya jadi dimakruh-makruhkan, jangan,

Para ulama ahli hisap itu terkejut mendengar perbandingan ini.

Banyak yang diam-diam membunuh tuhan-tuhan kecil yang kepalanya berapi itu, yaitu ujung rokok mereka.

Kini mereka berfikir. Biarkan mereka berfikir. Asap rokok di ruangan ber-AC itu makin pengap, dan ada yang mulai terbatuk-batuk,

Pada saat sajak ini dibacakan malam hari ini, sejak tadi pagi sudah 120 orang di Indonesia mati karena penyakit rokok.

Korban penyakit rokok lebih dahsyat ketimbang korban kecelakaan lalu lintas, lebih gawat ketimbang bencana banjir, gempa bumi dan longsor, cuma setingkat di bawah korban narkoba,

Pada saat sajak ini dibacakan, berhala-berhala kecil itu sangat berkuasa di negara kita, jutaan jumlahnya, bersembunyi di dalam kantong baju dan celana, dibungkus dalam kertas berwarni dan berwarna, diiklankan dengan indah dan cerdasnya,

Tidak perlu wudhu atau tayammum menyucikan diri, tidak perlu ruku' dan sujud untuk taqarrub pada tuhan-tuhan ini, karena orang akan khusyuk dan fana dalam nikmat lewat upacara menyalakan api dan sesajen asap tuhan-tuhan ini,

Rabbana, beri kami kekuatan menghadapi berhala-berhala ini.

Lebih gawat ketimbang bencana banjir, gempa bumi dan longsor, cuma setingkat di bawah korban narkoba, Panjang rokok sekitar 9 cm.

PROSESI IBADAH HAJI

Dari Mimbar Islam منبر الإسلام



BACA AL QUR'AN SURAH AL BAQARAH AYAT 197

Musim Haji ialah beberapa bulan yang dimaklumi. Siapa yang telah menetapkan niatnya dalam bulan itu akan mengerjakan haji, maka tidak boleh rafats (mencampuri ister, tidak boleh membuat maksiat, dan tidak boleh bertengkar, dalam masa mengerjakan ibadat Haji. Dan apa yang kamu kerjakan berupa kebaikan adalah diketahui oleh Allah; dan hendaklah kamu membawa bekal dengan dan sesungguhnya sebaik-baik bekal itu ialah taqwa memelihara diri dan bertaqwalah kepadaKu wahai orang-orang yang berakal. (QS Al Baqarah 197)



H

aji adalah rukun (tiang agama) Islam yang kelima setelah syahadat, shalat, zakat dan puasa. Menunaikan ibadah haji adalah bentuk ritual tahunan yang dilaksanakan kaum muslim sedunia yang mampu (material, fisik, dan keilmuan) dengan berkunjung dan melaksanakan beberapa kegiatan di beberapa tempat di Arab Saudi pada suatu waktu yang dikenal sebagai musim haji (bulan Dzulhijjah). Hal ini berbeda dengan ibadah umrah yang bisa dilaksanakan sewaktu-waktu.

Kegiatan inti ibadah haji dimulai pada tanggal 8 Dzulhijjah ketika umat Islam bermalam di Mina, wukuf (berdiam diri) di Padang Arafah pada tanggal 9 Dzulhijjah, dan berakhir setelah melempar jumrah (melempar batu simbolisasi setan) pada tanggal 10 Dzulhijjah. Masyarakat Indonesia lazim juga menyebut hari raya Idul Adha sebagai Hari Raya Haji karena bersamaan dengan perayaan ibadah haji ini.

Definisi

Secara lughawi, haji berarti menyengaja atau menuju dan mengunjungi. Menurut etimologi bahasa Arab, kata haji mempunyai arti qashd, yakni tujuan, maksud, dan menyengaja. Menurut istilah syara', haji ialah menuju ke Baitullah dan tempat-tempat tertentu untuk melaksanakan amalan-amalan ibadah tertentu pula. Yang dimaksud dengan temat-tempat tertentu dalam definisi diatas, selain Ka'bah dan Mas'a(tempat sa'i), juga Arafah, Muzdalifah, dan Mina. Yang dimaksud dengan waktu tertentu ialah bulan-bulan haji yang dimulai dari Syawal sampai sepuluh hari pertama bulan Dzulhijjah. Adapun amal ibadah tertentu ialah thawaf, sa'i, wukuf, mazbit di Muzdalifah, melontar jumrah, mabit di Mina, dan lain-lain.

Latar belakang ibadah haji

Orang-orang Arab pada zaman jahiliah telah mengenal ibadah haji ini yang mereka warisi dari nenek moyang terdahulu dengan melakukan perubahan disana-sini. Akan tetapi, bentuk umum pelaksanaannya masih tetap ada, seperti thawaf, sa'i, wukuf, dan melontar jumrah. Hanya saja pelaksanaannya banyak yang tidak sesuai lagi dengan syari’at yang sebenarnya. Untuk itu, Islam datang dan memperbaiki segi-segi yang salah dan tetap menjalankan apa-apa yang telah sesuai dengan petunjuk syara' (syariat), sebagaimana yang diatur dalam al-Qur'an dan sunnah rasul. Latar belakang ibadah haji ini juga didasarkan pada ibadah serupa yang dilaksanakan oleh nabi-nabi dalam agama Islam, terutama nabi Ibrahim (nabinya agama Tauhid). Ibadah thawaf didasarkan pada ibadah serupa yang dilaksanakan oleh umat-umat sebelum nabi Ibarahim. Ritual sa'i, yakni berlari antara bukit Shafa dan Marwah (daerah agak tinggi di sekitar Ka'bah yang sudah menjadi satu kesatuan Masjid Al Haram, Makkah), juga didasarkan untuk mengenang ritual istri kedua nabi Ibrahim ketika mencari susu untuk anaknya nabi Ismail. Sementara wukuf di Arafah adalah ritual untuk mengenang tempat bertemunya nabi Adam dan Siti Hawa di muka bumi, yaitu asal mula dari kelahiran seluruh umat manusia.

Jenis ibadah haji

Ibadah haji, rukun Islam yang terakhir.

Setiap jamaah bebas untuk memilih jenis ibadah haji yang ingin dilaksanakannya. Rasulullah SAW memberi kebebasan dalam hal itu, sebagaimana terlihat dalam hadis berikut, artinya:

Aisyah RA berkata: Kami berangkat beribadah bersama Rasulullah SAW dalam tahun hajjatul wada’. Diantara kami ada yang berihram, untuk haji dan umrah dan ada pula yang berihram untuk haji. Orang yang berihram untuk umrah ber-tahallul ketika telah berada di Baitullah. Sedang orang yang berihram untuk haji jika ia mengerjakan secara bersamaan haji dan umrah. Maka ia tidak melakukan tahallul sampai dengan selesai dari nahar. (HR Muttafak Alih)

Berikut adalah jenis dan pengertian haji yang dimaksud.

· Haji ifrad, berarti menyendiri. Pelaksanaan ibadah haji disebut ifrad bila sesorang bermaksud menyendirikan, baik menyendirikan haji maupun menyendirikan umrah. Dalam hal ini, yang didahulukan adalah ibadah haji. Artinya, ketika mengenakan pakaian ihram di miqat-nya, orang tersebut berniat melaksanakan ibadah haji dahulu. Apabila ibadah haji sudah selesai, maka orang tersebut mengenakan ihram kembali untuk melaksanakan umrah.

· Haji tamattu', mempunyai arti bersenang-senang atau bersantai-santai dengan melakukan umrah terlebih dahulu di bulan-bulah haji, lain bertahallul. Kemudian mengenakan pakaian ihram lagi untuk melaksanakan ibadah haji, ditahun yang sama. Tamattu' dapat juga berarti melaksanakan ibadah didalam bulan-bulan serta didalam tahun yang sama, tanpa terlebih dahulu pulang ke negeri asal.

· Haji qiran, mengandung arti menggabungkan, menyatukan atau mengerjakan haji dan umrah secara bersamaan. Yang dimaksud disini adalah menyatukan berihram untuk melaksanakan ibadah haji dan umrah. Haji qiran dilakukan dengan tetap berpakaian ihram sejak miqat makani dan melaksanakan semua rukun dan wajib haji sampai selesai, meskipun mungkin akan memakan waktu lama. Menurut Abu Hanifah, melaksanakan haji qiran, berarti melakukan dua thawaf dan dua sa'i.

Kegiatan ibadah haji

Padang Arafah pada musim haji

Rute yang dilalui oleh jamaah dalam ibadah haji

Berikut adalah kegiatan utama dalam ibadah haji berdasarkan urutan waktu:

· Sebelum 8 Dzulhijjah, umat Islam dari seluruh dunia mulai berbondong untuk melaksanakan Tawaf Haji di Masjid Al Haram, Makkah.

· 8 Dzulhijjah, jamaah haji harus bermalam di Mina. Sebelumnyanya pada pagi 8 Dzulhijjah, semua umat Islam memakai pakaian Ihram (dua lembar kain tanpa jahitan sebagai pakaian haji), kemudian berniat haji, dan membaca bacaan Talbiyah. Pagi hari tanggal 8 Dzulhijjah, jamaah menuju Mina. Malam harinya, semua jamaah haji harus bermalam di Mina.

· 9 Dzulhijjah, pagi harinya semua jamaah haji pergi ke Arafah. Kemudian jamaah melaksanakan ibadah Wukuf, yaitu berdiam diri dan berdoa di padang luas ini hingga Maghrib datang. Ketika malam datang, jamaah segera menuju dan bermalam Muzdalifah.

· 10 Dzulhijjah, setelah pagi di Muzdalifah, jamaah segera menuju Mina untuk melaksanakan ibadah Jumrah Aqabah, yaitu melempar batu sebanyak tujuh kali ke tugu pertama sebagai simbolisasi mengusir setan. Setelah mencukur rambut atau sebagian rambut, jamaah bisa Tawaf Haji (menyelesaikan Haji), atau bermalam di Mina dan melaksanakan jumrah sambungan (Ula dan Wustha).

· 11 Dzulhijjah, melempar jumrah sambungan (Ula) di tugu pertama, tugu kedua, dan tugu ketiga.

· 12 Dzulhijjah, melempar jumrah sambungan (Ula) di tugu pertama, tugu kedua, dan tugu ketiga.

· Sebelum pulang ke negara masing-masing, jamaah melaksanakan Thawaf Wada' (thawaf perpisahan).

Lokasi utama dalam ibadah haji

Makkah Al Mukaromah

Di kota inilah berdiri pusat ibadah umat Islam sedunia, Ka'bah, yang berada di pusat Masjidil Haram. Dalam ritual haji, Makkah menjadi tempat pembuka dan penutup ibadah ini ketika jamaah diwajibkan melaksanakan niat dan thawaf haji.

Arafah

Kota di sebelah timur Makkah ini juga dikenal sebagai tempat pusatnya haji, yiatu tempat wukuf dilaksanakan. Daerah berbentuk padang luas ini adalah tempat berkumpulnya sekitar dua juta jamaah haji dari seluruh dunia. Di luar musim haji, daerah ini tidak dipakai.

Mina

Tempat berdirinya tugu jumrah, yaitu tempat pelaksanaan kegiatan melontarkan batu ke tugu jumrah sebagai simbolisasi tindakan nabi Ibrahim ketika mengusir setan. Dimasing-maising tempat itu berdiri tugu yang digunakan untuk pelaksanaan: Jumrah Aqabah, Jumrah Ula, dan Jumrah Wustha. Di tempat ini jamaah juga diwajibkan untuk menginap satu malam.

Muzdalifah

Tempat di dekat Mina dan Arafah, dikenal sebagai tempat jamaah haji melakukan Mabit (Bermalam) dan mengumpulkan bebatuan untuk melaksanakan ibadah jumrah di Mina.

Madinah

Adalah kota suci kedua umat Islam. Di tempat inilah panutan umat Islam, Nabi Muhammad SAW dimakamkan di Masjid Nabawi. Tempat ini sebenarnya tidak masuk ke dalam ritual ibadah haji, namun jamaah haji dari seluruh dunia biasanya menyempatkan diri berkunjung ke kota yang letaknya kurang lebih 330 km (450 km melalui transportasi darat) utara Makkah ini untuk berziarah dan melaksanakan salat di masjidnya Nabi.

Tempat Bersejarah

Jabal Nur dan Gua Hira

Jabal Nur terletak kurang lebih 6 km di sebelah utara Masjidil Haram. Di puncaknya terdapat sebuah gua yang dikenal dengan nama Gua Hira. Di gua inilah Nabi Muhammad saw menerima wahyu yang pertama, yaitu surat Al-'Alaq ayat 1-5.

Jabal Tsur

Jabal Tsur terletak kurang lebih 6 km di sebelah selatan Masjidil Haram. Untuk mencapai Gua Tsur ini memerlukan perjalanan mendaki selama 1.5 jam. Di gunung inilah Nabi Muhammad saw dan Abu Bakar As-Siddiq bersembunyi dari kepungan orang Quraisy ketika hendak hijrah ke Madinah.

Jabal Rahmah

Yaitu tempat bertemunya Nabi Adam as dan Hawa setelah keduanya terpisah saat turun dari surga. Peristiwa pentingnya adalah tempat turunnya wahyu yang terakhir pada Nabi Muhammad saw, yaitu surat Al-Maidah ayat 3.


Pada hari ini telah Aku sempurnakan untuk kamu agamamu dan telah Aku cukupkan kepadamu nikmatKu dan telah Aku ridhai Islam itu jadi agama bagimu. (QS Al Maaidah 3)

Jabal Uhud

Letaknya kurang lebih 5 km dari pusat kota Madinah. Di bukit inilah terjadi perang dahsyat antara kaum muslimin melawan kaum musyrikin Mekah. Dalam pertempuran tersebut gugur 70 orang syuhada di antaranya Hamzah bin Abdul Muthalib, paman Nabi Muhammad saw. Kecintaan Rasulullah saw pada para syuhada Uhud, membuat beliau selalu menziarahinya hampir setiap tahun. Untuk itu, Jabal Uhud menjadi salah satu tempat penting untuk diziarahi.

Makam Baqi'

Baqi' adalah tanah kuburan untuk penduduk sejak zaman jahiliyah sampai sekarang. Jamaah haji yang meninggal di Madinah dimakamkan di Baqi', letaknya di sebelah timur dari Masjid Nabawi. Di sinilah makam Utsman bin Affan ra, para istri Nabi, putra dan putrinya, dan para sahabat dimakamkan.

Masjid Qiblatain

Pada masa permulaan Islam, kaum muslimin melakukan shalat dengan menghadap kiblat ke arah Baitul Maqdis di Yerussalem, Palestina. Pada tahun ke-2 H bulan Rajab pada saat Nabi Muhammad saw melakukan shalat Zuhur di masjid ini, tiba-tiba turun wahyu surat Al-Baqarah ayat 144 yang memerintahkan agar kiblat shalat diubah ke arah Kabah Masjidil Haram, Mekah. Dengan terjadinya peristiwa tersebut maka akhirnya masjid ini diberi nama Masjid Qiblatain yang berarti masjid berkiblat dua.


Sungguh Kami melihat mukamu menengadah kelangit, maka sungguh Kami akan memalingkankan kamu ke kiblat yang kami sukai, palingkanlah mukamu ke arah Masjidil Haram..! (QS Al Baqarah 144)

Rekaman tragedi ibadah haji

· Desember 1975: 200 jamaah tewas di dekat kota Makkah setelah sebuah pipa gas meledak dan membakar sepuluh tenda.

· 4 Desember 1979: 153 jamaah tewas dan 560 lainnya terluka setelah petugas keamanan Arab Saudi yang dibantu tentara Perancis mencoba membebaskan Masjidil Haram yang disandera sekelompok militan selama dua minggu.

· 31 Juli 1987: 402 jamaah tewas, 275 diantaranya dari Iran, setelah ribuan jamaah Iran yang melakukan demonstrasi mendapat perlawanan fisik dari keamanan Arab Saudi. Akibat dari insiden itu Arab Saudi memutuskan hubungan diplomatik dengan Iran, yang akhirnya tidak mengirimkan jamaahnya ke Makkah hingga tahun 1991.

· 10 Juli 1989: satu jamaah tewas dan 16 terluka akibat penembakan didalam Masjidil Haram. Akibatnya 16 orang Kuwait yang melakukan penyerangan dihukum tembak mati.

· 15 Juli 1989: lima jamaah asal Pakistan tewas dan 34 lainnya terluka akibat insiden penembakan oleh sekelompok orang bersenjata di perumahan mereka di Makkah.

· 2 Juli 1990: 1.426 jamaah tewas kebanyakan dari Asia akibat terperangkap didalam terowongan Mina.

· 24 Mei 1994: 270 jamaah tewas akibat saling dorong dan injak di Mina.

· 7 Mei 1995: tiga jamaah tewas akibat kebakaran di Mina.

· 15 April 1997: 343 jamaah tewas dan 1.500 lainnya terluka karena kehabisan nafas karena terjebak didalam kebakaran tenda di Mina.

· 9 April 1998: 118 jamaah tewas karena berdesak–desakkan saat pelaksanaan lontar jumroh.

· 5 Maret 2001: 35 jamaah tewas serta puluhan lainnya luka – luka karena berdesak – desakan di Jammarat.

· 11 Februari 2003: 14 jamaah tewas di Jumrotul Mina – enam diantaranya wanita.

· 1 Februari 2004: Sebanyak 251 jamaah tewas selama pelaksanaan lontar jumrah.

· 23 Januari 2005: 29 jamaah tewas akibat banjir terburuk dalam 20 tahun terakhir di Madinah.

· 5 Januari 2006: Sebanyak 76 tewas akibat runtuhnya sebuah penginapan al-Rayahin di jalan Gaza, sekitar 200 meter sebelah barat Masjidil Haram.

· 12 Jan 2006: Sedikitnya 345 jamaah tewas di Jammarat selama pelaksanaan lontar jumrah. Insiden ini terjadi pada pukul 15.30 waktu setempat usai shalat dzuhur, setelah jutaan jamaah saling berdesak–desakkan di pintu masuk sebelah utara lantai dua Jammarat. (Abu Hamdi Al Maghribi/sumber Wikimedia)



Al -Harbi Foundation Ó 2008

JANGAN DIBACA SAAT KHATIB SEDANG KHUTBAH

SIMPAN BAIK-BAIK KARENA ADA AYAT-AYAT AL QUR'AN DIDALAMNYA

Bulletin Dakwah: Mimbar Islam

Penerbit : Lembaga Dakwah Yayasan Wakaf Pondok Pesantren AL-HARBI

Akta Notaris No. 95 Aflinda SH

Bank: BNI Syariah BukittinggiI

Rekno: 0114402339

Alamat : Jl. Raya Batusangkar–Ombilin Km 4, Sawah Jauh, Pabalutan, Rambatan, Batusangkar 27271

Telp. (0752) 7575 092

www.alharbi.or.id

http://pontren-alharbi.blogspot.com

http://mimbar-islam.blogspot.com

Email : pabalutan@telkom.net

Berinfaq Untuk MIMBAR ISLAM berarti ikut mendukung Pendidikan  Pondok Pesantren Modern AL-HARBI - Pabalutan - Batusangkar



Selasa, 02 Juni 2009

Catatan Perjalanan ke Jerusalem

Catatan Perjalanan

H. Zulharbi Salim

MENGUKIR KEMBALI PERRJALANAN

MENGIKTI KUNJUNGAN

PRESIDEN ANWAR SADAT

KE JERUSALEM

1977



Penulis di depan Qubbah Shakra, Baitulmaqdis 20 Nopember 1977

(Foto: Dok.Penulis)



Sidang Knesset Israel mendengarkan pidoto Presiden Anwar Sadat

20 Nopember 1977. (Foto: Dok. Zulharbi Salim)



Pendahuluan

Semula tidak dapat dipercaya bahwa Presiden Anwar Sadat dari Mesir benar-benar akan berkunjung ke Israel dalam waktu yang begitu pendek. Presiden Anwar Sadat menyampaikan niatnya di depan Sidang Parlemen Mesir tanggal 9 Nopember 1977.

Bermacam tanggapan berdatangan dari segala pihak. Ada yang berkata sebagai move politik saja, ada pula yang menyebutnya sebagai ancaman atau sebuah gertak sambal untuk memperlunak hati Perdana Menteri Israel, Menachem Begin. Ada pula menyebutnya sekedar kelakar Sadat.

Dukungan penuh datang dari para anggota Parlemen Mesir, disamping dukungan dari berbagai negara Arab dan dunia yang mengalir ke Cairo.

Presiden Anwar Sadat mengambil keputusan untuk pergi ke Israel, ketika berada di atas pesawat kepresidenannya dari Rumania menuju Iran tanggal 31 Oktober 1977, dalam perjalanan dinas terakhir ke negara-negara sahabat.

Presiden Anwar Sadat berpikir, apakah kalau saya mencetuskan niat untuk pergi ke Israel dan menyampaikan pidato di Kenesset, bersediakah Israel menerimanya? Kalau bersedia menerima dalam waktu dekat saya akan ke Jerusalem dan akan sembahyang di Mesjid Al-Aqsha.

"Saya bersedia pergi ke ujung dunia, demi untuk terciptanya perdamaian yang kekal dan abadi, bahkan ke Israel sekalipun", cetus Sadat.

Sesudah Sadat berpidato di Parlemen Mesir itu, segala usaha mulai digerakkan. Kontak pertama dilakukan dengan Presiden Amerika Serikat, Jimmy Carter. Duta Besar Amerika Serikat di Cairo, Hermann Eilts dipanggil. Presiden Sadat menyampaikan rencana kunjungannya ke Israel. Pesan diteruskan oleh Duta Besar Herman Eilts kepada Presiden Jimmy Carter, yang segera memerintahkan Duta Besar Amerika Serikat di Israel, Samuel Louis untuk menyampaikan pesan Presiden Anwar Sadat dan mengadakan kontak dengan Perdana Menteri Israel, Menachem Begin.

