Selasa, 02 Juni 2009
Afghanistan dan Amerika
Afghanistan dan Amerika
Oleh : Zulharbi Salim *)
Beberapa dari para ahli strategi di Eropa meragukan kemungkinan keberhasilan Washington untuk menangkap Osama Bin Ladin “hidup atau mati”. Mereka berpendapat bahwa untuk menjatuhkan pemerintahan Taliban adalah pekerjaan yang musykil (amat sulit), namun adalh mudah untuk menangkap para pemimpin Al Qaeda.
Yang menjadi kendala utama dengan sulitnya