Di Jerusalem, ibukota Israel terjadi kegoncangan. Benarkah Presiden Anwar Sadat akan ke Jerusalem? Ketua Knesset, Ischak Shamir diminta oleh Perdana Menteri Menachem Begin untuk mengadakan persiapan dan mengadakan Sidang Istimewa untuk menyambut niat Presiden Sadat tersebut. Kabinet Israel bersidang. Keputusan diambil, "Welcome Mr. President Anwar Sadat to Israel".

Perdana Menteri Menachem Begin segera menyampaikan undangan kepada Presiden Anwar Sadat. Undangan disampaikan melalui Duta Besar Amerika Serikat di Jerusalem kepada Duta Besar Amerika Serikat di Cairo. Undangan sampai ke tangan Presiden Sadat di Ismailia tanggal 17 Nopember 1977, sesaat setelah Sadat kembali dari kunjungan kerjanya dari Syria.

Sebelum bertolak ke Damaskus. wartawan kawakan TV Amerika Serikat, Walter Cronkite mengadakan wawancara khusus dengan Presiden Sadat di Cairo dan PM Menachem Begin di Jerusalem. Kedua wawancara itu disiarkan langsung dengan satelit keseluruh Amerika Serikat.

Diantara wawancara tersebut, Walter Cronkite menanyakan benarkah Presiden Sadat bersedia berkunjung ke Israel? Kenapa tidak, jawab Sadat tegas. "Saya sudah siap." Kapan waktunya? tanya Cronkite. Apakah dalam minggu ini? Dijawab Presiden Sadat, "mudah-mudahan. Tunggulah saya dulu kembali dari Suriah."

Sekembalinya Presiden Sadat dari Suriah dan setelah menerima undangan resmi dari Perdana Menteri Begin dengan perantaraan Duta Besar Amerika di Cairo, Hermann Eilts, Presiden Sadat mengambil keputusan untuk berangkat ke Israel pada hari Sabtu tanggal 19 Nopember 1977. Presiden Sadat akan sembahyang Hari Raya Idul Adha di Mesjid Al-Aqsa hari Minggu 20 Nopember 1977 pagi.

Mulailah kesibukan luar biasa antara Cairo dan Jerusalem. Kontak diadakan terus menerus. Dengan pesawat khusus, Egypt Air, Kepala Istana Kepresidenan, Hassan Kamil terbang ke Israel untuk mengatur kunjungan Presiden Sadat disana. Inilah pesawat Mesir pertama yang mendarat di Ben Gurion Airport sejak 30 tahun yang lalu.

Israel memberikan izin serba istimewa kepada Kepala Urusan Istana Negara dari Mesir itu untuk meninjau tempat penginapan Presiden Sadat di King David Hotel Jerusalem, meninjau Knesset, melihat Mesjid Al-Aqsa, Gereja Qiyamat dan Gedung Jerusalem Theatre.

Termasuk yang ditinjau adalah yang berhubungan dengan keamanan. Presiden Jimmy Carter mengirimkan bantuan keamanan ke Israel untuk mengamankan kedatangan Presiden Anwar Sadat.

Perdana Menteri Israel, Menachem Begin menunda kunjungan resminya ke Inggris yang telah dijadwalkan akan dilakukannya tanggal 20 Nopember 1977.

Persiapan

Pada tanggal 16 Nopember 1977 di gedung Press Center Cairo, Mesir terjadi kesibukan lain yang menegangkan.

Pada hari itu, Kepala Bidang Penerangan Kedutaan Besar Republik Indonesia di Cairo, Drs. Suwandi Kusumoadinoto, menyerahkan hadiah Pemerintah RI kepada Kepala Press Center Mesir, Muhammad Shuhdi. Hadiah itu berupa lukisan karang laut Indonesia.

Dalam kesempatan tersebut Kepala Press Center memberitahukan kepastian kunjungan Presiden Sadat ke Israel. Semua wartawan asing diberitahukan, termasuk wartawan Antara di Cairo.

Persiapan keberangkatan wartawan-wartawan asing dari Cairo mulai diatur. Tidak kurang dari 300 orang wartawan asing berkumpul di Press Center untuk mendapatkan pengarahan.

Dirjen Penerangan, Departemen Penerangan Mesir, DR. Mursi Saaduddin memberikan berbagai penjelasan kepada wartawan asing yang berminat untuk meliput kunjugan Presiden Sadat ke Israel diharuskan mendaftarkan diri di Sekretariat Press Center.

Ketentuan lain belum ada, hubungan sedang dilakukan terus dengan pihak Sekretariat Pers Presiden. Pokoknya mendaftar dulu, masalah lainnya kemudian. Tidak kurang dari 150 wartawan mencatatkan namanya. Penerbangan dihubungi, pesawat manakah yang bersedia belum ada kepastian. Penerbangan yang netral dan mempunyai hubungan diplomatik dengan Mesir dan Israel.

Pengumuman berikutnya, pesawat harus di charter sendiri untuk wartawan-wartawan asing. Hanya wartawan Istana yang dipilih mendapatkan fasilitas ikut bersama pesawat Pengawal Presiden Sadat yang diberangkatkan lebih dahulu.

Wartawan Tanjug dari Yugoslavia, rekan Dejan Lukic mengambil inisiatif menghubungi penerbangan JAT Air Lines yang sedang berada di Airport Cairo apakah ada pesawat JAT yang dapat dicharter ke Israel. Jawaban diberikan beberapa jam kemudian. Pesawat ada, Inex Adria Airways, tapi segera akan take-off ke Beograd. Kalau dapat pesawat tersebut ditunda dulu, karena akan dicharter ke Israel, pinta Lukic.

Terbentur lagi, Yugoslavia tidak mempunyai hubungan penerbangan dengan Israel, juga tidak mempunyai hubungan diplomatik.

Kembali Istana dihubungi, apakah kepada penerbangan Yugoslavia diberikan Izin khusus ke Israel? Protokol Istana segera menanyakan ke Israel. Jawabannya diterima segera, izin diberikan.

Soal visa, Israel telah memberikan prioritas khusus kepada setiap wartawan dari seluruh dunia yang akan meliput kunjungan Sadat, diberikan visa istimewa, termasuk para wartawan dari negera-negara Arab.

Tinggal lagi menentukan harga tiket. Menurut rekan-rekan sekitar US$300,- pulang pergi Cairo-Tel Aviv. Keesokan harinya, Jum'at 18 Nopember 1977 diberitahukan bahwa kalau pesawat penuh harga tiket akan lebih murah, tetapi jika tidak penuh akan ditetapkan kemudian. Harga tidak menjadi masalah, yang pokok dapat berangkat. Setelah saat terakhir, ternyata hanya 56 orang yang siap berangkat dari yang 300 orang mendaftar, dan setelah diperhitungkan biayanya US$500,- karena kursi terisi separoh dari 115 tempat duduk.

Pesawat Inex Adria Airways dari Yugoslavia tercatat sebagai pesawat pertama yang diberi izin mendarat di Israel dan mendapat kehormatan membawa wartawan-wartawan dari Cairo

Cairo - Ben Gurion Airport

Jam 22.00 waktu setempat, tanggal 18 Nopember 1977, sudah harus berkumpul di VIP-Room Airport Cairo. Persiapan untuk 3 hari harus dibawa, termasuk Paspor, surat tugas dan surat-surat lainnya. Demikian diberitahukan oleh petugas Press Center.

Di Airport Cairo, tidak ada kesulitan. Rombongan wartawan-wartawan asing yang ikut meliput kunjungan Presiden Sadat ke Israel akan berangkat mendahului rombongan Presiden Anwar Sadat. Petugas Imigrasi Cairo mengumpulkan Paspor rombongan dan memberi stempel exit. Visa Israel tidak diperlukan.

Di Airport Cairo, wartawan-wartawan yang akan berangkat diberikan fasilitas melalui VIP-Room, yang biasanya diperuntukkan bagi tamu negara atau menteri yang datang dan pergi ke luar negeri. Namun, disayangkan petugas Bank of Egypt tidak bersedia menukarkan Pound Mesir dengan US dollar, akibatnya banyak rekan-rekan wartawan Mesir yang ikut rombongan mengeluh.

Sesaat sebelum take-off, rekan-rekan wartawan tidak henti-hentinya memonitor Radio mendengar berita terakhir. Dalam siaran berita jam 24.00 Radio Cairo menyiarkan dukungan Ketua DPR/MPR RI, Adam Malik atas prakarsa Presiden Anwar Sadat untuk berkunjung ke Israel, guna terciptanya perdamaian yang abadi di Timur Tengah. Reporter All Indian Radio, Krishnan Kumar memalingkan muka kearah saya dan berkata "bravo Indonesia". Saya tersenyum sambil menyampaikan terima kasih.

Siangnya, saya melapor lebih dahulu kepada Bapak Duta Besar RI di Cairo, Prof. Dr. Fuad Hassan dan Kepala Bidang Penerangan dan Kebudayaan KBRI, Drs. Suwandi Kusumoadinoto untuk berpamitan dan meminta pengarahan seperlunya.

Prof. DR. Fuad Hassan memberikan petunjuk-petunjuk yang berhubungan dengan tugas peliputan, rekam semua kejadian, interview pejabat-pejabat penting dan juga rakyat setempat. Banyak mendengar dan bertanya serta jangan lupa mencatat, sedikit bicara banyak bekerja. Utamakan ketepatan dan kecepatan.

Mengenai sikap pemerintah Indonesia, Bapak Dubes Fuad Hassan menyampaikan 3 hal penting sebagai berikut :

Pertama: Indonesia adalah anti penjajahan, menganggap bangsa dan rakyat Palestina mempunyai hak bernegara yang merdeka dan berdaulat.

Kedua : Pilihan Indonesia tidak lain, selesaikan sengketa Arab-Isreal secara damai.

Ketiga :Mendukung usaha Presiden Anwar Sadat dan mengharapkan tercapainya hasil-hasil perdamaian yang akan dibicarakan dengan Israel.

Tidak lupa Bapak Fuad mengingatkan, "jangan lupa pakai peci Indonesia".

Penerbangan Cairo-Tel Aviv tidak begitu jauh. Apabila diambil garis lurus hanya 40 menit terbang dengan Boeing 707. Jalur ini hanya dapat ditempuh oleh pesawat kepresidenan Anwar Sadat yang melintasi gurun pasir Sinai.

Tetapi bagi pesawat wartawan yang kami tompangi routenya lain. Jalur yang dilalui tidak diperkenankan melintasi gurun Sinai. Harus keluar dulu menuju jalur internasional. Pesawat DC-9 Inex Adria yang membawa kami lebih dulu menuju Barat, arah Alexandria dan kemudian mengarah ke pulau Cyprus untuk terus ke jalur penerbangan internasional, baru kemudian memutar arah ke Tel Aviv. Perjalanan memakan waktu 70 menit, jadi hampir duakali jarak langsung.

Hari Sabtu, tanggal 19 Nopember 1977, jam 02.25 dinihari, DC-9 Inex Adria yang tinggal landas dari Airport Cairo, tiba di Ben Gurion Airport jam 03.35 pagi. Waktu di Palestina tidak berbeda dengan waktu Mesir. Jarak Cairo-Tel Aviv sekitar 1200 km.

Dipagi yang cerah hari itu, udara dingin bulan Nopember terasa menelusupi tulang. Temperatur menunjukan angka 9 derjat Celcius. Siang hari mencapai 15 derjat. Udaranya hampir sama dengan udara musim dingan di Negeri Belanda. Di Cairo suhu masih berada antara 25 sampai 30 derjat. Bersyukur saya tidak lupa membawa jaket kulit, sedangkan teman-teman lain mengeluh tidak membawa baju dingin.

Hari Sabtu adalah hari libur orang-orang beragama Yahudi, kantor-kantor dan toko-toko ditutup. Umat Yahudi pergi sembahyang ke Sinagog, semacam Gereja bagi umat Kristen.

Palestina atau Israel

Tidak banyak informasi yang saya ketahui tentang Israel sebelumnya. Yang jelas negara Israel adalah tanah air Palestina.

Sejak meletusnya perang 6 hari tahun 1967, tidak ada lagi orang-orang Indonesia yang pergi ke Palestina atau Israel sekarang. Begitu pula orang-orang Arab. Saya sering mendengar tentang Israel di Negeri Belanda, dari wisatawan yang kembali berlibur dari Israel.

Pada tahun 1977, beberapa perwira Kontingen Garuda VIII dari UNEF (United Nation Emergency Forces) atau Pasukan Darurat PBB mendapat kesempatan berziarah ke Jerusalem. Panglima UNEF, Mayjen Rais Abin adalah orang Indonesia yang merintis jalan antara Mesir dan Israel. Anggota Kontingen Garuda VIII dapat berangkat melalui jalan darat dari kota Suez ke Jerusalem, ditempuh dalam waktu 7 atau 8 jam.

Perwira KASI I Garuda VIII, Kapten Djawaz Yussuf telah berkenan memberikan gambaran tentang keadaan di Israel. Baik tentang cuaca, masyarakat dan tingkah polanya supir-supir Taxi Israel. Juga kisah tentang Jerusalem.

Semenjak itu, berkobarlah dalam hati saya niat yang sudah lama terpendam, niat yang sudah dipasang sejak kecil yaitu Shalat di Mesjid Al-Aqsa, Mesjid suci ummat Islam yang ketiga, sesudah Mesjidil Haram di Mekkah dan Mesjid Nabawi di Medinah. Sudah lama saya mengemukakan niat tersebut kepada Panglima UNEF, Bapak Mayjen Rais Abin, yang pada prinsipnya menyetujui membantu keberangkatan saya ke Palestina, tetapi harus menunggu persetujuan dari Kantor Pusat PBB di New York.

Sambil menunggu kesempatan tersebut, tiba-tiba terbetik berita bahwa Presiden Sadat akan ke Israel. Inilah suatu kesempatan emas yang tiada bandingnya untuk mengikuti rombongan Presiden Anwar Sadat ke Jerusalem. Dan ini adalah kesempatan pertama bagi saya berkunjung ke Mesjid Aqsa dan sembahyang Idul Adha disana.

Dengan rasa syukur saya panjatkan do'a, semoga tercapailah hendaknya perdamaian yang diusahakan Presiden Anwar Sadat.

Di Ben Gurion tidak tampak kesibukan. Tidak ada pesawat yang landing dan take off di pagi buta itu. Tidak seramai dan sesibuk di Airport Cairo, dimana hampir setiap saat pesawat turun naik landasan. Lebih-lebih dimusim haji sekarang ini, Airport Cairo beroperasi 24 jam.

Airport Ben Gurion tidak begitu besar. Ada kemiripan dengan Airport Brussel di Belgia. Terminalnya juga mirip, bedanya di Brussel bergaya Eropa dan Ben Gurion campuran Arab dan Eropa. Sistem belalai sudah lama dipergunakan Israel.

Pemandangan di Ben Gurion, dahulu bernama Lod sangat sepi, seakan-akan menunjukkan betapa sepinya pula penyambutan Presiden Sadat. Ada beberapa buah pesawat parkir di landasan, diantaranya tampak KLM, Lufthansa, Sabena, 3 buah pesawat Israel El-Al dan beberapa pesawat kecil Arkia yang dipergunakan untuk penerbangan domestik. Diantara beberapa pesawat itu, terdapat sebuah pesawat Boeing 747 Jumbo Jet El-Al satu-satunya yang dimiliki Israel. Pesawat tersebut baru saja tiba dari Amerika membawa rombongan wartawan dan sejumlah wisatawan.

Siapa dapat menduga, Israel yang berada dalam keadaan perang, mempunyai hutang bertumpuk, dan membutuhkan biaya besar untuk rehabilitasi pembangunan, ternyata memiliki pesawat Boeing 747 dan ini tampaknya belum banyak diketahui orang.

Perkembangan pembangunan di Israel rupanya maju pesat. Gedung-gedung bertingkat sudah kelihatan memenuhi pinggir kota dan settlement di lereng bukit-bukit mengelilingi Jerusalem.

Disaat pesawat Inex Adria menyentuh landasan dengan mulus, kami disambut ramah oleh petugas imigrasi di tangga pesawat. Tidak kelihatan tentara Israel yang berjaga-jaga dan tidak ada pula senjata anti serangan udara yang digelar. Suasana tampak hening. Tidak banyak beda dengan suasana Airport lainnya di Eropa.

Kelihatan dua orang Polwan (Polisi Wanita) Israel berseragam biru tua menyambut kami di terminal. Dengan handy-talkie ditangannya memberitahukan kepada petugas lain diluar terminal bahwa rombongan wartawan dari Cairo sudah datang.

Tanpa pemeriksaan, kami cuma diminta memperlihatkan Paspor dan diberikan Pass-gate warna hijau dan diatas kertas hijau itulah petugas imigrasi membubuhi stempel "Visa et permis de sejeur visite, 3 mois". Visa kunjungan untuk 3 bulan. Paspor sama sekali tidak diberi cap, yang dicatat hanya nomor paspor dan warga negara masing-masing.

Semula saya merasa cemas juga dan bertanya-tanya dalam hati, apakah kepada saya diberikan hak yang sama dengan yang lain. Sebab, apabila diteliti di halaman 11 Paspor saya tertulis Paspor ini berlaku untuk seluruh negara di dunia, kecuali ISRAEL. Di pesawat saya mencari informasi kepada seorang rekan wartawan Mesir yang menyertai rombongan. Apakah di Paspor anda ditulis dilarang masuk Israel? Oh ya, sudah jelas! katanya sambil melihatkan paspornya. Bagaimana nanti di Tel Aviv? tanya saya lagi. Oh, tidak menjadi soal, ini adalah fasilitas luar biasa. Jadi semua akan menjadi luar biasa pula sifatnya, katanya sambil tertawa gembira. Tenteramlah hati saya, karena tidak akan terjadi apa-apa disana. Ternyata memang benar!

Kadang-kadang sulit dipercaya ucapan orang Mesir, dengan cepat saja menjawab maa fi musykilah (tidak ada masalah).

Berbeda pengalaman. Wartawan yang datang beberapa jam sebelum pesawat Presiden Sadat tiba, mereka langsung diangkut ke tribune khusus yang sengaja dibangun untuk wartawan yang akan meliput kunjungan Presiden Sadat di Ben Gurion Airport. Mereka sudah menunggu sejak dinihari.

Kepada rombongan wartawan dari Mesir, pelayanan serba istimewa diberikan, memang terbukti seperti yang dikatakan rekan saya diatas.

Di luar terminal telah disiapkan 10 buah mobil Mercedes Benz 240D. Kami diantar ke Diplomat Hotel sebuah hotel berbintang 4 yang baru saja selesai di bangun di pinggir kota Jerusalem. Jarak Airport ke kota Jerusalem sekitar 51 km dan ditempuh dalam tempo 45 menit.

Kita tidak melihat lampu-lampu yang menyala sepanjang jalan menuju kota Jerusalem, gelap gulita. Tidak seperti di Cairo, terang benderang. Yang menerangi jalan raya adalah lampu-lampu mobil yang kami tumpangi. Sebagai petunjuk jalan dikiri-kanan dipasang rambu-rambu dengan sinar ultra violet/reflector yang dapat dibaca dengan jelas. Jalan raya menuju Jerusalem berbelok-belok dan naik turun gunung. Rasanya seperti di Indonesia saja. Karena jalannya naik turun gunung, kecepatan rata-rata 70 sampai 100 km/jam. Iringan mobil-mobil kami didahului oleh Jeep CPM Israel, sebagai pengamanan dijalan dan pos-pos penjagaan (check-point).

Kesan pertama begitu menginjakkan kaki di Israel (baca Palestina) adalah bersih. Gambaran saya tidak sedemikan rupa, paling tidak sedikit lebih bersih dari kota Cairo. Tampaknya kebersihan sangat diutamakan Israel, apakah dibersihkan ketika akan dilalui tamu istimewa, Presiden Sadat. Jerusalem sekarang mirip belahan kota-kota di Eropa, seperti Amsterdam, Frankfurt, London dan Paris. Jalan tol licin dan bersih.

Diplomat Hotel

Sepanjang jalan Ben Gurion ke Jerusalem, kami berbincang-bincang dengan supir, orang Yahudi keturunan Arab, menguasai bahasa Arab dan Inggris dan komunikasi menjadi lancar. Pembicaraan ringan dimulai oleh wartawan "All Indian Radio", Krishnan Kumar bertanya tentang keadaan di Israel. Keadaan biasa-biasa saja dan aman, jawabnya. Kami berbicara bebas dan demokratis. Yang penting jangan melanggar peraturan yang ada. Lalu kemana kita hendak dibawa untuk menginap, apakah ke King David Hotel atau ke Hotel lain? Tunggu sebentar, jawab supir. Dia berbicara melalui radio dengan mobil CPM di depan untuk menanyakan dimana rombongan menginap. Jawabannya di Diplomat Hotel. Mereka berbicara dalam bahasa Hebrew (Ibrani), bahasa resmi (nasional) Israel. Kami tidak mengerti sama sekali.

Setiap saat pembicaraan antara supir dengan supir atau dengan Jeep CPM di depan selalu dimonitor. Keadaan ini mengingatkan saya kepada Taxi, Bus dan Tram di Negeri Belanda yang mempunyai hubungan dengan kantor pusatnya.

Satu hal yang terkesan bagi saya bahwa orang-orang Israel tidak suka kalimat basa-basi (mujamalah, bahasa Arab) seperti terdapat di Mesir. Di Mesir basa-basi, pujian, sanjungan sudah menjadi bahasa pergaulan dan banyak dipergunakan. Di Israel lain halnya. Mereka sudah terlatih dengan hidup serba cepat, teratur dan disiplin. Sudah maju dan modern. Mereka boleh dikatakan hidup dibelahan benua Eropa atau Amerika. Memang, American style sudah menjiwai kehidupan mereka, bahkan toleran. Berbeda dengan kebanyakan orang-orang Mesir.

Jarak 51 km tidak terasa jauh dan kami tiba di Diplomat Hotel dipinggir kota Jerusalem jam 04.50 subuh, yang terletak dikaki sebuah bukit. Di Hotel sudah menunggu pejabat Pers Kementerian Luar Negeri Israel. Setelah mengisi formulir dan beristirahat sejenak, kami dipersilahkan menempati kamar masing-masing. Jam 10.00 pagi waktu setempat sudah harus kumpul di Lobby untuk mendapatkan briffing mengenai program hari itu.

Diplomat Hotel berbintang empat mempunyai 500 kamar, full AC dilengkapi dengan TV berwarna dengan circuit system, telephon dan kamar manti sendiri. Mempunyai 12 ruang sidang dan ruang Sidang Utama mempunyai 1200 tempat duduk. Hotel ini dibangun tahun 1976 dan termasuk hotel baru di Jerusalem.

Dekorator di Lobby cukup menarik. Ada lukisan miniatur kota Jerusalem dengan relif Hebrew bercampur Arab.

Pada tanggal 19 Nopember 1977, jam 09.00 pagi, saya dan beberapa rekan wartawan dari Jepang, India dan Belanda sudah berada di Lobby Hotel dengan maksud mengumpulkan informasi yang belum banyak kami ketahui tentang Jerusalem, khususnya tentang persiapan kunjungan Presiden Anwar Sadat.

Rupanya sejak pagi, beberapa wartawan dari TV Israel Herzlya telah menyiapkan camera TV dan lampu-lampu sorot untuk merekam setiap orang yang keluar masuk hotel, khususnya tamu-tamu yang akan ikut menyambut Presiden Sadat.

Wartawan Radio Israel siaran Bahasa Arab dan Inggris menyerbu kami dan meminta keterangan dari kami yang datang dari Mesir mengenai kunjungan Presiden Sadat dan komentar public-opini di Cairo. Mereka menanyakan kenapa Menlu Mesir, Ismail Fahmi mengundurkan diri? Repot juga saya pikir. Kami yang semula hendak mengumpulkan dan mencari berita, malah menjadi sumber berita.

Wartawan-wartawan dari harian-harian Jerusalem Post, Maariv dan Al-Anba menghujani kami dengan berbagai pertanyaan.

Lion from Egypt

Gad Shimron dari Radio Israel mengajukan beberapa pertanyan kepada saya. Sejak lama dia memperhatikan saya dan menduga-duga bahwa saya orang Indonesia, karena saya memakai peci khas Indonesia.

Tanya : "Apakah anda orang Indonesia?"

Jawab : "Benar, tidak salah lagi."

Tanya : "Apakah anda baru pertama kali mengunjungi Israel?"

Jawab : "Ya"

Tanya :"Bagaimana sikap pemerintah Indonesia mengenai kunjungan Presiden Sadat ke Israel?"

Agak repot juga saya memberi jawaban. Untung bahan-bahan yang diberikan Bapak Duta Besar, Fuad Hassan menjadi pegangan saya, ditambah dengan pernyataan Bapak Adam Malik melalui Radio Cairo.

Saya jelaskan kepadanya bahwa Indonesia mendukung setiap usaha perdamaian dan anti penjajahan. Indonesia cinta kepada kemerdekaan dan karenanya menginginkan terciptanya perdamaian yang kekal dan abadi di kawasan ini. Dia tampak puas atas jawaban saya dan segera pamit untuk menanyai yang lain.

Tidak lama kemudian, muncul Ehud Yaari dari Televisi Israel Herzlya. Dia memperkenalkan diri dan menanyakan apakah saya orang Indonesia? Dia memberitahukan kenal dengan Panglima UNEF di Timur Tengah, Mayjen Rais Abin dan pernah mewawancarai nya. Dia sangat tertarik dengan Indonesia.

Setelah camera siap, wawancara berlangsung dengan santai tapi serius. Dia menanyakan beberapa hal tentang kebudayaan Indonesia, kemudian tentang public-opini Mesir mengenai rencana kunjungan Presiden Sadat ke Israel. Jawaban yang saya sama dengan jawaban yang saya berikan kepada Radio Israel.

Ketika dalam pesawat, beberapa rekan wartawan dari Asia telah mengambil sikap sama bahwa apabila ditanya nanti, usahakan untuk tidak banyak memberikan komentar. Harus banyak mendengar dan mencatat. Karena sikap demikian, saya mulai balik bertanya tentang sikap mereka sendiri dan terjadilah wartawan meliput wartawan.

Umumnya pendapat mereka mengenai kunjungan Presiden Anwar Sadat ke Israel merupakan suatu kunjungan luar biasa dan berani.

Kunjungan Sadat ke Israel melebihi kepopuleran kunjungan Presiden Nixon ke RR China atau melebihi kunjungan Kruchev ke Amerika Serikat. Kunjungan yang bersejarah bagi Israel dan Mesir.

Masyarakat Israel bersikap menyambut baik kunjungan Presiden Sadat di Israel dan menganggapnya sebagai seorang kesatria. Mereka dapat memahami dan menerima kenyataan dan mereka berikan julukan khusus sebagai Singa dari Mesir (Lion from Egypt).

Kalimat shalom keluar dari mulut setiap orang-orang Israel. Artinya perdamian atau as-salam dalam bahasa Arab. Israel ingin perdamaian, ingin hidup tenteram berdampingan dengan tetangganya bangsa Arab. Pendapat ini dikemukakan mulai dari supir taxi, pedagang, pekerja hotel, pegawai sampai kepada Direktur Penerangan Luar Negeri Israel, wartawan-wartawan Israel, militer dan sebagian bangsa Arab Palestina.

Harus pula dicatat bahwa tidak semua orang Palestina setuju dengan inisiatif Presiden Sadat. Mereka banyak yang menentang, terutama yang berada di luar Palestina. Mereka mencap Anwar Sadat sebagai pengkhianat bangsa Arab.

King David Hotel

Acara kunjungan Presiden Sadat ke Israel disusun dalam dua buah buku putih, dicetak dengan kertas HVS Lux offset. Dalam buku putih tersebut kunjungan Presiden Sadat di Jerusalem disusun sebagai berikut :

Tentative Acara Kunjungan Presiden Anwar Sadat ke Palestina:

Tanggal


Waktu


Acara

19 Nopember 1977


Jam 20.00


·1 Pesawat Kepresidenan Anwar Sadat mendarat di Ben Gurion Airport. Disambut dengan upacara resmi kenegaraan oleh Presiden Israel, Prof. Dr. Ephraim Katzier, Perdana Menteri Menachem Begin, Menteri Kabinet Israel dan Korps Diplomatik.

·2 Setelah selesai upacara penyambutan, terus menuju Jerusalem dan menginap di Hotel King David. Malamnya menerima kunjungan kunjungan kehormatan PM Menachem Begin dan mengadakan pembicaraan pendahuluan.

20 Nopember 1977
Jam 06.30

·1 Presiden Anwar Sadat menerima kunjungan kehormatan Walikota Jerusalem, Teddy Kollek dan Direktur Jenderal Kementerian Agama Isreal, Israeli Lippel.

·2 Walikota Jerusalem menyerahkan kunci kota Jerusalem kepada Presiden Anwar Sadat.


Jam 06.45


·3 Melaksanakan Shalat Idul Adha di Mesjidil Aqsa bersama ummat Islam Jerusalem.
Jam 07.45

·4 Berkunjung ke Dome of the Rock (Kubbah Sakhra) dan Shalat Sunat di Gua para Nabi (Ghaar Al-Anbiya').


Jam 09.00


·5 Berkunjung ke Church of the Holy Sepulchre (Gereja Qiyamat), tempat Nabi Isa diangkat kelangit.


Jam 11.00


·6 Mengadakan kunjungan ke Yad Vashem.
Jam 12.00

·7 Mengadakan perundingan dengan PM Begin.
Jam 15.40

·8 Pertemuan dengan Presiden Israel, Ephraim Katzir di gedung Knesset.


Jam 15.50


·9 Sidang Knesset (DPR) Israel dipimpin oleh Ketua Itzhaque (baca Yishak) Shamire.

·10 Presiden Sadat menyampaikan pidato bersejarah di depan Sidang Knesset. Pidato sambutan dari PM Menachem Begin dan sambutan Ketua Fraksi Partai Buruh (Labour), Shimon Perez mewakili anggota Knesset.
Jam 21.00

·11 Menghadiri undangan makan malam PM Menachem Begin.

21 Nopember 1977


Jam 09.00


·1 Mengadakan pertemuan dengan Knesset dari berbagai fraksi.


Jam 11.45


·2 Konperensi Pers di Jerusalem Theatre


Jam 13.15


·3 Pertemuan dan pembicaraan terakhir dengan PM Menachem Begin.


Jam 15.15


·4 Official Farewell Ceremony (Upacara pelepasan) di Ben Gurion Airport dan kembali ke Cairo.

Hotel King David mempunyai sejarah khusus bagi Israel, termasuk hotel bersejarah di Jerusalem. Hotel King David mempunyai kisah tersendiri. Para Kepala Negara dan Raja-raja yang berkunjung ke Jerusalem menginap disana, Jarak Hotel King David dengan gedung Knesset sekitar 3 km.

Hotel King David dipergunakan untuk menampung tamu negara yang datang berkunjung ke Jerusalem, karena belum ada Istana negara yang dapat menerima tamu-tamu penting.

Hotel King David bertingkat 6, termasuk hotel yang terindah di dunia, letaknya strategis. Dari Hotel ini kelihatan pemandangan indah kota Jerusalem, terutama pemandangan Mesjidul Aqsa dan Kubbah Shakra dikatagorikan termasuk pemandangan yang terindah di dunia.

Dr. Henry Kissinger selama perjalanan bolak-balik Jerusalem-Cairo, juga menginap di Hotel ini dan memuji keindahan alamnya. Dari Hotel ini selain kelihatan Mesjid Aqsa dan Kubbah Shakra, juga tampak gereja-gereja kuno, kota lama dan perumahan asli penduduk kota Jerusalem.

Hotel King David didirikan tahun 1952, telah direhabilitisi dari kerusakan berat ketika perang. Tahun ini merayakan Hari Ulang Tahunnya yang ke-25 (Tahun Perak).

Dalam perang dunia kedua, hotel ini adalah markas besar Angkatan Bersenjata Inggris. Tahun 1948 hotel ini hancur disamping kirinya, separoh bangunan runtuh, disebabkan meledaknya sebuah bom yang dipasang secara rahasia. Tahukah anda siapakah yang meletakkan bom tersebut? Tidak lain adalah anak buah Menachem Begin, yang sekarang menjadi Perdana Menteri Israel. Menachem Begin waktu itu adalah pemimpin gerakan gerilya Israel menentang Inggris.

Orang-orang yang termasyhur yang pernah menjadi tamu di Hotel King David antara lain Kaisar Heilasilasi dari Ethiopia, Raja Abdullah dari Yordania, Raja Belgia, Raja Nepal, Ratu Yuliana dari Negeri Belanda, Presiden Nixon, Kanselir Jerman Barat, PM Austria dan Presiden Anwar Sadat dari Mesir (1977).

Pemandangan sepintas lalu di Hotel King David sungguh mengagumkan. Interiornya terdiri dari batu pualam yang mengkilat berwarna warni. Kamar De Grand Luxe dilengkapi dengan televisi berwarna dan telepon otomatis. Khusus untuk kunjungan Presiden Sadat setiap kamar dihubungkan dengan hot line keseluruh dunia, terutama ke Cairo.

Pengawal didepan Hotel King David, tidak begitu kentara kelihatan. Selain yang berpakaian dinas, banyak yang berpakaian biasa (preman). Pengawalan tidak seperti kunjungan tamu agung ke Mesir, dijaga dengan pagar betis. Di Israel cukup dengan beberapa orang petugas khusus dan terlatih dan mempunyai alat radio yang tersembunyi dibalik baju. Keamanan dikontrol oleh komputer dan kamera televisi. Disetiap sudut pintu masuk dipasang kamera tv mini, sehingga tidak terlihat bagi siapa yang lewat. TV mini begini sering kelihatan di berbagai super market di Eropa. Dengan demikian, setiap orang yang keluar masuk diketahui oleh petugas keamanan.

Jerusalem Theater

Jerusalem Theatre, adalah gedung tempat pertemuan, disamping gedung untuk pertunjukan opera, sinema dan gedung kesenian. Berkapasitas tempat duduk 3000 kursi. Dengan interior kombinasi gaya klasik dan modern hasil karya insinyur Yahudi Amerika. Relif-relif klasik Yahudi, tampak menonjol di pentas. Dinding dan langit-langitnya dihiasi lukisan umat Yahudi sedang melakukan sembahyang di Sinagog.

Aula yang terletak dilantai dasar, khusus dipergunakan untuk para wartawan yang meliput kunjungan Presiden Anwar Sadat. Menurut daftar yang dikeluarkan Information Center (Pusat Penerangan) Israel, terdaftar 3500 orang wartawan yang datang dari berbagai media massa di seluruh dunia. Jumlah ini meningkat pada hari kunjungan Presiden Sadat sampai 4500 orang. 780 line telepon otomatis telah dipasang menghubungkan Jerusalem dengan dunia luar. 600 buah mesin telex dipasang di tingkat dua gedung itu. Para wartawan diberi fasilitas mempergunakan telex dan telepon sesuai dengan keperluan masing-masing mengirimkan berita.

Sebelum memasuki gedung Jerusalem Theatre, petugas piket memeriksa tanda pengenal Jellow Card khusus untuk wartawan. Tas kamera dideteksi dengan dedektor.

Restoran dan Cafetaria juga tersedia. Kalau makan, silahkan self service alias ambil sendiri dan bayar langsung. Tarif menu beragam, dari US$1,00 sampai US$20,00 sekali makan. Teh dan kopi disediakan secara gratis.

Di dalam gedung penuh dengan kesibukan masing-masing. Ada yang asyik mengetik berita, ada yang berbicara melalui telepon, ada yang memonitor radio dan TV yang tersedia disetiap ruangan dan ada pula yang memenuhi ruang telex.

Disini baru dapat dirasakan betapa sibuknya wartawan luar negeri dengan tugasnya. Tidak ada waktu yang tersisa selama 24 jam. Sungguh suatu pengalaman berharga. Selain saling dapat tukar menukar informasi, perkenalan dan persahabatan bertambah pula.

Ada pepatah yang mengatakan Wartawan itu adalah laksana Raja ada benarnya. Untuk para wartawan disediakan mobil-mobil khusus, mini bis dan bis. Bersaing dan berlomba dalam kecepatan mengirimkan berita adalah tugas pokok.

Setiap wartawan diberikan kebebasan untuk mencari berita yang didampingi oleh pemandu yang ahli dalam bidangnya. Setiap kelompok didampingi seorang pramuria. Fasilitas dan kemudahan yang luar biasa diberikan kepada setiap wartawan.

Sebuah contoh dapat saya kemukakan. Belum lagi sempat duduk di kursi untuk mengedit berita dan laporan, seorang petugas telah siap membantu memasangkan kertas dan karbon ke mesin tik elektronik. Beberapa menit kemudian, petugas tersebut datang meminta copy berita untuk diantarkan ke bagian Telex dan memeriksa nomor Telex.

Belum lagi siap mengedit berita yang berikutnya, copy telex tadi sudah diantar kembali, dengan demikian berita-berita tersebut sudah sampai di tempat tujuan si wartawan.

Semula bagi saya dalam pengiriman berita ke Kantor Pusat LKBN Antara mengalami hambatan dan kesulitan teknis. Line telex langsung ke Jakarta dari Jerusalem tidak ada.

Direktur Penerangan Luar Negeri, Kementerian Luar Negeri Israel, Dr. Moshe Laba, bekas Kepala Bidang Penerangan Kedubes Israel di Manila memberikan banyak bantuan dalam hal pengiriman berita ke Jakarta. Kepada Bagian Operasional Telex, Dr. Moshe Laba memperkenalkan saya sebagai satu-satunya wartawan dari Indonesia yang datang ke Israel meliput kunjugan Presden Anwar Sadat dan harap diberikan pelayanan istimewa. Melalui saluran Telex Internasional dari Roma pengiriman berita ke Jakarta berjalan lancar.

Diruang tunggu tersedia segala macam bahan yang menyangkut kunjungan Presiden Anwar Sadat. Berbagai buletin, harian, mingguan dan majalah antara lain Daily News Highlights, Press Bulletin, Hebrew Press dengan terjemahan bahasa Inggris dan Arab, Information Briefing, News from The Hebrew University Jerusalem. Harian berbahasa Inggris, Jerusalem Post dan harian berbahasa Arab, Al-Anba’, Al-Fajar, Al-Qudus, As-Sya’ab dan beberapa harian berbahasa Hebrew (Bahasa Israel).

Dalam pemberitaannya harian-harian di Israel ada yang terbit pagi dan sore.

Para wartawan mendapat kesempatan luas mengambil harian-harian tersebut dengan gratis sebagai bahan dan sumber pemberitaan, disamping yang diliput sendiri.

Suatu hal yang perlu dicatat dan terkesan bagi saya pribadi, kalau tidak dapat disebut sebagai hal yang luar biasa adalah cara kerja wartawan harian Ma'ariv yang sistematis. Ma'ariv adalah harian terbesar terbit dalam bahasa Hebrew di Jerusalem. Harian ini berkantor pusat di Tel Aviv dan percetakannya di Jerusalem, mempunyai cabang di Haifa dan kota-kota lain. Para wartawannya dikerahkan meliput berita kunjungan Presiden Anwar Sadat dan mengirimkan berita tidak dengan telex, juga bukan dengan saluran telepon, tetapi melalui hubungan radio.

Semula kami kira mereka disebar sebagai intel atau anggota Mosad yang mengamati para wartawan-wartawan lain. Mereka selalu berbicara dalam hampir dalam setiap kesempatan dalam bahasa Hebrew dengan rekan-rekannya. Salah seorang dari mereka menenteng sebuah kamera mini dan sebuah radio cassette. Ditangannya ada handtalkie dan selalu hidup memonitor pembicaraan antar mereka. Saya mengira dia adalah anggota Mosad.

Ketika dia menegur saya dalam logat Arab Palestina, saya jawab dengan pasti dan dia memperkenalkan diri sebagai wartawan dari harian Ma'ariv bernama Eliyas Shaba. Apakah anda orang Indonesia?

Setelah dia menerangkan barulah saya memahami cara-cara wartawan Israel meliput tugas jurnalistiknya. Saya dalam meliput berita tidak perlu mencatat dan dengan ini saya langsung mengirimkan berita ke meja redaksi dari tempat peristiwa. Antara rekan selalu ada konfirmasi berita apa yang sudah atau sedang dikirim dan bagaimana peliputan selanjutnya.

Dengan demikian mereka mempergunakan teknologi telekomunikasi canggih untuk mengejar berita dan sampai kepada pembaca dengan cepat dan aktual.

Idul Adha di Mesjidil Aqsa

Nawaitu saya untuk shalat di Mesjidil Aqsa telah diperkenankan oleh Allah SWT. "Faizha 'azamta fa tawakkal 'alalllah" (Apabila kamu sudah mamasang niat, maka bertawakallah kepada Allah, Al-Qur'an). Sudah sejak kecil dipasang niat berkunjung ke Baitul Maqdis, dimana dikisahkan dalam perjalanan Isra' dan Mi'raj Nabi Muhammad SAW. Dengan kehendak Allah jua, saya telah melaksanakan shalat di 3 (tiga) tempat suci umat Islam. Pertama di Mesjidil Haram di Makkah Al-Mukarramah, kedua di Mesjid Nabawi di Medinah Al-Munawwarah dan ketiga di Mesjidil Aqsa di Baitulmaqdis. Mesjidil Aqsa juga disebut Ula Qiblatain (Qiblat pertama dari dua Qiblat). Apalagi shalat Idul Adha di Mesjidil Aqsa bersama-sama dengan Presiden Anwar Sadat dari Mesir, suatu kebanggaan tersendiri yang tidak pernah terbayangkan.

Jam 04.00 pagi saya dan rekan-rekan wartawan dari Mesir sudah berada di dalam Mesjid Al-Aqsa menunggu kedatangan Presiden Anwar Sadat. Imam dan jama'ah Subuh yang begitu berjubel membaca takbir sambil menunggu waktu shalat Idul Adha. Allahu Akbar, Allahu Akbar, Allahu Akbar wa lillahil hamd.

Saya mengambil kesempatan untuk mengamati situasi di dalam mesjid dan diluar yang sudah penuh sesak, kesempatan berdialog dengan umat Islam setempat amat mengesankan. Beberapa rekan mengajak saya untuk melihat dari dekat dimana diduga ada penggalian yang dilakukan Israel. Ternyata tempat itu ditutup.

Terhunjam jauh disanubari saya betapa besarnya kekuasaan Allah SWT. Didalam penjajahan Israel sekarang ini ummat Islam Palestina tetap diperkenankan menjalankan ibadahnya secara bebas tanpa pembatasan. Ini dapat kita saksikan sendiri disaat kunjungan Presiden Anwar Sadat. Apakah keadaan ini sama dengan yang sebelumnya, saya sendiri tidak tahu.

Tidak kurang dari 5000 orang umat Islam ikut shalat Hari Raya Idul Adha bersama Presiden Anwar Sadat di Mesjid Aqsa. Mereka warga Palestina yang datang dari West Bank (Tepi Barat) dan Jalur Gaza. Pemerintah Israel mengerahkan bus-bus umum untuk mengangkut mereka dan konon atas instruksi Perdana Menteri Menachem Begin.

Takbiran, Allahu Akbar, Allahu Akbar, Allahu Akbar wa Lillihil hamd, menggema diseantero kota tua Baitulmaqdis (Jerusalem). Pengeras suara dipasang di setiap sudut lapangan dan menara Mesjid sampai ke Kubbah Sakhra. Lapangan yang luasnya lebih kurang 10 (sepuluh) hektar, penuh oleh lautan manusia, layaknya seperti umat Islam Indonesia yang sembahyang Hari Raya di halaman Mesjid Agung Al-Azhar Jakarta, atau seperti sembahyang di Mesjid Haram di Mekkah dan Mesjid Nabawi di Medinah.

Siaran langsung melalui satelit dan laporan pandangan mata disiarkan Radio dan TV Israel bekerjasama dengan Radio dan TV Mesir dalam bahasa Arab dan Inggris melaporkan setiap kejadian dan suasana di dalam dan diluar Mesjidil Aqsa hari minggu pagi itu. Para jemaah haji yang sedang berada di tanah suci mengikuti siaran langsung dari Baitulmaqdis melalui radio dan TV.

Udara sejuk menyirami bumi tanah suci Baitulmakdis, matahari mencuatkan diri pelan-pelan, seakan-akan ikut bersyukur dan bertakbir, meninggikan Asma Allah bersama Presiden Anwar Sadat dan umat Islam Jerusalem.

Menurut Imam Mesjid Aqsa, Sheikh Ikramah Shabri dalam keterangannya kepada wartawan Antara selesai shalat Idul Adha menyatakan, belum pernah terjadi dalam sejarah Mesjid Aqsa shalat yang seramai ini. Bahkan sebelum perang 1967. Betul-betul sangat mengharukan.

Presiden Anwar Sadat sewaktu berdo'a dan mendengarkan Khutbah airmatanya tampak berlinang. Sewaktu saya mengarahkan kamera kedepan Presiden Anwar Sadat, dia menghapus airmatanya dengan tangan. Bukan Presiden Anwar Sadat saja yang menangis, seluruh umat Islam di Jeruslem meneteskan airmata, termasuk juga penulis laporan ini, karena sangat terharu. Sangat tertancap kedalam perasaan betapa kebesaran Allah SWT kepada hambanya. Airmata kegembiraan bercururan si Mesjid Aqsa yang amat bersejarah, mengiringi suhu 10 derjat celsius di pagi hari itu.

Sebelum memasuki Mesjidil Aqsa, Presiden Anwar Sadat disambut dengan spanduk yang bertuliskan "Ahlan wa sahlan, bathal 'ubur fil Qudus" (Selamat datang, pahlawan kemenangan di Baitulmakdis). Takbir berirama membaca Allahu Akbar, diucapkan bersama Presiden Anwar Sadat. "Palestina ya Sadat, Nahnu Ma'aka ya Sadat" (Palestina ya Sadat, Kami bersamamu ya Sadat), "Salam ya Sadat" (Perdamaian ya Sadat), Allahu Akbar. Demikian mereka bersorak menyambut Presiden Anwar Sadat. Presiden Anwar Sadat dengan senyumnya yang khas dan kedua tangan dibentangkan, kadang-kadang dilambaikannya menyambut tempik-sorak rakyat Palestina yang mendaulatnya di Jerusalem.

Dalam Khutbah Idul Adha yang disampaikan oleh Sheikh Ikramah Shabri yang juga bertindak sebagai Imam, dengan jelas dijabarkannya keinginan bangsa Arab Palestina akan sebuah negara merdeka dan berdaulat. Keinginan rakyat Palestina jelas diucapkannya beberapa kali dan Presiden Anwar Sadat mengangguk-anggukkan kepalanya, pertanda setuju.

Sheikh Musthafa Ismail, seorang Qari terbaik dari Mesir yang menyertai rombongan Presiden Anwar Sadat, telah mengumandangkan alunan ayat-ayat suci Al-Qur'an di dalam Mesjid Al-Aqsa, dan semua orang terharu.

Presiden Anwar Sadat keluar Mesjid Aqsa dilepas dengan takbiran menuju ke Mesjid Shakhra (Kubah Emas).

Masjid Al-Aqsha



Berbeda dengan Masjid Nabawi di Medinah atau Masjid Al-Haram di Mekkah, Masjidil Aqsha tidak mempunyai lapangan ditengah-tengahnya. Tidak ada mimbar bertangga, seperti mimbar Mesjid-mesjid di Cairo. Mimbar dan Kiblatnya di bangun oleh Khalifah Abdul Malik bin Marwan yang kemudian disempurnakan oleh Salahuddin Al-Ayyubi, Panglima perang salib, tetap terpelihara seperti aslinya. Bentuk mimbarnya sedikit melengkung kedinding dan sekaligus menunjukkan arah Qiblat (arah ke Mekkah). Sedangkan Qiblat pertama umat Islam disitu tidak ada kelihatan tanda-tandanya lagi.

Khatib menyampaikan khutbahnya cukup dengan berdiri saja dan sebuah kursi kayu ditarok disampingnya untuk tempat duduk Khatib antara dua khutbah. Tidak memakai tongkat, seperti kebanyakan khatib-khatib tua di Arab Saudi.

Masjidil Aqsa terbakar pada tahun 1969 (baca : dibakar) dan mimbar aslinya juga ikut terbakar, tetapi tidak habis dimakan api. Mimbar ini masih ada dan tidak dipergunakan lagi, karena dikhawatirkan akan runtuh. Akibat kebakaran itu, tidak sedikit kerugian dari Masjidil Aqsa. Seluruh umat Islam amat prihatin ketika itu. Disamping berita yang cukup menggemparkan, Israel menggali Masjidil Aqsa untuk mencari heikal (kuil) Raja Sholomon (Nabi Sulaiman) Yang Agung.

Raja Arab Saudi, Faisal bin Abdul Aziz ketika itu amat marah kepada Israel, karena kesucian Masjidil Aqsa dikotori. Foto-foto cewek-cewek Israel bersama dengan tentara Israel secara demonstratif menghiasi lingkungan Masjidil Aqsa. Mereka berdansa dengan tari strip-tease menyebabkan terjadinya pelanggaran susila, a moral dan seterusnya, sungguh melukai perasaan ummat Islam diseluruh dunia. Tidak saja Masjidil Aqsa yang dibakar, tetapi malah sampai menodai kesuciaannya. Sungguh amat terkutuk.

Segala protes dilontarkan kealamat Perdana Menteri Israel ketika itu, Ny. Golda Meir. Kutukan dan tuntutan mengalir dari setiap pelosok dunia Islam, meminta agar kesucian Masjidil Aqsa tetap dipelihara dengan baik.

Itu dahulu, lain dengan keadaan sekarang ini. Bekas terbakar itu sudah tidak kelihatan lagi. Puing-puing yang runtuh sudah disingkirkan dan diperbaiki dengan membangun tiang-tiang baru seperti aslinya. Pembangunan ini dilaksanakan oleh Direktorat Jenderal Urusan Wakaf dan Islam Kementerian Agama Israel.

Semasa Raja Faisal bin Abdul Aziz masih hidup pernah mengatakan bahwa pada suatu ketika akan melakukan shalat di Masjid Al-Aqsa. Maksud Raja Faisal itu tidak terkabul karena malapetaka yang menimpa dirinya yaitu ditembak mati oleh keponakananya sendiri. Presiden Anwar Sadat meneruskan niat suci Raja Faisal tersebut.

Konon kabarnya, ada pesan-pesan Raja Faisal untuk menyisihkan dana dan biaya khusus untuk memperbaiki Mesjid Suci Ketiga umat Islam itu. Hal mana terbukti dengan penjelasan Imam Mesjid Aqsa, Sheikh Ikramah Sabri dalam kesempatan bincang-bincang dengan penulis di ruangan Masjidil Aqsa.

Dalam tahun 1927 Masjidil Aqsa pernah mengalami kebakaran hebat akibat gempa bumi yang dahsyat menyerang Jerusalem.



Mesjidil Aqsa dibangun oleh Khalifah Abdul Malik bin Marwan. Pembangunanya dimulai pada tahun 685 H dan selesai pada tahun 691 H. Pembangunanya memakan waktu selama 6 tahun. Arsitekturnya terdiri dari 2 orang yaitu Raja' bin Hayya bin Jaudah dan Yazid bin Salam sebagai asistennya. Keduanya adalah aristek kenamaan pada zaman Bani 'Umayya.

Ketika Panglima Perang Salib, Jenderal Salahuddin Al-Ayubi (terkenal dengan sebutan Saladin) menduduki Baitulmaqdis (Jerusalem) dibangunnya kembali Kubbah Sakhra yang dihiasi dengan kaligrafi dan relif-relif ayat-ayat suci Al-Qur'an dengan tinta emas. Yang tertulis disitu diantaranya ayat-ayat yang mengobarkan perang melawan tentara salib waktu itu. Panglima Salahuddin memerintahkan membangun mihrab (tempat khusus buat Imam) dan mimbar di Masjidil Aqsa dan Masjid Sakhra. Pembangunannya tidak merobah bentuk asli dari bangunan yang didirikan Abdul Malik bin Marwan. Kayu untuk membangun mimbar tersebut didatangkan dari Halab (Aleppo) Suriah. Sesudah Salahuddin wafat, pembangunan dan pemeliharaannya diteruskan oleh pemerintahan Bani Ayub (Keturunan Salahuddin Al-Ayubi).

Mesjid Al-Aqsa, hingga saat ini tetap terpelihara kesuciannya dan dijaga oleh umat dan pemimpin Islam Palestina yang juga keturunan dari penjaga Masjidil Aqsa sebelum Israel menduduki Jerusalem.

Dibawah Kubah Sakhra

Dibawah Kubah Sakhra terdapat Gua Para Nabi (Ghar Al-Ambiya), disinilah dahulu para Nabi, termasuk Nabi Muhammad SAW melakukan shalat. Nabi Muhammad Isra' dari Makkah menuju Baitulmaqdis (lihat Al-Qur'an surah Al-Isra') dan dari Baitulmaqdis Mi'raj kelangit menerima perintah Allah SWT, yaitu shalat 5 kali sehari semalam, sebagai salah satu rukun Islam.

Dari atas gua inilah dahulu Rasulullah SAW diangkat ke langit. Gua berbentuk setengah lingkaran, persis berada ditengah Kubah Sakhra. Masuk kebawahnya menuruni 7 buah anak tangga dari batu. Luasnya sekitar 6 atau 7 meter persegi. Disudut sebelah kiri terdapat tempat setinggi lutut, konon disitulah para Nabi duduk beristirahat.

Disinilah Nabi Ibrahim dahulu beristirahat dalam perjalanannya menuju Makkah.

Tanah suci itu dilingkari oleh Kubah luasnya 20,24 meter persegi. Tingginya dari gua 105 kaki. Bagunannya terdiri dari dua lapis. Lapisan pertama dilukis dengan relif senjata pada masa perang salib dan di lapisan lain dihiasi dengan tinta emas berwarna warni, bertuliskan ayat-ayat suci Al-Qur'an yang tiada tolok bandingnya di dunia.

Dibawah Qubah, terletak onggokan pasir panjangnya dari Utara ke Selatan 17,7 meter, lebarnya dari Barat ke Timur 12,5 meter. Tingginya dari gua sekitar 2 meter, dikelilingi oleh dinding kayu setinggi 1,60 meter. Tempat shalat dibagi dua, satu untuk pria dan yang lainnya untuk kaum wanita, dibatasi dengan hijab dibikin dari kayu.

Diatas Qubah terdapat 16 buah jendela kaca yang dihiasi tinta emas. Terdapat 12 buah bingkai yang dibikin dari kayu dan pualam yang tidak ditemukan jenisnya sekarang. Ada yang berwarna putih, biru, kuning, hijau dan hitam. Qubahnya dilapisi lempengan emas 24 karat.

Dibangunan utama Mesjid terdapat 4 pintu gerbang dengan 56 jendela yang ditupang oleh 8 tiang besar, 40 jendela memancarkan cahaya secara reflector. 4 menara adzan, masing-masing tempat adzan Bab Maghariba (pintu sebelah Barat), menara adzan Bab Salalah, menara adzan Bab Ghawamidah dan menara adzan Bab Al-Asbath.

Kepada ummat Islam di dunia pengurus Masjidil Aqsa menyampaikan permohonan untuk memberikan bantuannya guna memperbaiki bangunan dan pemeliharaannya. Mesjid Aqsa sangat membutuhkan bantuan keuangan untuk menyelesaikan bangunan sebelah dalamnya sesudah terbakar tahun 1969 yang lalu.

Waktu saya berziarah ke Mesjid Aqsa hari kedua kunjungan Presiden Anwar Sadat (21 Nopember 1977), hari Senin, tidak kurang dari 500 orang wisatawan dari Eropa dan Amerika Serikat berdatangan disana. Karena hari Minggu ditutup buat wisata, disebabkan kunjungan Presiden Sadat. Saya untuk pertama kalinya memuaskan diri untuk berdo’a dan beribadah di dalam Mesjid Al-Aqsha.

Ketika memasuki Qubah Sakhra, saya ditanya oleh penjaga;

"Apakah anda orang Islam?" Saya mengangguk.

"Pakasha", katanya.

Apa pula artinya bahasa Hebrew yang satu ini? Rupanya dia mengatakan; "Silahkan masuk.."

Saya menjelaskan dalam bahasa Arab kepada guide Mesjid Al-Aqsha bahwa saya adalah orang Indonesia, yang ikut meyertai rombongan Presiden Sadat. Dengan rendah hati dia mengantarkan saya ketempat-tempat yang saya maksud. Rupanya dia bernama Rasyid Jamil, orang yang telah menjadi guide atau muzawir sejak tahun 1950. Dengan gembira dia menanyakan keadaan umat Islam Indonesia yang sebelum perang 1967, banyak berdatangan ke Jerusalem. Kenapa sekarang tidak ada lagi? Demikian dia bertanya. Saya jelaskan kepadanya bahwa Indonesia dengan Israel tidak mempunyai hubungan diplomatik, dahulu mempunyai hubungan dengan Palestina. Dia mengangguk mengerti.

Bagi wisatawan yang ingin melihat Qubbah Sakhra harus membeli karcis masuk. Berapa harga karcisnya, sayapun tidak tahu. Yang jelas pemerintah Israel sudah mengomersilkan tempat suci ummat Islam. Begitu juga tempat suci ummat Kristen.

Israel terkenal dengan hutangnya. Ekonominya ditunjang Amerika Serikat dan negara Eropa lainnya. Kaum Yahudi di luar negeri mengumpulkan dana buat membangun Israel baru. Hasil utama bagi Israel adalah industri parawisata. Daya tarik pariwisata ke Israel sungguh hebat. Hasil lainnya adalah pertanian dan industri.

Dalam sebuah statistik PBB, ekonomi Israel adalah terlemah di Timur Tengah. Nilai uang Lira Israel sangat rendah. Biaya hidup cukup tinggi dan harga selalu tidak stabil.

Tentang Masjid Al-Aqsa, yang kata orang pernah digali oleh Israel. Sewaktu saya berkeliling sepanjang dinding mesjid tersebut, kelihatannya seperti idak ada galian sama sekali. Apakah sengaja ditutup karena kunjungan Presiden Anwar Sadat, entahlah. Menurut keterangan masyarakat setempat, galian itu memang ada dahulu, tetapi apa yang dicari oleh Israel tentang Haikal Sulaiman tidak bertemu. Galian itu ditutup kembali. Yang ada hanya bekas timbunan untuk membikin jalan baru.

Keterangan lain yang dapat saya kumpulkan menjelaskan bahwa sebuah lobang/terowongan memang pernah ada menuju ke arah Qibat Mesjid Al-Aqsa, karena adanya protes dari ummat Islam setempat dan dari seluruh dunia, pemerintah Israel menghentikan penggalian tersebut dan kini sudah ditutup.

Knesset Israel

Presiden Sadat sedang berpidato di Knesset Israel 20 Nop. 1977

Knesset artinya Parlemen atau semacam Dewan Perwakilan Rakyat (DPR) di Indonesia. Knesset Israel terletak disebuah bukit, tidak jauh dari King David Hotel. Bangunannya berbentuk empat persegi, didepan gedung dibangun perkebunan yang yang indah dengan berbagai bunga di tanam dan di musim bunga menjadikan halaman Knesset sebuah taman yang indah.

Disampingnya dibangun perkantoran bertingkat tiga. Di dalam gedung Knesset terdapat pula ruangan kantor fraksi-fraksi dari partai yang ada. Ruangan utamanya terdiri dari tingkat. Tingkat bawah adalah tempat sidang, berbentuk setengah lingkaran, kursi-kursi berwarna cream. Jumlah kursi dilantai pertama 500 buah, sedangkan anggota Knesset hanya 120 orang. Tempat duduk yang bukan diperuntukkan bagi anggota Knesset diisi oleh para undangan. Ditingkat dua khusus untuk para wartawan dan corps diplomatic. Di tingkat dua gedung Knesset ini dibagi menjadi dua bagian. Bagian pertama dibatasi dengan kaca, sehingga pengunjung di kedua bagian dapat menyaksikan jalannya sidang dengan jelas.

Kursi Ketua Knesset terletak berhadapan dengan para anggota yang berfungsi sebagai kursi pimpinan. Presiden Anwar Sadat duduk disebelah kanan Ketua Knesset dan Presiden Israel, Ephraim Katzir duduk disebelah kiri.

Mimbar untuk menyampaikan pidato terletak paling kanan sejajar dengan kursi Ketua dan sama tingginya.

Dinding Knesset sebagai latar belakang, terbuata dari batu pualam berwarna putih, mirip dengan batu-batu piramida di Mesir. Patung pendiri negara Israel Theodor Herzel di pasang di sebelah kanan dan inilah satu-satunya patung yang menghiasi gedung Knesset.

Untuk memasuki gedung Knesset barus melalui pintu penjaga, disini semua tas diperiksa dengan dedektor. Di papan gardu ditulis pengumuman diatas batu marmar hitam dalam bahasa Hebrew, Arab dan Inggris.

"Bagi siapa yang masuk ke gedung Knesset diharuskan memeriksakan tasnya masing-masing di ruang jaga, tanpa kecuali, dilarang membawa senjata tajam dalam bentuk apapun", demikian bunyi pengumuman tersebut.

Sebelum keluar dari gardu piket, sekali lagi petugas keamanan memeriksa dengan dedektor. Bagi wanita disediakan tempat khusus dengan Polwan yang siap menjalankan tugas.

Selain ruangan sidang di dalam gedung Knesset terdapat ruangan khusus untuk sidang-sidang komisi.

Partai terbesar sekarang adalah Partai Likud (Union) diketuai oleh Menachem Begin, partai opossi adalah Partai Buruh (Sosialis). Partai lain adalah Partai Komunis Israel (PKI) minoritas, ada partai lain yang independen.

Federation Israel Labour Party (dalam bahasa Hebrew disebut : Histadrut) merupakan federasi partai buruh terbesar yang menjadi oposisi di Knesset. Partai Buruh adalah partai kedua terbesar setelah Likud.

Partai The Democratic Movement For Change (DMC) adalah partai lain yang berkoalisi dengan Partai Likud. Partai Arab Union (Uni Arab) yang anggotanya terdiri dari orang-orang Arab Palestina yang sudah menjadi warga Israel mempunyai 7 kursi di Knesset. Partai Persatuan Arab tersebut ikut pula bergabung dengan Likud untuk memenangkan Pemilu Israel dan memilih Menachem Begin, mengalahkan Partai Buruh yang dituduh telah melakukan korupsi dalam pemerintahan sebelumnya.

Partai Komunis Israel mendapat 3 kursi di Knesset dan partai kecil lainnya tidak mendapatkan kursi di Knesset. Ada beberapa partai kecil lainnya tetapi tidak mempunyai wakil di Knesset.

Di Knesset ada anggota yang bukan mewakili partai, tetapi mewakili golongan. Golongan ini dipimpin oleh Shekh Hammad Rabie dari daerah West Bank dan Gaza, wakil daerah ini mempunyai kedudukan sama dengan anggota Knesset lainnya.

Apa yang disebut demokrasi di Israel memang benar adanya. Tidak salah, kalau mereka menamakan diri Republik Demokrasi Israel. Dengan bebas mereka dapat menyatakan pendapatnya tanpa takut dicurgai. Di Knesset betul-betul dapat menyuarakan golongan dan partai yang diwakilinya. Kebenaran ini diperlihatkan sewaktu jumpa pers oleh beberapa anggota Knesset dalam kunjungan Presiden Anwar Sadat ke Israel.

"Apakah anda tidak merasa khawatir untuk berbicara bebas dengan wartawan?" Tanya saya kepada salah seorang anggota Knesset dari West Bank (Tepi Barat).

"Apa yang harus ditakutkan, hak bersuara dan kemerdekaan menyatakan pendapat dijamin oleh undang-undang", katanya tegas.

Bagaimanapun juga, setiap keputusan yang akan diambil pemerintah Israel harus melalui persetujuan Knesset lebih dahulu. Knesset amat menentukan dan berhak menvoting serta memveto keputusan pemerintah.

Kunjungan Presiden Anwar Sadat ke Israel, lebih dahulu sudah disetujui oleh Knessset.

"Khusus bagi kami warga Arab yang ada di Israel sekarang ini, sangat gembira dan menyambut baik kedatangan Presiden Anwar Sadat untuk menyampaikan piatonya di depan Knesset, guna terciptanya perdamaian yang kekal dan abadi. Sejak berdirnya negara Israel lebih 30 tahun yang lalu belum pernah ada seorang Kepala Negara Arab yang berani berhadapan muka dengan musuhnya, kecuali baru Presiden Anwar Sadat". Demikian penjelasan yang diberikan oleh salah seorang anggota Knesset wakil dari West Bank.

Demikian pula polling pendapat yang kita kumpulkan dari beberapa kelangan tertentu. Di Hotel Diplomat, salah seorang Kepala Bagian Restoran adalah orang Arab keturunan Palestina, Khalid Abou Hilal (32), kelahiran desa Safarji menjelaskan bahwa di Israel sekarang memang ada jaminan kebebasan menyatakan pendapat. Waktu saya lulus SMA, mencari pekerjaan sangat susah karena dalam keadaan darurat perang.

Khalid berkisah :

"Saya semula bermaksud meninggalkan Israel ke Beirut atau ke Damaskus atau lebih dekat ke Amman untuk mencari pekerjaan. Tetapi saat itu perang berkobar, saya ditahan diperbatasan dan dikembalikan ke Tel Aviv. Di Tel Aviv saya bekerja di restoran kecil. Melalui sebuah pengumuman saya mendaftarkan diri masuk Kursus Perhotelan dan ternyata diterima dan dikirim ke Negeri Belanda".

"Oh, good Nederland spreken", ucap saya menyelingi.

"Yah, smallen", katanya.

"Setelah tamat dari Amsterdam, kembali ke Palestina dan bekerja di Hotel Diplomat, menjabat Kepala Bagian Restoran. Semula saya tidak hendak kembali ke Israel, ingin menetap di Negeri Belanda, tetapi karena terikat dengan kontrak tugas belajar, saya harus kembali ke Israel".

"Berapa gaji anda?"

"Yah, sekitar 60.000 IL (Israel Lira) sebulan. Sekitar 400 USA dollar, cukup lumayan bagi seorang kepala restoran dan gaji stafnya sekitar USA 200 sampai 300 dollar perbulan.

"Kalau demikian anda sudah cukup senang disini?"

"Yah, demikianlah", katanya.

"Dalam prinsip saya adalah orang Arab Palestina, bagaimanapun juga saya harus mendukung perjuangan bangsa dan warga Arab yang berjuang di Israel. Dengan berkunjungnya Presiden Anwar Sadat kesini amat berkesan bagi bangsa Arab di Israel. Saya dibesarkan di pedalaman, saya merasa dekat dengan orang-orang Mesir atau orang-orang Yordan. Kampung saya tidak berapa jauh dari Sungai Yordan di West Bank".

Mengenai Knesset Israel dijelaskannya bahwa mereka adalah wakil-wakil yang dapat dipecaya, dan itu adalah urusan politik, katanya mengakhiri pembicaraan.

PM Israel Menachem Begin



Menachem Begin dilahirkan di Brest Litovsk, Polandia, 16 Agustus 1913, dari ibu bernama Ze’evdov dan ayah Hassia Begin. Menachem dididik di Mizrachi Hebrew School (Sekolah Yahudi) dan melanjutkan ke Polish Gymnasium (High School). Tahun 1931 memasuki Warsaw University dan lulus dalam ilmu hukum tahun 1935.

Dalam umur 13 tahun ia bergabung dalam organisasi Hashomer Hatzair pada umur 16 tahun aktif dalam BETAR (Brit Trumpeldor) dan organisasi pemuda Yahudi, Zionist Revisionist Movement.

Tahun 1932 menjabt Ketua Departemen Organisasi BETAR di Polandia, berkeliling Polandia untuk mengumpulkan dana Yahudi di Jerusalem. Menachem Begin sering menulis artikel tentang gerakan berbagai organisasi Zionist diberbagai surat kabar Polandia. Tahun 1932 juga pergi ke Chekoslavakia untuk mengembangkan paham-paham zionisme.

Tahun 1937 kembali ke Polandia, melancarkan demonstrasi anti Inggris, ketika delegasi Inggris yang mendukung Palestina berkunjung ke Warsawa. Tahun 1939 Begin memimpin serangan terhadap orang-orang Palestina di Polandia. Berbagai move yang dilontarkannya antara lain Come back to Israel (Kembali ke Israel), dirikan negara Israel Merdeka.

Dalam perang dunia ke II, Begin memimpin gerakan bawah tanah anti penjajahan Inggris dan pernah meledakkan Markas Besar Angkatan Perang Inggris di Jerusalem, tepatnya Hotel King David sekarang.

Begin terjebak dalam kamp konsentrasi di Siberia dibawah kekuasaan Rusia. Dengan perantaraan tentara Polandia, tahun 1942 Begin berhasil keluar dari kamp dan berhasil pula memasuki Israel. Begin dilatih oleh Irgun Zva’i Leumi (IZL), sebuah organisasi militer nasional Israel. Operasi utama adalah melancarkan serangan terhadap tentara Inggris di berbagai pelosok Israel dengan sistem perang gerilya. Begin menjadi terkenal namanya ketika menjadi komando memimpin pembantaian orang-orang Palestina dan kepadanya diberikan julukan "Komando Teroris". Kejadiannya mirip peristiwa Westerling di Sulawesi, lebih dari 4.000 warga Palestina disembelih pasukan Begin.

Pada tahun 1947 Begin mengadakan perundingan dengan anggota PBB yang berkunjung ke Palestina.

Sebelum berdirinya negara Israel (The State of Israel) Begin memimpin partai Harut dan menjadi anggota Knesset pertama mewakili partainya.

1 Juni 1997 Begin bergabung dengan Government of National Unity (LIKUD) dan menjadi Menteri Negara sampai tahun 1970.

Menachem Begin terpilih sebagai Perdana Menteri Israel tahun 1977. Istri Menachem Begin bernama Aliza dan seorang putra serta dua orang putri.

Menachem Begin dipandang oleh kalangan umum di Israel sebagai juru selamat pemerintah Israel dari korupsi Partai Buruh (Sosialis) yang sedang berkuasa waktu itu. Begin dikenal anti korupsi dan karenanya mendapat dukungan penuh dari rakyat dan berhasil memenangkan Partai Likud dalam Pemilu yang lalu.

Dalam pidatonya di Knesset Menachem Begin mengatakan kepada Presiden Anwar Sadat bahwa Israel dengan Knessetnya setuju adanya suatu perdamaian yang kekal dan adil di wilayah Timur Tengah. Israel ingin hidup berdampingan dengan tetangganya negara Arab. Begin mengulangi kembali apa yang diucapkannya tentang perdamaian. Israel menginginkan juga apa yang disebut perdamaian yang abadi dan adil itu. Begin menyatakan pendapat pemerintahannya bahwa Israel sependapat dengan Presiden Anwar Sadat dalam masalah keinginan akan sebuah perdamaian. Bagaimana pelaksanaannya? Inilah yang harus diatur kemudian. Bagaimana pula keadaannya dengan Presiden Hafiz Assad dari Suriah atau Raja Hussein dari Yordania atau dengan Presiden Sarkis dari Lebanon, dan bagaimana pula dengan Palestina dan PLO?

PM Menachem Begin mengajak semua kepala negara yang berkonfrontasi langsung dengan Israel untuk menyampaikan pidatonya di depan Knesset seperti yang dilakukan oleh Presiden Anwar Sadat.

Perlu dicatat bahwa Israel beberapa hari sebelum kunjungan Presiden Anwar Sadat telah menyerang kamp-kamp Palestina di Lebanon Selatan dan membunuh hampir 200 orang warga Palestina yang tidak berdosa diperkemahannya?

Israel pada prinsipnya tidak hendak mengembalikan West Bank kepada Yordania dan Palestina. West Bank menurut Begin adalah bagian dari tanah air Israel dan berhak mempertahankannya. Hal tersebut diucapkannya beberapa hari sebelum kunjungan Presiden Anwar Sadat ke Jerusalem.

Pendapat PM Begin saling bertentangan satu sama lain. Dalam event politiknya dengan Presiden Anwar Sadat, Begin menyatakan bersedia mengembalikan daerah yang diduduki Israel dalam perang 1967, sebagai realisasi Keputusan PBB No. 242, tetapi tidak bersedia untuk memberikan hak kepada rakyat Palestina untuk mendirikan sebuah negara yang merdeka dan berdaulat.

Begin pernah berkata seperti yang disiarkan harian Ma’ariv Israel bahwa Palestina adalah sebagai duri dalam daging bagi Israel, atau sebagai membesarkan anak singa. Pada prinsipnya Begin tidak setuju adanya negara Palestina. Justru itulah Presiden Anwar Sadat menekankan agar sebelum bertolak ke meja perundingan di Jenewa, ketegasan akan hak-hak rakyat Palestina dapat diterima oleh Israel.

Setelah kembalinya Presiden Anwar Sadat dari Isarel, mungkinkah situasi akan berubah? Sikap keras kepala batu Israel akankah dapat diperlunak oleh Presiden Anwar Sadat?.

Singa Dari Mesir Pres. Anwar Sadat, Wkl. Pres. Husni Mubarak, dan Menhan Jenderal Gamashi. Foto : Zulharbi Salim

Julukan yang diberikan kepada Presiden Anwar Sadat adalah Singa dari Mesir. Mereka menyebutkan Presiden Anwar Sadat ketika menuruni tangga pesawat kenegaraan Egypt Air di Ben Gurion Airport (19 Nopember 1977), tersenyum laksana Singa.

Demikian pula ketika Presiden Anwar Sadat berpidato di depan Knesset dan dalam menjawab pertanyaan wartawan pada Konperensi Pers, Presiden Anwar Sadat selalu melihatkan senyum singanya.

Presiden Anwar Sadat datang ke Israel bukan untuk berunding secara sepihak antara Mesir dan Israel saja, tidak untuk meminta dikembalikan gurun Sinai saja, tetapi juga dataran tinggi Golan dan daerah West Bank (Tepi Barat). Pokoknya Israel harus mundur ke garis demarkasi sebelum perang 6 hari tahun 1967. Tuntutan lainnya, harus ada sebuah negara bagi rakyat Palestina yang dapat hidup bertetangga dengan Israel, mereka perlu sebuah negara untuk dapat mengurusi dirinya sendiri.

Ketegasan ini oleh Presiden Anwar Sadat tidak ditawar-tawar lagi. Sebelum berangkat ke Jenewa hal ini sudah dapat diselesaikan dengan Israel.

Justru itulah Presiden Anwar Sadat ingin menjajagi kemungkinan bagaimana pendapat Knesset yang sebenarnya. Sadat datang bukan untuk berunding secara sepihak tanpa mengikutsertakan negara Arab lainnya.

Presiden Anwar Sadat secara berani telah membabat Israel dari dalam. Sadat dapat melihat sendiri bagaimana pendapat pemimpin Israel terhadap bangsa Arab. Racun yang disemaikan Israel selama ini, buyar karena pidato Presiden Anwar Sadat yang berani di depan musuhnya sendiri. Keberanian Sadat ini tidak dapat dibantah oleh siapapun. Kawan dan lawan harus mengakuinya. Israel sendiri harus mengakui keberaniannya secara jantan. Tawar menawar dengan Israel tidak ada, yang ada hanya dengar pendapat.

Joint Agreement pun sama sekali tidak ada, yang ada hanya pernyataan atas kunjungan Presiden Anwar Sadat ke Israel tidak lebih dari dari 11 baris. Mesir tidak mengeluarkan pernyataan apa-apa, yang ada hanya konperensi pers digelar di gedung Jerusalem Theatre.

Di depan lebih 3500 wartawan Presiden Anwar Sadat dan Perdana Menteri Menachem Begin beradu argumentasi dan bertanding ketangkasan dalam menjawab setiap pertanyaan yang diajukan kepadanya. Sesudah konperensi pers Presiden Anwar Sadat meninggalkan Israel kembali ke Cairo.

Di Cairo Presiden Anwar Sadat disambut rakyat Mesir sebagai seorang pahlawan yang menang perang. Pahlawan yang berani, pahlawan kemenangan, teriak mereka. Dari Israelpun Presiden Anwar Sadat dilepas dengan teriakan "Al-Bathol" (pahlawan) oleh rakyat Pelestina.

Pernyataan sikap Presiden Anwar Sadat tersebut dilaporkan kembali didepan sidang parlemen Mesir, tgl. 26 Nopember 1977 sebagai pertanggungjawabannya kepada rakyat Mesir.

Dalam Konperensi Pers di Jerusalem Theatre, 21 Nopember 1977 Perdana Menteri Menachem Begin ditanya oleh wartawan, apakah Presiden Anwar Sadat mengundangnya ke Mesir untuk menyampaikan pidato di depan parlemen Mesir? Begin menjawab secara diplomasi: "Saya ini bukan Presiden" dan meledaklah ketawa gemuruh wartawan.

Kunjungan Presiden Anwar Sadat ke Israel merupakan sebuah ledakan memang. "Ledakkan seperti bom atom disiang bolong", ucap wartawan TV Mesir, Dr. Nabil Saad.

Memang sebuah kejutan telah terjadi, dimana belum pernah ada dalam sejarah dunia. Ledakan kunjungan Presiden Anwar Sadat ke Israel, melebihi 7 (tujuh) kali ledakan kunjungan Presiden AS Nixon ke RR China atau kunjungan Presiden Rusia, Kruchev ke Amerika Serikat.


Masalah Palestina

Palestina pada hakikatnya adalah nama negara Arab yang sekarang diduduki dan dikuasai Israel. Rakyat Palestina mengungsi ke berbagai negara Arab. Dalam perang 6 hari (Six Days War) tahun 1967, rakyat Palestina benar-benar sudah kehilangan hak. PLO yang dipimpin Yasser Arafat dituduh teroris oleh penguasa Israel, siapakah yang sebenarnya teroris Menachem Begin ataukah Yasser Arafat?

Dalam pemetaan terbaru seluruh wilayah Arab yang diduduki sejak tahun 1967, Israel telah mencantumkan sebagai wilayah barunya. Semenanjung Sinai, West Bank (Tepi Barat Sungai Yordan), dataran tinggi Golan di Suriah telah dicaplok sebagai teritorial wilayah Israel. Demarkasi buffer-zone yang ditempati oleh pasukan darurat PBB yang mereka anggap sebagai daerah bebas. Peta lama Israel tidaklah seperti sekarang yang tidak mencantumkan Palestina sebagai sebuah negara. Dalam rangka Israelisasi atu Yahudisasi semua nama-nama kota dan daerah yang didudukinya diberi nama dalam bahasa Hebrew.

Peta tersebut dibagi-bagikan kepada para wartawan rombongan Presiden Sadat dan sempat membuat jengkel wartawan senior Mesir dari harian Al-Ahram, menyebut Israel sebagai teroris dan tidak punya malu. Pencaplokan wilayah Sinai, West Bank dan Golan adalah perbutan penjahat yang tidak dapat diterima begitu saja, katanya dengan penuh rasa kejengkelan. Syukur tidak ada orang Israel mendengarnya.

Ketika Presiden Sadat mengumumkan keberangkatan-nya ke Israel (Palestina), Mesir menuntut perdamaian tanpa syarat apapun. Masalah Palestina harus diselesaikan secara damai, jika tidak, perdamaian tidak akan tercapai di kawasan ini. Demikian Presiden Sadat menegaskan. Selain itu Presiden Sadat menuntut Baitulmaqdis (Jerusalem) sebagai ibukota Palestina dan dijadikan kota suci yang netral dan bebas seperti semula.

Sementara itu di Beirut suratkabar radikal Al-Liwa’ menyiarkan wawancaranya dengan Ketua PLO Yasser Arafat sehubungan dengan kunjungan Presiden Anwar Sadat ke Israel. Yasser Arafat pada dasarnya mendukung penuh kebijaksanaan Presiden Sadat mengenai major aspects dalam sengketa Arab dan Israel. PLO tidak keberatan at least publicly untuk berkunjung ke Israel. Tetapi kemudian atas desakan Syria, Lybia dan beberapa tokoh radikalis Palestina yang dipimpin oleh George Sabash yang pro Rusia, Yasser Arafat berbalik menjadi kontra.







Moshe Dayan, Menachem Begin dan Anwar Sadat

Masalah pokok yang dikemukakan Presiden Sadat di depan Sidang Istimewa Knesset adalah masalah withdrawal (menarik mundur) pasukan Israel dari seluruh wilayah yang diduduki Israel dan hak mendirikan negara Palestina yang merdeka.

Yasser Arafat selalu memperingatkan pemimpin negara-negara Arab atas bahaya perang yang ditimbulkan Israel dengan menyerukan; "Israel sewaktu-waktu akan melakukan serangan mendadak dan akan terjadi perang kelima".

Di Kementerian Pertahanan Israel muncul spekulasi akan munculnya kembali perang Arab-Israel. Menlu Israel, Moshe Dayan mensinyalir pula akan meletus perang kelima yang lebih dahsyat, apabila usaha-usaha kearah perdamaian yang abadi antara Arab dan Israel tidak mencapai titik pertemuan. Antara Mesir dan Israel tampaknya sudah ada persamaan persepsi untuk sama-sama mengakhiri pertumpahan darah dan sama-sama menciptakan perdamaian yang adil dan abadi.

Wakil PM Israel, Yigal Yadin yang menjabat Ketua Partai Demokrasi Untuk Perubahan (DMC) mengatakan kepada wartawan Ma’ariv di Jerusalem, bahwa Israel sekarang sudah siap dalam dua hal. Pertama siap untuk menempuh perundingan damai yang kekal dan kedua siap maju ke medan pertempuran. Israel juga mengetahui bahwa Mesir juga mempunyai kedua persiapan ini. Tetapi yang menjadi masalah adalah Pelestina dengan PLO dan organisasi lainnya, yang selalu menimbulkan persoalan bagi Israel.

Imbalan perdamaian tentu harus ada, jika Israel menarik diri dari seluruh daerah pendudukan, apakah negara-negara Arab bersedia menjamin kelangsungan hidup Israel? Demikian Yadin bertanya.

PM Begin di depan Knesset menyatakan dalam suatu ajakan kepada Presiden Sadat secara diplomasi, bahwa Israel mempunyai skill, mempunyai potensi dan tenaga expert. Negara Arab mempunyai materi yang berlebihan, mempunyai minyak dan padang pasir. Marilah kita olah bersama pasir itu, menjadikannya sebuah "sorga" dikawasan Timur Tengah ini! Ajakan ini dibalas oleh Presiden Sadat dengan "senyum singanya".

Sekarang, tinggal lagi bagi bangsa dan rakyat Palestina sendiri, untuk memilih sebuah negara yang merdeka atau hidup sebagai pelarian tanpa ada penyelesaian yang jelas? PLO sebagai organisasi tertinggi rakyat Palestina tentu akan dapat mengambil manfaat atas kunjungan Presiden Sadat ke Israel. Bahwa yang diperjuangkan oleh Presiden Sadat bukanlah kepentingan rakyat Mesir saja tetapi juga adalah kepentingan rakyat Arab secara keseluruhan, termasuk rakyat Palestina di dalamnya.

Rekaman Pendapat

Kunjungan Presiden Anwar Sadat ke Israel, mendapat berbagai tanggapandankomentar. Berikut ini kami turunkan beberapa rekaman pendapat.

Saya mulai dari salah aeorang Indonesia yang secara kebetulan saya jumpai di Jerussalem, sesat Presiden Sadat ke Israel meninggalkan Mesjid Aqsa setelah sembahyanh Idul Adha menuju ke gereja kiamat.

1. Kunjungan luar biasa

Dr. Berthold Pariera adalah orang Indonesia yang saya jumpai di Jerusalem sewaktu kunjungan Presiden Sadat kesana. Komentarnya bahwa kunjungan Presiden Sadat ke Israel sungguh diluar dugaan dan sangat mengagumkan. Kedatangannya ke Israel merupakan sebuah kejutan dunia, dimana Presiden Sadat berbuat dengan sungguh-sungguh demi perdamaian.

Semula memang sulit untuk membenarkan kunjungan tersebut. Presiden Sadat secara psikologis sudah menyisihkan banyak rintangan, untuk kunjungannya yang luar biasa itu.

Dr. Pareira, adalah Rektor Sekolah Tinggi Filsafat dan Theologi "Widya Sasana" Malang, sebuah perguruan kristen. Dia memdapat izin khusus untuk berkujung ke Jerussalem guna melihat tempat-tempat suci umat kristen.

2. Harian Mesir Al-Ahram

Surat kabar berpengaruh yang terbit di Kairo, Harian Al-Ahram memberikan komentar sekitar kepergian Presiden Sadat ke Israel sebagai berikut: "Keberangkatan Presiden Sadat ke Israel, adalah sebuah ledakan bom atom dunia Arab. Tujuan Presiden Sadat bukan untuk membicarakan dan merundingkan penarikan pasukan Israel dari Sinai saja, akan tetapi adalah untuk semua negara Arab. Mesir tidak akan berbuat secara sepihak, tetapi untuk kepentingan Arab secara keseluruhan, tanpa kecuali. Termasuk didalamnya masalah Palestina dan hak-hak rakyatnya".

Keputusan Sadat untuk berhadapan muka dengan Israel adalah salah satu tindakan yang berani. Merupakan kejadian yang "luar biasa" (nadir, Arab) di dunia. Termasuk peristiwa bersejarah yang belum pernah terjadi sebelumnya.

Tujuan Presiden Sadat adalah untuk dengar pendapat dan berpidato di depan Knesset Israel, menjelaskan sikap dan pendapat Mesir serta negara-negara Arab lainnya.

3. Harian Mesir Al-Akhbar

Harian yang beroplag besar di Kairo, Al-Akhbar El Youm pimpinan Musthafa Amin, dalam tajuknya menyebutkan bahwa perjalanan Presiden Sadat tidak mengeluarkan komunike bersama dengan Israel. Tidak ada pula kontak dan perundingan rahasia sebelumnya. Betul-betul sebuah kunjungan mendadak.

Perlu ditegaskan bahwa tujuan utama kunjungan Sadat ke Israel adalah membuktikan niat baik rakyat Arab yang cinta perdamaian dan tidak untuk mengadakan perundingan sepihak antara Mesir dan Israel.

Harian itu menegaskan bahwa Presiden Sadat berpegang teguh kepada keputusan KTT Arab di Rabat, yang pada prinsipnya menjelaskan perjuangan rakyat Arab untuk membebaskan daerah yang diduduki oleh Israel dalam perang 1967 dan memperjuangkan hak-hak rakyat Palestina.

Permasalahannya bukanlah masalah Mesir saja, tetapi adalah masalah negara Arab secara keseluruhan. Mesir menolak setiap usaha yang dilakukan oleh satu pihak saja.

Kepergian Presiden Sadat ke Israel adalah untuk menggoalkan keputusan Dewan Keamanan PBB No. 242, yang mengharuskan Israel kembali ke garis sebelum perang 1967.

Rencana keberangkatan Presiden Sadat ke Israel, sebelumnya tidak diketahui oleh siapapun. Baik Amerika Serikat, atau nagara Arab lainnya, apalagi Uni Sovyet. Presiden Sadat mengumumkan kepergiannya ke Israel di depan parlemen Mesir. Bahkan Harian ini (Al-Akhbar) sebelumnya juga tidak mengetahui rencana tersebut.

Meskipun beberapa negara Arab ada yang tidak setuju atas kunjungan Presiden Sadat ke Israel, itu tidak akan menjadi hambatan bagi Mesir. "Anjing menggonggong kafilah berlalu", kata surat kabar itu mengutip pepatah.

4. Harian Mesir Al-Goumhuria

Harian lain yang terbit di Kairo, Al-Goumhuria menyebutkan kunjungan Presiden Sadat ke Israel laksana merombak dinding tembok citadel (benteng) yang kokoh.

Perjalanan Sadat ke Jarussalem, suatu hal yang mustahil. Mustahil dalam arti kata, sesuatu yang tidak pernah diduga kemungkinannya. Tetapi, berkat idzin Allah, yang mustahil itu dapat berobah menjadi kemungkinan. Kemungkinan dapat menjadi kenyataan. Kenyataannya adalah Presiden Sadat bisa bertemu dengan musuh bebuyutannya selama lebih 30 tahun. Sadat sudah berada di Masjid Aqsa dan bersembahyang hari Raya Idul Adha disana. Perjalanan perdamaian dikota perdamaian.

Tidak lain tujuan Presiden Sadat kecuali membawa risalah perdamaian.

5. Majalah Oktober

Majalah Oktober, salah satu mingguan yang beroplag besar, dipimpin oleh wartawan kawakan Anis Mansur, dalam terbitan khususnya menyebutkan kunjungan Presiden Sadat ke Israel laksana kunjungan seorang malaikat yang membawa jubah perdamaian. Jubah perdamaian yang dikenakan Sadat berisi petuah dari seorang guru kepada muridnya.

Dalam kalimat lain majalah itu mengisyaratkan bahwa kunjungan Presiden Sadat ke Israel, merupakan ledakan sebuah ‘bom’, bomnya tidak tanggung-tanggung bom atom (qumbulah dzarriyah). Sadat meletakkan bom itu tidak di sembarang tempat, tidak diatas bus umum, tidak di Base-camp militer Israel, akan tetapi didalam gedung Knesset Israel.

Ternyata memang benar bahwa bom yang diletakkan Sadat itu, benar-benar meledakkan gedung Knesset dan bahkan dunia! Bom itu adalah bom "perdamaian" atau "Shalom" kata orang Yahudi.

6. Harian Ma’ariv

Kini kita dengar pula rekaman pendapat dari beberapa harian yang terbit di Israel.

Harian Ma’ariv yang terbit dalam bahasa Hebrew, adalah harian yang berpengaruh di Israel, menyebutkan bahwa Presiden Sadat untuk pertama kali dalam sejarah menempuh jarak 1000 mil perjalanan, telah menunjukkan kekaguman (surprising) dan melancarkan manover politik yang briliant dan jitu.

Keputusan untuk berangkat ke Israel, tidak akan dibiarkan Sadat dengan hasil yang kosong dan harus mendapatkan hasil yang yang mantap dari pembicaraan yang dilakukannya dengan pihak Israel.

Reaksi keras atas kunjungan Sadat tersebut merupakan tarohan dari sebuah kekuatan dan kehidupan untuk memperoleh hasil yang diidamkan yaitu perdamaian yang adil dan abadi.

Dengan keberaniannya mengambil resiko, Presiden Sadat telah mematahkan anggapan berbagai pihak untuk memperbaiki situasi dan keadaan. Secara tidak langsung Sadat telah merintis membentangkan jembatan antara dunia Arab dengan musuh bebuyatannya Israel. Meskipun jembatan itu telah dibentangkan hanya untuk sekali jalan saja.

7. Ha’aretz

Harian Israel lain berbahasa Hebrew, Ha’aretz menulis bahwa dengan kedatangan Presiden Anwar Sadat ke Israel, kita (Israel) tidak ingin kehilangan momentum yang baik ini. Kunjungan Sadat telah menumbangkan image secara nyata. Image bahwa problema Timur Tengah dapat diselesaikan sendiri oleh yang bersangkutan, tanpa bersandar kepada negera-negara besar yang mempunyai kepentingan sendiri.

Dunia Arab ada yang menyetujui sikap Sadat dan ada pula yang tidak. Orang-orang yang tidak setuju akan kedatangan Sadat di Israel adalah orang-orang yang tidak ingin menerima kenyataan. Kenyataan bahwa Israel itu ada. Yang penting Sadat telah merombak tembok permusuhan selama ini, untuk mendambakan dan mempertaruhkan dirinya demi untuk perdamaian yang abadi dan adil.

Reaksi yang ditimbulkan di berbagai negara Arab, tidak lebih sebagai dorongan untuk memperkuat pendirian Sadat tentang perdamaian. Sadat secara meyakinkan akan dapat mempengaruhi dunia Arab, untuk menyelesaikan krisis berlarut-larut antara Arab dan Israel.

Mengenai Palestine Liberation Organization (PLO), harian tersebut mengatakan sebagai tidak dapat menerima kenyataan. Israel sangat sensitif atas tindak gerakan PLO dan organisasi pembebasan Palestina lainnya. PLO menurut harian itu, dapat mengancam keamanan Israel di masa mendatang. Demikian harian Ha’aretz.

Adapun untuk menerima kenyataan adanya sebuah negara merdeka bagi Palestina yang bertetangga dengan Israel, sebagai tidak masuk akal. Ancaman akan selalu datang bagi rakyat Israel yang sedang nyenyak tidur. Harian itu mengusulkan supaya dibentuk pemerintahan otonomi yang dipegang oleh pemimpin Arab di wilayah pendudukan, seperti di West Bank (Tepi Barat) dan Gaza Strip, jadi bukan oleh PLO.

8. Jerusalem Post

Harian berbahasa Inggris, Jerusalem Post dalam tajuknya menjelaskan tentang kunjungan Presiden Sadat ke Israel sebagai misi paling bersejarah.

Presiden Sadat tidak akan berkunjung ke Israel, kalau tidak membawa konsep yang matang untuk disampaikan kepada pemerintah Israel. Konsep Presiden yang dikemukakannya di depan sidang umum Knesset, merupakan pendirian Sadat terhadap perdamaian menyeluruh yang tidak bisa di tawar-tawar.

Sadat meskipun datang dengan kemauannya sendiri, tetapi tidak melepaskan diri dari mission Arab State. Sadat berbicara secara pribadi, namun tetap membawakan suara bangsa Arab secara bersama-sama. Sadat tidak melepaskan prinsip KTT Arab di Rabat. Sadat melihat permasalahan bukan secara sepihak, tidak antara Mesir dengan Israel saja, tetapi antara negara-negara Arab dengan Israel. Masalah penyelesaian Palestina adalah inti pokok kunjungan Sadat, disamping meminta pengertian Israel untuk menyerahkan kembali semenanjung Sinai kepada Mesir, dataran tinggi Golan kepada Suriah dan Tepi Barat kepada Yordania.

Harian itu mengakui bahwa Presiden Sadat dalam keuletannya berdialog dengan pemerintah Israel. Ini harus diakui bersama. Pemerintah Israel juga harus mengakui kejantanan dan keberanian Presiden Sadat. Israel sudah tidak bisa menutup mata dalam menganalisa perubahan situasi politik di Timur Tengah dewasa ini. Kami (Jerusalem Post) yakin akan keberhasilan PM Israel, Menachem Begin untuk dapat secara kartu terbuka berdialog dengan Sadat menyelesaikan krisis satu persatu, demi untuk kelangsungan hidup masa depan rakyat Israel.

Pada hakekatnya kita tidak menginginkan pertumpahan darah kembali terjadi. Apabila pertumpahan darah terus menerus berlanjut, masa depan Israel semakin suram. Kenyataan keberadaan negera merdeka Palestina, harus mendapatkan tempat sebagai suatu pertimbangan.

Anwar Sadat mempunyai pendirian yang keras dan jelas. Tidak ada perdamaian tanpa negara Palestina. Ini mengakibatkan akan meledaknya perang kelima, kata Jerusalem Post memperingatkan.

9. Harian Al-Qudus

Selain harian berbahasa Hebrew dan Inggris, ada harian yang terbit dalam bahasa Arab di Jerusalem. Berikut ini komentar dari beberapa harian berbahasa Arab.

Harian Al-Qudus menyambut baik kunjungan Presiden Sadat ke Jerusalem. Dalam tajuknya tanggal 21 Nopember 1977, Al-Qudus menulis antara lain apabila PM Israel Menachem Begin memberi jawsaban atas pidato Presiden Sadat di Knesset, yang mengajak kepada mengujudkan saling pengertian untuk mencapai perdamaian, tidak dalam keadaan seperti sekarang ini statusquo tidak perang tidak damai adalah penting sekali.

Saat seperti sekarang inilah untuk menjelaskan bagaimana pendirian Israel yang sebenarnya kepada bangsa Arab dan dunia internasional.

Presiden Sadat tidak menginginkan dialog berlarut-larut tanpa hasil. Sepuluh tahun lamanya Anwar Sadat menanti dengan penuh kesabaran. Perang Oktober 1973, sudah cukup pahit bagi Israel. Pendirian Presiden Sadat sudah tidak bisa ditawar-tawar lagi, keinginan mencapai perdamaian bagaikan sinar matahari menyinari bumi disiang hari.

Harian Al-Qudus, yang dikelola oleh kelompok Arab Palestina di Jerusalem, kelihatannya mendukung perjuangan bangsa Arab dan konsepsi Presiden Sadat untuk perdamaian. Tinggal lagi bagaimana PM Begin untuk menindaklanjutinya dengan dukungan anggora parlemen (Knesset) untuk mengambil kesimpulan dan langkah ke depan.

Presiden Sadat menawarkan perdamaian dan amat diplomatis menanti jawaban Israel.

Dari inisiatif perdamaian Presiden Sadat antara lain menyebutkannya di depan Knesset bahwa Israel harus mundur ke garis demarkasi sebelum perang tahun 1967; memberikan hak sepenuhnya bagi rakyat Palestina untuk menentukan nasibnya sendiri sebagai negara merdeka dan berdaulat; menentukan masa depan Baitulmaqdis (Jerusalem) sebagai kota suci ummat Islam dan ibukota Palestina; mengujudkan perdamaian yang adil dan abadi.

PM Begin dalam pidato jawabannya terhadap pidato Presiden Sadat antara lain mengemukakan kesamaan persepsi dengan Presiden Sadat yaitu ingin perdamaian yang kekal dan abadi. Tentang hak-hak rakyat Palestina (tidak disebut-sebut negara Palestina merdeka, Penulis) tidak menentang adanya perdamaian yang adil dan tidak menolak mundurnya Israel dari wilayah yang didudukinya, namun terserah kepada rakyat Israel.

Adapun masalah Baitul Maqdis, PM Begin berpendirian lain. Jerusalem adalah sebuah kota bebas bagi pemeluk–pemeluk agama Yahudi, Islam dan Kristen. Jerusalem adalah kota suci bagi ketiga umat tersebut. Israel tidak menodai dan mengotori tempat suci umat beragama tersebut. Tetapi untuk mengembalikannya kepada Arab, itu soal lain pula. Dasarnya apa? karena Jerusalem sumber keuangan bagi pemerintah Israel, yaitu para wisatawan.

Al-Kudus memberikan alasan bahwa rakyat Arab di Israel tidak ingin mengomentari pidato PM Begin, tetapi ingin menggaris bawahi kepada hasil–hasil yang dicapai oleh Presiden Sadat dengan pemerintah Israel.

Pokok persoalan sekarang adalah"rakyat Arab menginginkan adanya sebuah negara Palestina, negara yang bebas dan berdaulat." Rakyat Arab Palestina sanggup memimpin diri sendiri dalam bernegara. Oleh karena itu hendaknya PM Begin bersedia untuk memberikan jawaban yang positif.

Tidaklah ada kalimat "damai" apabila rakyat Palestina terancam jiwanya setiap saat. Dan tidak ada damai, kalau tidak perang. Perang inilah yang tidak kita inginkan, kata Harian Al-Kudus yang pro Arab itu.

10. Harian Al-Anba’

Harian berbahasa Arab lainnya yang pro Arab adalah Al- Anba’. Al- Anba’ menulis dalam tajuknya sekitar kunjungan Presiden Sadat sbb: kunjungan Presiden Sadat ke Israel yang semula tidak di sangka–sangka, mengucurkan banyak air mata rakyat Arab. Kami seakan–akan tidak percaya pada penglihatan kami sendiri, bahwa Presiden Sadat sudah berada didepan mata kami sekarang ini.

Mengutip Al-Qur’an Surat Al-Anfal ayat 61 : "Wa in janahuu lissilmi, fajnah laha wa tawakkal ‘alallahi"(dan jika sudah terkembang sayap bagi perdamaian, maka kembangkanlah pula sayap baginya dan bertaqwalah kepada Allah).

Apa yang disampaikan oleh Presiden Sadat, PM Menahem Begin dan Shym’un (Simon) Perez di depan Knesset Israel, kesimpulannya adalah "ajakan kepada perdamaian."

Apabila terdapat perbedaan dalam istilah dan ibarat susunan kata, akan dapat diselesaikan dalam perundingan terbuka atau tertutup, menuju kepada terlaksananya perdamaian yang abadi dan adil di Timur Tengah.

Presiden Sadat telah menjalankan perintah Tuhannya untuk melakukan perundingan "perdamaian" dan tentu bagi PM Begin tidak lupa pula kepada agama yang dianutnya. Dalam Tauratpun "perdamaian" (shalom) dianjurkan bagi umat Yahudi. Kenapa tidak harus diterima?

Yang jelas, Israel harus menerima dan mengikuti "kebesaran" jiwa Sadat. Kesediaannya berkunjung ke Israel merupakan bukti nyata bahwa Sadat adalah "cinta damai". Demikian pula sebalikya, PM Begin dalam pernyataannya pada hakikatnya tidak ingin "perang" lagi. Sebabnya adalah "kekurangan manusia untuk dijadikan tentara". Tetapi Mesir dan Negara Arab lainnya mempunyai pasukan lebih dari sepuluh kali lipat tentara Israel.

Harian Al–Anba’ menutup tajuknya dengan do’a, semoga Allah memberikan taufiq kepada kedua pemimpin Mesir dan Israel.

Dalam do’a lain di harian Al- Anba’ disebukan bahwa Presiden Sadat adalah seorang laki–laki yang beriman, taat kepada Tuhan, benar dalam berkata dan yakin dengan apa yang akan dikerjakannya. Dia yakin bahwa perdamaian pasti akan tercapai.

11. Harian Al–Fajar

Lain halnya dengan Harian Al–Fajar (Harian Pagi), yang juga berbahasa Arab, terbit di Jerusalem. Harian ini bersikap agak menentang kedatangan Sadat di Israel. Tetapi bukan tidak menerima kenyataan.

Harian ini lebih menitik beratkan beritanya kepada yang negatif dari pada yang positif.

Negative, harian ini menyiarkan secara sensitif sekali terhadap kunjungan Presiden Sadat. Pada umumnya beritanya memberikan dukungan kepada golongan yang anti pada Sadat. Dikatakan pro pada kepada Palestinapun tidak pula, tetapi selain memonitor berita–berita yang disiarkan lewat Moskow dan partai Baath di Damaskus dan Baghdad.

Harian ini tidak begitu besar oplaagnya, dan konon kabarnya pemimpin redaksinya adalah anggota partai komunis Israel.

12. Pendapat perorangan

1. Samha Erlich

Menteri Keuangan Israel, Samha Erlich mengatakan bahwa kedatangan Presiden Sadat ke Israel adalah peristiwa sejarah yang besar. Saya berkeyakinan bahwa usaha damai dari kedua belah pihak, akan membawa perobahan baru. Sudah seharusnya kesempatan kunjungan ke Israel bagi Pemimpin Arab lainnya harus dibuka.

2. Ishaque Rabin

Anggota Knesset Israel, Ishaque Rabin menilai bahwa tidak dapat diragukan Sadat membuka pintu baru didaerah ini. Pembicaraan kedua belah pihak akan menciptakan situasi paling bersejarah. Saya menguatkan dukungan kepada PM Begin ketika Presiden Sadat berniat hendak ke Israel. "cepat kirim undangan", saran saya.

3. Syim’un Peres

Anggota Knesset dari partai Kutla, Syim’un Peres mengatakan bahwa tidak ada problema sama sekali, jika Presiden Sadat bermaksud untuk berdamai dengan Israel. Namun persoalannya tidak begitu mudah. Hubungan yang sudah tidak ada 30 tahun yang lalu dengan negara–negara Arab, akan sulit untuk saling mengadakan pendekatan. Tetapi, kedatangan Sadat kita sambut hangat demi untuk terciptanya perdamaian didaerah ini. Sadat harus kita akui sebagai seorang yang berjiwa besar!

4. Hayyem Shadok

Anggota Knesset, Hayyem Shadok berpendapat banwa kunjungan Presiden Sadat ke Israel, sangat dramatis. Sutradara merangkap sebagai bintangnya adalah Sadat sendiri. Sadat adalah seorang pemain watak. Presiden Sadat secara tidak langsung sudah mengakui adanya wujud Israel di Timur Tengah, meskipun belum diucapkan secara resmi atau ditandatangani diatas kertas protokoler.

Presiden Sadat telah merombak tradisi percaya kepada Amerika Serikat dan Unu Sovyet. Image kedua negara besar tersebut telah diruntuhkan oleh Sadat, dengan satu tujuan datang untuk berdamai, tidak untuk memaklumkan perang.

5. Jacoub Hazzan

Pemimpin Partai Persatuan Buruh (Mabam, bahasa Hebrew, pen.), Jacoub Hazzan berkata, saya ber do’a (secara agama Yahudi) kepada Tuhan, semoga PM Begin yang pada prinsipnya saya menentang pendapatnya (opposisi,pen) diberi petunjuk untuk membawa rakyat Yahudi kepada perdamaian dan ketenteraman. Keberhasilan PM Begin dalam menciptakan situasi damai di daerah ini, adalah suatu keberhasilan rakyat dan bangsa Yahudi. Israel tentu tidak akan menyia-nyiakan kesempatan baik ini, untuk berunding dengan Mesir dan juga dengan negara Arab lainnya. Dengan demikian negara–negara Arab akan dapat menerima kenyataan atas keberadaan negara Israel.

6. Yighal Alon

Anggota Knesset, Yighal Alon menyebutkan bahwa kunjungan Sadat ke Jerusalem, adalah peristiwa sejarah yang amat penting. Sadat telah membuktikan kesediaan dan iktikad baik bangsa Arab kepada perdamaian. Ini harus diimbangi pula oleh Israel dengan iktikad baik menerima perdamaian tersebut. Keberanian Sadat adalah sebuah bukti dan cara yang dipergunakan oleh Sadat adalah berbudi dan terpuji. Politik Sadat adalah mendidik. Kemana lagi akan lari. Tujuan Sadat tidak merundingkan soal–soal militer, tetapi adalah tersimpul dalam dalam satu kalimat yaitu "perdamaian".

7. Yushi Sried

Anggota Knesset, Yushi Sried mengatakan bahwa kedatangan Presiden Sadat bertujuan untuk untuk melihat dari dekat bagaimana isi hati pemerintah Israel. Mari kita bukakan pintu selebar–lebarnya dan iktikad baik Sadat kita sambut dengan tangan terbuka.

8. Sheikh Jabir Dahash Meady

Anggota Knesset dari partai Arab Independent dan bekas Wakil Menteri Pertanian dan Perhubungan Palestina, Sheikh Jabir Dahash Meady berpendapat bahwa rakyat Arab Palestina sudah sejak lama menantikan kedatangan salah seorang pemimpin Arab, terutama Presiden Sadat. Saya dilahirkan di Mesir dan rakyat Arab di West Bank, Gaza dan Golan amat mencintai perdamaian. Kami sudah lama mencintai Anwar Sadat sebagai seorang pemimpin Arab terkemuka.

Presiden Sadat adalah pahlawan perdamaian, pahlawan kemenangan, pembuat mukjizat dan perombak yang mustahil dan pencipta keajaiban dunia. Kami mendukung Sadat sepenuhnya dan teruskanlah perjuangan, semoga Allah memberkahinya.

Rakyat Arab pada hakikatnya tidak ingin berkelahi satu sama lain, untuk apa membunuh sesama manusia. Marilah kita ciptakan alam perdamaian yang kekal dan adil. Kepada PM Begin diserukannya untuk lebih melihat kepada kenyataan. Rakyat Arab Palestina ingin mempunyai sebuah negara.

9. Sheikh Abbas Abu Rabie.

Anggota Knesset dari non partai, wakil rakyat dari West Bank, Sheikh Abbas Abu Rabie menyambut baik kedatangan Sadat ke Jerussalem dan berpidato didepan Knesset. Pidato Sadat adalah sebuah harapan bagi kami orang–orang Arab Palestina. Kami harus menerima kenyataan hidup bersama Israel. Buktinya adalah bahwa kami diberikan kursi di Knesset. Jadi bukan kami yang hendak ikut serta. Dan dengan demikian kami dapat mengetahui keadaan keadaan dari "dalam". Kedatangan Presiden Sadat memberikan angin segar bagi kami. Sadat adalah pejuang kami, pejuang rakyat yang tertindas, bangsa dan rakyat Arab. Sadat tidak saja pemimpin rakyat Mesir tetapi juga pemimpin rakyat Arab didaerah pendudukan Israel.

Kami harus menerima kenyataan pahit ini, kalau tidak demikian darimana kami harus hidup. Adanya Israel bagi rakyat Arab sudah suatu kenyataan walaupun pahit. Namun denikian, kami menginginkan sebuah negara yang berdaulat dam merdeka.

10. Dr. Toledano

Anggota Knesset dari partai D.M.C (The Democratic Movement for Change), Dr. Toledano menganggap bahwa kedatangan Presiden Sadat laksana "malaikat penyelamat". Partainya yang bergabung dengan Likud (Union) menyetujui prinsip ‘damai’ dari pada keadaan sekarang "tidak damai dan tidak perang". Israel harus mengembalikan daerah yang dikuasainya kepada Arab, sebagai wujud dari perdamaian.

11. Abba Eban

Bekas Menlu Israel, anggota Knesset dari partai sosialis, Abba Eban menilai kunjungan Sadat adalah suatu "surprise" bagi Israel. Adanya negara Yahudi di kawasan ini, harus disadari oleh rakyat Arab disekitarnya. Kedatangan Sadat kesini sudah suatu bukti bahwa secara tidak langsung dapat menerima adanya Israel, meskipun belum resmi. Suatu hal yang mungkin bagi pemerintah (Israel) untuk meluruskanposisi dan memberikan kepercayaankepada slogan perdamaian yang abadi dan adil.

12. Prof. Dr. Fuad Hasan, Dubes RI di Cairo

Dubes RI di Cairo, Prof. Dr. Fuad Hasan mengemukan bahwa masalah Palestina adalah masalah yang paling rumit sejak semula. Memang benar apa yang dikatakan oleh Presiden Sadat berulang-ulang bahwa masalah Palestina sebetulnya pangkal dari masalah Timur Tengah. Kita masih ingat ketika PM Begin pada Komperensi Pers di Ismailia mengatakan "I am Palestinian Jew". Ini salah satu indikasi bahwa Beginpun menyadari bahwa konsep Palestina itu semula adalah konsep geography (konsep wilayah). Didalam wilayah Palestina dahulu disitu ada orang Arab Palestina ada orang Jahudi Palestina. Jadi tidak salah kalau Begin dalam Komperensi Pers itu mengatakan "I am Palestinian".

Sekarang ini orang Palestina tersebar dimana-mana. Ada 2 sebab:

Pertama; memang dari dulu banyak yang menetap di negara-negara Arab.

Kedua; orang Palestina ada yang terusir dari negerinya dan mengungsi karena didirikannya negara Israel.

Pengusiran ini yang kurang tepat dan tidak bisa dibenarkan. Oleh karena mereka berhak berada di tanah airnya, di negerinya sendiri, juga menentukan nasibnya sendiri.

Saya berpendapat bahwa PLO adalah satu gerakan yang memang memperjuangkan pendirian negara Palestina. Untuk ini kita juga mendukung PLO. Indonesiapun tidak pernah absen mendukung perjuangan untuk kepentingan rakyat Palestina dan pengembalian hak-hak rakyat Palestina. Saya yakin bahwa akhirnya kalangan PLO sendiripun akan melihat bahwa Sadat tidak melepaskan tututan dan hak Palestina dalam meja perundingan dengan Israel.

Satu hal yang nyata sampai sekarang bahwa Sadat tidak menyelesaikan masalah sengketa ini hanya "bilateral" antara Mesir dan Israel. Ini harus membuka mata bahwa tidak ada unsur "penghianatan" sampai sekarang Sadat terbukti tetap gigih menuntut diberikannya hak menentukan nasib sendiri untuk orang Palestina. Sampai sekarang sadat tidak melepaskan sedikitpun tuntutannya atas penarekan mundur tentara israel dari seluruh wilayah arab yang didukukinya.

Kalau tuntutan ini menjadi tuntutan Sadat yang nota-bene menjadi tuntutan semua negara Arab dan PLO, maka apa salahnya kalau akhirnya semua menjadi sebaris lagi. Sampai sekarang tidak ada yang menunjukkan bahwa Sadat jalan sendiri. Sampai sekarang keamcetanpun karena masalah Palestina. Kenapa PLO sampai sekarang belum kembali segaris dengan Sadat, ini tidak saya tidak tahu! Tapi saya yakin pada suatu saat semua akan menyaksikan bahwa Sadat tidak melepaskan tuntutan yang prinsipil dari tuntutan bangsa Arab maupun rakyat Palestina sendiri. Oleh karena itu saya berkeyakinan kuat pada suatu hari mereka akan bertemu lagi.

13. Emira Yizak

Mahasiswi Fakultas Kedokteran Hebrew University Jerusalem, Emira Yizak (27 thn) menyatakan dukungan atas kunjungan Presiden Sadat ke Isarael. Kami gembira menyambut seorang Presiden Arab ke Israel. Selama hayat kami belum pernah tahu bahwa ada seorang pemimpin Arab yang gentlement seperti Presiden Sadat. Rekan–rekan mahasiswa di Hebrew University saat ini sedang memfokuskan studynya, membuat analisa kenapa Presiden Sadat berkunjung ke Israel? Panel diskusi menyimpulkan bahwa bukan saja untuk tujuan damai, tetapi adalah membentuk image baru. Image kepercayaan kepada negara–negara besar (adidaya) telah diruntuhkan oleh Sadat. Kontak langsung adalah salah satu metode terbaik untuk menyelesaikan krisis. Pada hakekatnya kami Angkatan Muda Israel ingin hidup damai, aman dan tentram.

14. Pendapat yang menentang (kontra)

Pada umumnya dunia Arab dikejutkan oleh kunjungan Sadat ke Israel. Mereka itu prinsipnya mendukung kebijaksanaan Presiden Anwar Sadat, akan tetapi ada beberapa negara Arab yang kontra.

Yang menonjol adalah Libya. Kemudian Aljazair, Syria dan Irak kemudian menyusul Yaman Selatan. Negara Arab lain ada yang wait and see dulu.

PLO semula mengambil sikap mempelajari situasi lebih dahulu, ternyata kemudian juga ikut kontra bersama negara–negara Arab di atas.

Reaksi Pemimpin PLO, Yasser Arafat. Pada mulanya sependapat dengan inisiatif Sadat, ternyata kemudian menyatakan penolakannya.

George Sabash, Organisasi Radikal Palestina, menentang keras kepergian Sadat ke Israel. Telah berkhianat kepada perjuangan rakyat Arab, tuduhnya. Sadat adalah penjual negara Palestina. Untuk diketahui bahwa George Sabash adalah pemimpin Palestina pro Moskow dan kadang-kadang pendapatnya bertentangan dengan Yasser Arafat pemimpin PLO.

Radio Baghdad, menyebutnya sebagai "penghianat besar" dalam setiap siarannya mengenai Presiden Sadat dari Mesir.

Moammar Qadhafi, Presiden Sadat adalah penghianat besar. Berkhianat kepada perjuangan rakyat dan bangsa Arab, Sadat menjual negaranya kepada Israel. Keluarkan Mesir dari Liga Arab!

Hafez Assad, Presiden Syria, semula tidak memberikan reaksi apa–apa. Waktu Sadat bertemu Presiden Assad di Damaskus telah dijelaskan duduk persoalannya dan bagaimanapun juga akan pergi ke Israel. Assad pribadi dapat memahami strategi Sadat. Ternyata partai Baath, partai yang berkuasa di Syria, mendesak Assad untuk menentang kunjungan Sadat ke Israel. Ternyata partai Baath lebih berkuaa dari Presiden Assad dan cacianpun mengalir dari Damaskus ke Kairo.

Kemudian, Presiden Sadat didepan sidang parlemen Mesir tanggal 27 Nopember 1977 menuduh Presiden Assad dipengaruhi oleh partai Baath dan dibelakang partai Baath adalah Moskow. Begitu pula dibelakang Libya dan yang lainnya sudah terang, mereka tidak menginginkan situasi berobah di Timur Tengah. Dan saya (Sadat) telah memperingatkan Moskow beberapa kali untuk tidak mencampuri urusan dalam negeri orang lain!

Farouk Qaddumy, Sekjen PLO, menyebutkan Sadat bukanlah juru bicara rakyat bangsa Arab secara keseluruhan dan bukan pula utusan Palestina.

Al-Fahum, Ketua (The Nasional Palestinian Council) kunjungan Sadat ke Israel mengomentarinya dengan "menjatuhkan derajat bangsa Arab."

Abu Meizar, juru bicara PLO, Sadat menyerahkan dirinya untuk dirantai oleh Israel.

14. Media massa Komunis

Kantor Berita Tass, Uni Sovyet mengomentari dengan satu kalimat saja: ‘Sadat penghianat persatuan bangsa Arab".

Pravda, Uni Sovyet, Sadat menikam perjuangan rakyat Arab dari dalam dan menyerahkan diri kepada keinginan Amerika Serikat dan Israel.

Chekoslawakian Press, Presiden Sadat sudah tidak dapat dipercaya lagi, sudah mementingkan diri sendiri.

Bulgarian Press, Sadat meruntuhkan persatuan bangsa Arab yang telah dibangunnya dengan susah payah selama ini. Sadat naik membonceng kereta Amerika dan Transit di Tel Aviv.

Selain itu surat kabar harian yang terbit di Irak, Akjazair, Aden, Tripoli, dam Damaskus mengeluarkan kecaman pedas kepada Sadat. Mereka membentuk suatu badan kerja sama Anti Sadat dan konon kabarnya dikendalikan dari Moskow.

Jerusalem dan Palestina

Jerusalem adalah ibu kota Israel sekarang, dahulu Jerusalem adalah ibu kota Palestina dan sebuah kota bebas sebagai kota suci agama Yahudi, Islam dan Kristen.

Setelah perang Juni 1967, Israel telah menetapkan sebagai ibu kotanya dan membangunnya kembali dari reruntuhan perang. Sebelumnya adalah Tel Aviv (Yafo).

Kota Jerusalem terletak dilereng bukit, sebelah utaranya dikelilingi pegunungan Judean dan di selatan oleh gunung Bethel. Sebelah timur oleh gurun Judean terus kelaut mati, kebaratnya dikelilingi oleh pegunungan Hebron.

Jalan–jalan menghubungkan Jerusalem dan sekitarnya dengan Hebron, Bethelehem, Ramallah dan terus ke Nablus. Wilayah kota Jerusalem sebenarnya luas sampai kelembah sungai Yordan.

Yang pertama memberi nama Jerusalem adalah orang–orang Mesir pada abad ke 18 dan 19 sebelum Masehi (BCE). Namanya semula adalah "Rushahalimun". Pada abad 14 BCE, ditulis oleh El-Amarna dengan "Urusalim" dan oleh Assyrian "Ursalimmu" (Sennacherib inscription).

Didalam Bible ditulis dengan "Yrushlim" dan kadang–kadang disebut dengan "Yrushlym" (dibaca dengan "Yerushalayim"), kemudian untuk lebih mudah dibaca saja dengan "Jerusalem".

Dalam bahasa Yunani disebut dengan "Hierosolyma" artinya kota suci. Ada pula yang menyebutnya dengan "Irusalem" dan ada yang menyebutnya dengan "Shulmanu" (Kota Nabi Sulaiman) atau dengan "Shalim" dan "Shalom", kota damai. Yang populer sekarang dikenal dengan kota "Shalom" dalam bahasa Ibrani (Nebrew), atau Jerusalem saja.

Orang Arab Islam menamakannya Baitulmakdis (kota suci).

Penduduk aslinya disebut dengan Jebus atau Jebusite, hidup di zaman Qanaan. Jerussalem disebut juga sebagai kota Raja Daud (King David City).

Julukan bagi kota Jerusalem adalah "Kota Nabi-Nabi" (Madinah El Anbiya’), God’s City (Kota Tuhan), Holy City (Kota Suci), The City of Justice (Kota Keadilan & Hukum), City of Peace (Kota Perdamaian) dan Beautiful City (Kota yang indah) dll.

Memang, semua julukan bagi kota Jerusalem adalah tepat. Keindahannya termasuk dari 7 keajaiban dunia. Pyramide di Mesir juga termasuk dari salah satu keajaiban dunia.

Kota Tua (Old City) Jerusalem, oleh pemerintahan Israel tampaknya tetap dipelihara dan dirawat seperti aslinya. Bangunan modern didirikan dipinggir kota Jerusalem.

Lingkungan Mesjid Aqsa, Kubah Sakhra, Kota Raja Daud, Moslem Quarter, Christian Quarter, Jewish Quarter, Holy Sepulechre tetap dirawat dengan rapi dan bersih. Semua peninggalan dari zaman kuno sampai abad pertengahan disimpan dalam museum Jerusalem.

Kesan pertama bila menginjakkan kaki di Jarusalem, memang indah, bersih dan teratur. Dimana-mana tidak ada kertas berserakan, apalagi sampah. Sampah-sampah mesti ditarok dalam kantong plastik dan ditarok di depan rumah, pada jam tertentu datang mobil sampah untuk mengangkatnya, sama keadaannya dengan Negeri Belanda.

Konon dulu, sebelum Israel menguasai Jerusalem, kotanya amat kotor dan tidak teratur. Hampir sama keadaannya dengan keadaan di sekitar Masjid Al-Azhar di Cairo, termasuk daerah yang kotor. Tetapi Jerusalem sekarang memang lain. Selain serba indah dengan taman-taman, bersih dan mengagumkan. Pembangunan kota betul-betul direncanakan sesuai dengan master-plan pembangunan tatakota.

Sebuah uandang-undang menyebutkan, bagi siapa yang membuang puntung rokok, sampah, kertas dll di tengah jalan, dikenakan denda IL 60,- (enam puluh Lira Israel) setara dengan USA $4,- atau sekitar Rp. 1.460,-(kurs tahun 1977).

Penduduk Jerusalem amat disiplin. Tidak ada kata-kata basa basi. Semua sudah diatur serba cepat dan modern.

Pendatang baru (imigran Yahudi) dari Amerika Serikat, Eropa dan Uni Soviet, banyak mempengaruhi dan membantuk lingkungan. Hidup ala Amerika sudah tidak asing lagi disana, tetapi fanatic kepada agama mereka masing-masing, Yahudi, Kristen dan Islam.

Orang-orang Arab yang sudah diyahudikan sudah mempunyai tatacara kehidupan orang Yahudi imigran. Pokoknya mereka sudah merasa berada dalam lingkungan yang sama, sama-sama orang Yahudi.

Kebanyakan orang-orang Yahudi keturunan Arab diberikan lapangan kerja diberbagai hotel, perusahaan dan perkantoran. Umumnya orang-orang Arab disana mendapat kedudukan yang sama dengan orang-orang Yahudi. Disamping banyak juga sebagai pekerja kasar atau buruh di pelabuhan atau petani di daerah-daerah. Tampaknya diskriminasi tidak menonjol antara orang-orang Yahudi dan Arab. Tetapi bukan berarti orang-orang Arab tidak diawasi gerak geriknya.

Pra Sejarah

Jerusalem, dibangun pertama kali oleh Qanaan sebagai Raja pertama. Qanaan ini adalah putera Nabi Nuh yang durhaka kepada ayahnya. Dinasti Qanaan menurut sejarah, hidup sekitar abad ke 18 dan 19 sebelum Masehi (BCE).

Huruf pertama Yahudi disebut Al-Amarna Letters. Tulisan ini ada hubungannya dengan hiroklif di Mesir. Pharaoh (fir’un) dari Mesir waktu itu bernama Kasi (Cushite). Al-Amarna kemudian menjadi Habiru (Hebrew).

Kemudian Raja Jerusalem dipegang oleh Amorite dan diganti oleh Joshua, masih keturunan Qanaan. Dinasti Qanaan diganti oleh dinasti Benyamin. Ummat Yahudi disebut dengan Bani Israel.

Periode King David (Raja Daud) di bangunlah tempat ibadah (sinagog atau kuil) pertama orang Yahudi di Jeerusalem (1000 BCE). Raja Daud mendirikan kota ditengah Jerusalem yang bernama kota Daud. Sampai sekarang masih dapat dilihat bekas kota Daud tersebut.

Pada tahun 587 BCE datanglah ke Jerusalem Raja Babylonia. Sebelum kedatangan Babylonia pada tahun 536 BCE, Cyrus, Raja Persia datang ke Jerusalem dan mengeluarkan dekrit Judah.

Tahun 332 BCE Alexander yang Agung (Zulkarnain Yang Agung) menguasai Jarusalem, di zaman Hellenis. Ptolemy I, Raja Mesir ketika itu berusaha untuk menaklukkan Alexander, tetapi tidak berhasil.

Zaman Romawi, Jerusalem selama 61 tahun dikuasai oleh orang –orang Romawi. Diwaktu itulah dibangun pusat–pusat Gereja orang Kristen. Roman Aelia Capitolina, sebagai kota tua ummat Kristen masih dapat dilihat da Jerusalem hingga tahun 324 BCE, sampai meletusnya perang Salib.

Raja Constantine mendirikan perencanaan bangunan gereja–gereja besar untuk ummat Kristen di bukit Olives.

Theodosius II, membangun secara permanent apa yang disebut kota suci (Holy City) dalam tahun 444 – 60 BCE.

Dinasti Arab

Orang–orang Arab mulai menguasai Jerusalem pada Tahun 638 SM. Khalifah Umar bin Khattab pernah datang ke Jerusalem dan mendirikan Mesjid yang dikenal dengan Mesjid Umar, tidak jauh dari Mesjid Aqsa.

Khalifah Umayyah, mandirikan Kubbah Sakhra yang sekarang ini. Dikerjakan oleh Abdul Malik bin Marwan. (lihat, dibawah Kubbah Sakhra).

Pada tahun 1249 M, sesudah meninggal Al Malik Al Salih Ayyub, Sultan Mesir, digantikan oleh Al Malik Al Nasir Yusuf yang memerintah di Alleppo dan Damaskus.

Dalam zaman Mameluk inilah sekolah-sekolah Islam didirikan dengan megah (madrasah). Mesjid–mesjid dibangun dimana–mana, sehingga zaman Mameluk adalah zaman kemegahan Islam di Jerusalem.

Tahun 1376 Raja Al-Ashraf Sha’ban menguasai Jerusalem dan memerintah secara diktator.

Pada tahun 1520–1566 Raja Sulaiman I memerintah Jerusalem. Dizaman inilah pintu–pintu gerbang masuk mesjid Aqsa dibangun Bab El-Khalil (Jaffa Gate, sekarang) dibangun oleh Raja Sulaiman tahun 1537, begitu pula Bab Nabi Daud (Zion Gate, sekarang) dibangun dalam tahun 1538. Tahun 1540 diselesaikan pula pintu (Bab) El–Maghariba, Bab El–Rahmah, Bab El–Dahriaya dan Bab El–Taubah.

Untuk masuk ke Mesjid Aqsa harus hafal betul Gate (Bab) yang dilalui, kalau tidak niscaya akan tersesat. Untuk kembali ke pintu semula harus memutar sekitar 10 sampai 15 km.

Sesungguhnya tidak cukup dalam kaporan ini menguraikan sejarah Jerusalem secara keseluruhan dan harus memerlukan tempat yang khusus pula.

Kota Jerusalem sekarang ini wajahnya tidak banyak berobah, meskipun Israel tekah membangun gedung–gedung baru dipinggirnya. Bangunan kuno tetap di pelihara dengan baik.

Jerusalem sekarang ini sudah dijadikan pusat oleh Israel, dan dalam beberapa tahun yang akan datang wajah Jerusalem tentu lain.

Keadaan Cuaca

Suhu di Jerusalem berkisar 66 derajat F (19 derajat C) di bulan Oktober–Maret. Agustus berkisar sekitar 75 derajat F (24 derajat C) dan pada bulan Januari kadang–kadang sampai 50 derajat F (10 derajat C). Minimum temperatur mencapai 5 derajat C di malam hari pada bulan Desember, Januari dan Februari.

Jerusalem terletak dilingkungan gunung–gunung yang tingginya mencapai 650 – 700 m dari permukaan laut (2.230 – 2.300 ft).

Untuk mengairi kota Jerusalem Kementrian Pengairan Israel telah membangun penyulingan air bersih berkapasitas 53.000.000 cu ft atau 1.500.000 cu m setiap hari. Air diambil dari dataran rendah Ras El – Ain (Rosh ha-ayin, bahasa Hebrew) dan dari sungai Yoydan dekat laut mati. Air tersebut tidak saja untuk diminum tapi juga untuk pertanian dan pengairan (irigasi).

Penghasilan sesudah Tourist adalah pertanian dan industri. In come pemerintah yang paling utama adalah industri parawisata 45% pertanian 25% dan perdagangan 30%

Ekonomi Israel sangat ditunjang oleh bantuan luar negeri, terutama sektor militer dan pertahanan. Orang Yahudi dimana–mana mengumpulkan dana untuk membangun kembali Israel. Sesudah Israel menguasai Palestina dalam perang 1967, Israel sudah menunjukkuan kebolehannya dalam bidang industri dan pertanian. Gurun pasir yang memutih, kini sudah merobah Israel seperti Negeri Belanda, hijau dan subur oleh pepohonan. Pertanian sangat digalakkan.

Pembangunan kota–kota benar–benar direncanakan, sehingga tidak semrawut (acak–acakan) kelihatannya tidak seperti pembangun kota–kota di Mesir.

Pada umumnya bangunan modern di Israel, terutama di Jerusalem dibangun rata–rata bertingkat empat untuk perumahan penduduk. Untuk Hotel dan perkantoran tergantung pada keinginan. Hilton Hotel dan Plaza Hotel bertingkat 30, pokoknya gedung–gedung yang dahulu hancur diteror dalam perang, telah tidak tampak lagi dan sudah diganti dengan bangunan baru.

Agama Yahudi

Israel dengan orang Yahudi sangat fanatik kepada agamanya. Hampir setiap orang menjepit Kitab Taurat dan orang–orang tua Yahudi selalu berpakaian kebesaran agama Yahudi. Laki–laki berjubah panjang, bertopi kecil dan berjenggot sedangkan yang wanitanya memakai baju panjang warna hitam–hitam dan memakai tutup kepala.

Anak–anak diajar taat kepada Agama Yahudi dan semenjak kecil sudah ditanamkan rasa nasionalis bangsa Yahudi. Bahasa resmi yang dipakai adalah bahasa Hebrew atau Ibrani.

Agama Yahudi sekarang ini di Israel adalah mayoritas (3,5 juta), Kristen (1,5 juta) dan Islam (1,5 juta). Kebebasan menjalankan ibadah bagi agama masing–masing tetap dipelihara oleh Israel. Hari sucinya adalah hari Sabtu (Sabat) dan semua kantor dan toko di Israel ditutup.

Apabila masuk mesjid dan gereja selalu diperiksa oleh polisi dengan alat detektor yang dipasang didekat pintu masuk. Ini dilakukan oleh polisi Israel untuk menghindari jangan terjadi saboatase atau peledakan.

Penduduk Israel sekarang sudah mencapai 6,5 juta orang. Kebanyakan adalah imigran Yahudi yang berdatangan dari seluruh dunia. Mengenai imigran Yahudi ini yang agak banyak adalah dari Amerika Serikat, Brazil dan Negara Belanda. Dari Uni Soviet pun banyak, tetapi mereka ini diperlakukan khusus. Penduduk Jarusalem sekitar 500.000 orang (1977).

Inex Adria

Ada baiknya saya kemukakan sedikit tentang pesawat bersejarah yang membawa rombongan wartawan pertama dari Kairo.

Pesawat tersebut adalah Inex Adria Airways DC 9, Flight No. 2060, milik penerbangan swasta Yogoslavia. Kapasitas tempat duduk ada 115 kursi. Kapten pilot Mr. Bizjan, Copilot Mr. Ilej dan pramugarinya adalah Mrs. Cvikel, Mrs. Plahuta dan Miss Zupan.

Menurut keterangan dari Sales Managernya Mr Jure Podobnik, dalam penjelasannya ketika kembali dari Israel, bahwa pesawat Inex Adria ini adalah yang pertama dalam sejarah penerbangannya masuk ke Israel.

Izin istimewa diperoleh untuk mengangkut rombongan watawan dari Kairo. Yugoslavia sama sekali tidak mempunyai hubungan diplomatik dengan Israel. Pesawat secara kebetulan akan berangkat ke Beograd sewaktu diminta untuk pergi ke Israel. Oleh karena ke Isreal lebih penting, maka penumpang–penumpang yang akan kami bawa ke Beograd dipindahkan ke pesawat lain dan kami menyediakan diri ke Israel.

Pada mulanya, kata Jure, saya ragu–ragu untuk dapat menyetujui keberangkatan pesawat ini ke Israel. Sebab utama adalah pemerintah kami dan pusat perusahaan kami belum mengetahui sama sekali. Dalam tempo hanya setengah jam, kami minta persetujuan dari pemerintah Yugoslavia dan dari Direktur Perusahaan di Ljubljana. Untunglah dengan segera diberikan persetujuan. Setelah itu tinggal menghubungi penguasa penerbangan Israel.

Ini dilakukan oleh pemerintah Mesir, sehinga tidak menjadi urusan kami. Izin terbang nampaknya diberikan dengan Licensi dari penerbangan militer Israel, bekerja sama dengan perusahaan EL-AL. Pesawat kami boleh terbang ke Israel, tetapi tidak melintasi gurun Sinai. Kami diharuskan terbang ke Laut Tengah menuju pulau Cyprus dan dari sana bertemu dengan garis penerbangan ke Israel.

Perusahaan Inex Adria didirikan pada tahun 1961 dan sekarang sudah memiliki 8 buah DC 9, 3 buah DC 8, 6 buah DC 6 Aircraft, 5 buah Fokker 28. Inex Adria selain melayani penerbangan domestik, juga melayani penerbangan keseluruh Eropa dan melayani Charter–Flight menurut permintaan. Kebetulan kami datang dari Beograd atas Charteran dari JAT. Perusahaan penerbangan Yugoslavia.

Modal pertama perusahaan ini 60 milyar Dinar Yugoslavia sama dengan USA $1.820.000.

Mr Jure dalam kesempatan berbicara dengan saya mengatakan bahwa secara kebetulan pesawat DC 9 Inex Adria ini akan mengadakan penerbangan pertamanya ke Indonesia. Tepatnya pulau Bali, Denpasar. Mengangkut Tourist Yugo sebanyak 100 orang. Direncanakan berada di Bali pertengahan Januari 1978 selama seminggu.

Maksud hati kami, sewaktu terbang dari Ben Gurion ke Kairo akan dapat istirahat sejenak, setelah 3 hari dalam kesibukan yang nonstop. Kiranya niat kami tidak terlaksana, sehingga membikin kesalnya rekan–rekan Katsua Ueda dari Kyodo News Service, Norio Tokostumitsu dari Tokyo Broadcasting dan Krishnan Kumar dari All India Radio. Mereka mengomel tidak habis–habisnya, karena kesibukan lain telah terjadi pula didalam pesawat.

Wartawan–wartawan televisi Jan van den Bergh dari UARA Televisi Hirversum, bersama TV Perancis telah mengadakan shooting di pesawat. Semua wartawan yang ada di pesawat diambil satu persatu, sampai kepada Kapten pilotnya. Wartawan mengiterview wartawan telah terjadi di dalam pesawat ini.

Eric Rouleau, redaktur politik urusan Timur Tengah harian "Le Monde" yang terbit di Paris, menjadi sasaran pertanyaan wartawan-wartawan lainnya. Dia menguasai persoalan politik Timur Tengah, juga seorang yang sudah dianggap senior dan menguasai bahasa Arab dengan lancar.

Wartawan TV Mesir, Dr Nabil Saad mengadakan polling pendapat dan kesan–kesan dari semua wartawan yang mengikuti rombongan Presiden Sadat untuk disiarkan secara luas di TV Mesir pada esok harinya.

Ketika meninggalkan Kairo, pesawat Inex Adria sama sekali dalam keadaan kosong dengan barang–barang, akan tetapi setelah kembali dari Israel penuh dengan berbagai barang bawaan. Ada yang souvenir, ada radio, TV berwarna dan lain sebagainya. Akibatnya tempat duduk yang tadinya kosong, kini berobah diisi oleh penumpang lain, yaitu barang – barang bawaan! Ada – ada saja memang!

Disana-sini

Dalam perjalanan ke Israel yang menghabiskan waktu kurang lebih 60 jam itu, cukup banyak juga yang dapat dikemukakan. Kunjungan Presiden Anwar Sadat adalah suatu kunjungan yang sifatnya serba luar biasa, semua diperlakukan serba istimewa pula.

Kejadian-kejadian yang aneh dan kurang humornya terjadi selama kunjungan Presiden Anwar Sadat tersebut. Dibawah ini dikemukakan beberapa hal yang menarik perhatian.

Tolak Stempel Israel

Rombongan wartawan Mesir yang menyertai kunjungan Presiden Anwar Sadat ke Israel berjumlah 150 orang dari berbagai media massa, televisi dan radio serta kulumnis-kolumnis terkenal.

Bagi mereka disediakan sebuah pesawat khusus Boeing 707 Egypt Air. Rombongan wartawan Mesir diberangkatkan bersama dengan rombongan keamanan Mesir, Paswal Presiden Presiden Anwar Sadat.

Di Airport (Bandara) Ben Gurion, seorang petugas wanita Imigrasi bertanya: "Apakah kami boleh memberikan cap (stempel) pada paspor anda?". "Oh sorry, jangan", kata seorang wartawan Mesir dengan cepat. Buru-buru petugas wanita itu mengambil pass-gate warna hijau dan memberi cap disana kemudian menyelipkannya di dalam paspor sang wartawan Mesisr tersebut.

Setelah ditanyakan, wartawan Mesir ini memberikan penjelasan bahwa kunjungan mereka ke Israel adalah luar biasa sifatnya, oleh karena itu tentu perlakuan kepada kami juga luar biasa. Kalau paspor kami di cap, niscaya tidak akan berlaku lagi untuk negara-negara Arab lainnya bahkan di Mesir tidak akan dapat membuat paspor baru penggantinya.

Susah Mencari Nasi

Waktu rekan Katsua Ueda dari Kantor Berita Kyodo Jepang, hari pertama tiba di Israel merasa lapar, dia menderita penyakit tidak boleh terlmabt makan. Ketika ditanyakan kepada pegawai Hotel Diplomat, apakah disediakan menu nasi untuk makan malam, dijelaskannya maaf sama sekali kami tidak menyediakan nasi, yang tersedia hanya roti dan menu Perancis lainnya. Kesal juga dia dan saya menanyakan dalam bahasa Arab apakah di kota tidak tersedia warung nasi? "Hari ini Sabtu, hari libur resmi dan semua warung ditutup", jawab pegawai hotel. Maksud saya kalau ada warung Arab biasanya ada nasinya meskipun dimasak pakai minyak samin. Dengan sabar rekan kita dari Jepang itu terpaksa makan apa adanya saja.

Siang hari keeseokan harinya kami dibawa ke gedung Jerusalem Theater sebagai pusat kerja para wartawan (Press Center). Secara kebetulan saya melihat di Cafetaria, seorang Arab Palestina menjual nasi Mahsyi (nasi yang dibungkus dan dimasak dengan daun anggur), seperti lepat. Saya beritahukan rekan dari Jepang itu dan bersama-sama kami pesan nasi mahsyi itu dan makan sampai kenyang. Ternyata, harganya sebungkus IL 15,00 atau sama dengan USA 1,00 atau Rp 415,00.

Bertepuk tangan

Dalam sidang Knesset pada tgl. 20 Nopember 1977, dimana Presiden Anwar Sadat menyampaikan pidatonya. Para anggota Knesset telah diberitahukan lebih dahulu agar tenang dan tidak berteriak atau meneriakan jel-jel untuk menjaga ketertiban, yang dibolehkan hanya bertepuk tangan.

Ketika Presiden Anwar Sadat memasuki Knesset tepuk bergemuruh memenuhi ruangan selama 5 menit.

Sebelum Presiden Sadat berpidato, salah seorang anggota Knesset berdiri dan minta izin berbicara kepada Ketua Knesset Ichaque Shamire. Dengan halus Ketua Knesset meminta anggota Knesset yang terhormat itu untuk duduk kembali dengan tertib. Entah bagaimana, barangkali tidak memahami aturan yang sudah diumumkan sebelumnya, anggota tersebut selalu ngotot minta berbicara, dengan suara agak keras pimpinan sidang menegurnya dan meminta duduk kembali, kalau tidak akan dikeluarkan dari ruangan sidang dengan paksa.

Ternaya kemudian yang ingin berbicara itu adalah salah seorang anggota Knesset dari Partai Komunis Israel. Ada-ada saja.

Moshe Dayan Gelisah

Menteri Luar Negeri Israel, Moshe Dayan simata satu, dikenal sebagai Menteri Pertahanan di masa PM Golda Meir adalah orang yang paling banyak bergerak dan merobah sikap duduknya ketika Presiden Sadat menyampaikan pidatonya. Sikap bertopang dagu, menggaruk-garuk kepala, menoleh kekiri dan kekanan, bersandar kekursinya, menaikan kaki kanannya tampak amat gelisah dan berfikir keras. Lebih-lebih lagi ketika Sadat secara terus terang meminta Israel untuk mundur ke batas garis sebelum perang tahun 1967 dan meminta diberikan hak kemerdekaan kepada rakyat Palesstina untuk mendirikan negara yang berdaulat.

Kemudian diketahui bahwa Menlu Moshe Dayan menderita penyakit ambeyan.

Meneteskan air mata

Ribuan umat Islam yang ikut shalat Hari Raya Idul Adha di Masjid Al-Aqsha Jerusalem (Baitul Maqdis) pada hari Ahad tgl. 20 Nopember 1977, secara tidak sadar banyak yang meneteskan air mata, begitu terharunya akan kunjungan Presiden Anwar Sadat yang tidak mereka sangka-sangka itu. Suara gema takbir berkumandang dengan syahdu, Allahu Akbar.

Presiden Sadat ketika mendengarkan khutbah Iedul Adha dengan tidak disadari sempat meneteskan airmatanya dan mengusapnya dengan saputangan yang selalu dibawanya.

Selesai Shalat Ied, Presiden Sadat memberikan komentarnya kepada para wartawan dengan mengatakan: "Saya terkenang kepada almarhum Raja Faisal dari Arab Saudi yang dahulu berniat sama-sama shalat di Mesjid Suci ini".

Namun niat Raja Faisal yang dicetuskannya ternyata tidak kesampaian.

Penipuan ala Yahudi

Lain halnya dengan supir-supir Taxi di Israel, semuanya adalah orang-orang yahudi keturunan Arab dan ada juga warga Palestina. Mereka semua lancar berbahasa Arab. Taxi di Israel (baca Palestina) adalah Marcedes Benz Type 240D limosine, dipasangi radio yang dihubungkan ke pangkalan taxi, komunikasi antar mereka sangat lancar.

Ketika rekan-rekan wartawan Mesir dan Kuwait hendak pergi ke pusat kota (down-town) dengan naik taxi. Tanpa tawar menawar mereka langsung naik dan argometer diputar (manual), secara tidak sengaja saya melihat supir menempelkan sesuatu di argometer. Sampai di pusat kota argometer menunjukkan angka 30 artinya harus bayar 30 Lira Israel. Rekan dari Kuwait langsung mengambil uang sejumlah yang tercantum di argo, tetapi supir menolaknya sambil menunjuk kekertas yang ditempelkannya tadi. Ternyata yang mesti dibayar naik 100% atau duakali lipat yaitu LI 60,- Dengan perasaan dongkol dibayar juga setelah bertengkar lebih dulu. Seperti itulah akal bulus orang-orang Israel menipu. Ada-ada saja!

Penutup

Dalam penulisan laporan Mengikuti Presiden Anwar Sadat ke Jerusalem ini tentu banyak kekurangannya dan jauh dari sempurna.

Penulis mencoba mengungkapkan seadanya dan bagi penulis sendiri adalah suatu pengalaman yang berkesan sekali, karena ini adalah kunjungan penulis yang pertama ke Palestina dan secara kebetulan dapat mengikuti rombongan Presiden Anwar Sadat dari Mesir.

Apa yang diperoleh Presiden Anwar Sadat di Israel (Palestina) tidak lain adalah suatu perjalanan inisiatif perdamaian, perdamaian yang adil dan abadi, inilah tujuan kunjungan Presiden Anwar Sadat.

Sambutan-sambutan luar biasa telah ditujukan kepada Presiden Anwar Sadat sewaktu berada di Israel, bahkan dari segala penjuru dunia. Meskipun ada beberapa gelintir orang-orang yang tidak setuju kepada Presiden Anwar Sadat dan mereka diantaranya orang-orang komunis pro Moskow dan anti Presiden Anwar Sadat.

Tepat sekali apa yang diucapkan oleh Duta Besar RI di Cairo, Prof. Dr. Fuad Hassan kepada pers Mesir bahwa Presiden Anwar Sadat adalah The Best Man of the Year (orang besar tahun ini) dan ada yang mengusulkan kepada Presiden Anwar Sadat diberikan hadiah Nobel. (Zulharbi Salim, Antara Cairo)

Cairo, 30 Nopember 1977





























RIWAYAT PENULIS

Zulharbi Salim, dilahirkan di Pabalutan, Batusangkar, Sumatera Barat pada tanggal 7 September 1943. Menghabiskan lebih dari tiga dasa warsa (33 tahun) di Arab Saudi, Mesir, Suriah dan Eropa.

Pekerjaan sekarang adalah Ketua Dewan Pembina dan Pendiri Yayasan Wakaf Pondok Pesantren Modern AL-HARBI Pabalutan, Rambatan, Batusangkar, Sumatera Barat

Pendidikan : SR Pabalutan, Batu Sangkar, Sumatera Thawalib, Parabek Kulliyatuddiyanah, Parabek, Fak. Tarbiyah IAIN Imam Bonjol, Padang, Islamic University, Medinah, Saudi Arabia, Universitas Al-Azhar, Cairo, Mesir, Islamic Studies, Cairo, Fak. Darul ‘Ulum, Univ. Cairo, Fak. Tarbiyah, Univ. Ein Shams Cairo

Pengalaman Kerja:

1963-1964, Guru Sumatera Thawalib, Parabek; 1964-1969, Wartawan Harian Fakta dan Duta Masyarakat, Padang; 1965-1969, Wartawan Harian Aman Makmur dan Haluan, Padang; 1968-1969, Asisten Dosen IAIN, Padang; 1970-1977, Koresponden Antara di Jeddah dan Cairo; 1977-1982, Perwakilan/Wartawan LKBN Antara, Cairo; 1982-1984, Staf Liga Muslim Sedunia (Muslim Word Liague), Makkah, Saudi Arabia; 1984-1985, Staf PT Tetra Hedra (Consultant), Riyadh, Arab Saudi; 1985-1999, Staf Kedutaan Besar RI, Riyadh, Arab Saudi; 1999-2002, Staf Kedutaan Besar RI, Damaskus, Syria; 2003, Wakil Pimpinan Madrasah Sumatera Thawalib, Parabek, Bukittinggi; 2004, Ketua Yayasan Syekh Ibrahim Musa, Parabek, Bukittinggi; 2006, Ketua Dewan Pembina dan Pendiri Yayasan Wakaf Pondok Pesantren Al-Harbi, Pabalutan, Batusangkar

Aktivitas lain :

Wartawan & Kolumnis Harian Haluan dan berbagai media massa nasional dan internasional

Anggota Pimpinan Manasik Haji Luar Negeri (LUNEG) KBRI Riyadh

Anggota Security Forces Pengamanan Kunjungan Presiden RI ke Saudi Arabia 1991

Anggota Tim Pengamanan Pemulangan TKI/TKW dari Kuwait dan Saudi Arabia tahun 1990-1991 (Perang Teluk II)

Member Press Center International for Information Service of Egypt 1970-1981

Anggota Rombongan Pers Kepresidenan Anwar Sadat berkunjung ke Baitul Maqdis/Jerusalem tahun 1977 (VVIP)

Caleg PKS untuk DPRD Sumbar tahun 2004

Pengalaman Organisasi :

Ketua Umum Ikatan Pelajar Kuliah Diyanah dan Sumatera Thawalib (IPKST), Parabek

Pengurus Pelajar Islam Indonesia (PII), Cabang Padang

Pengurus HMI Cabang Padang

Advance Training Badko HMI Se-Sumatra di Medan

Pengurus Dewan Mahasiswa IAIN Padang

Pengurus KAMI Sumatera Barat Padang

Pendiri/Penyiar Radio Suara Mahasiswa Sumatera Barat (SMSB) KAMI

Anggota PWI Padang

Pengurus Persatuan Pelajar/Mahasiswa Indonesia (PPI) Medinah, Saudi Arabia

Pengurus PPI Mesir dan Timur Tengah

Perwakilan PP Muhamadiyah di Riyadh dan Damaskus

Anggota Muhammadiyah

Pembina dan Perwakilan PKS di Timur Tengah

Anggota PKS Kab. Agam

Ketua Dewan Majlis BKSPPI Sumatra Barat

Anggota MUI Sumatera Barat

Seminar dan Symposium:

Menghadiri Sidang Organisasi Konperensi Islam (OKI) Jeddah tahun 1970 dan di Cairo tahun 1975

Sidang Umum Tahunan Rabithah Alam Islami di Makkah 1969, 1981, 1982

International Open Talk TV of Egypt for Presiden Sadat Visit to Palestina, 1977

Seminar Islamic Foundation King Faisal Riyadh,1982

Seminar Islamic Dev. Bank (IDB) Jeddah, 1978

Seminar Fiqh Islam Rabitah Alam Islamy Makkah

Seminar Bahasa Arab Ma’had Abi Nur, di Damaskus

Seminar Kristenisasi dan Perobelamatikanya, Riyadh

Symposium Pendidikan Islam Internasional, Riyadh

Seminar Badan Kerjasama Pondok Pesantren Indonesia Pusat, 2003

Mudzakarah Nasional Tentang Pendidikan Formal dan Pondok Pesantren, Bekasi, 20-21 Sept. 2003

Kajian Peningkatan Serumpun Tentang Dakwah dan Pendidikan Islam, ABIM, Kuala Lumpur 2004

Seminar Serumpun dan Pengaruh Buya HAMKA di Malaysia, 2005

Seminar Internasional "Islam Menghadapi Perubahan Dalam Era Global" IAIN Imam Bonjol Padang 28 Nop. 2005

Seminar Pendidikan Islam di IAIN Imam Bonjol Padang, 2005

Seminar Pelaksanaan Hukum Islam berdasarkan ABS-BSK di Sumatera Barat, 2005

Seminar International For Education and Culture, 2005

Muzakarah Ulama se-Sumatera di Palembang, 4-6 Maret 2006

International Seminar "The Future of Islamic Civilization" IAIN Imam Bonjol Padang, 25 Nop. 2006, dll.

Karya Tulis, Priode Mesir :

Sekilas tentang Universitas dan Mesjid Al-Azhar Cairo

Sebuah Catatan dari Sinai

Darah Mengalir Di Mesjidil Haram

Jerusalem Yang Damai

Partai Politik di Mesir Dewasa ini

Pemerintah Otonomi Palestina Menurut Mesir, Israel dan AS

Dll

Karya Tulis, Priode Saudi Arabia, Syria :

Kemelut Irak Semakin Runyam

Merancang Zionis Raya

Pasca Perang Irak, Resiko dan Solusinya

Keberutalan Israel Hancurkan Palestina

Pelanggaran Sharon Atas Road Map

Normalisasi Hubungan Iran dan Mesir

Selayang Pandang Damaskus dan Sekitarnya

Sejarah Syria dan hubungan internasional

Dll

Negara-negara yang dikundjungi :

Singapura, Malaysia, Brunei Darussalam, Thailand, Srilangka, India, Pakistan, Arab Saudi, Mesir, Kuwait, Emirat Abu Dhabi, Dubai, Bahrain, Oman, Jordan, Suriah, Lebanon, Cyprus, Turki, Bulgaria, Yunani, Switzerland, Perancis, Austria, Jerman, Negeri Belanda, Belgia dan Inggris.

Orang Tua :

Ayah : Muhammad Salim Datuk Pandak

Ibu : Hj. Rasiah Binti Ma’min

Istri: Hj. Yusra Dalimi

Putra, Putri & Cucu :

Muhammad Razi, SKM, M.Sc. lahir di Cairo, 1975

Rahmi, S.Pd. lahir di Cairo, 1976

Irfan, Dpl.Com. lahir di Cairo, 1978

Amani, UNPAD, lahir di Riyadh, 1988

Hamdi, Pontren Husnayain Sukabumi, lahir di Riyadh, 1990

Aliya M. Razi, cucu, lahir di Jakarta 2005

Alamat : 1. Pondok Pesantren Modern AL HARBI,

Pabalutan, Rambatan, Batusangkar, Sumbar

2. Jl. Raya Taluak No. 9 Jambu Air,

Taluak IV Suku,

Kec. Banuhampu, Kab. Agam, Sumbar

Telp. (0752) 31722

Perumahan Jatijajar Blok C 10 No. 16

Cimanggis, Depok

Telp. (021) 87740611

Tidak ada komentar:

Posting Komentar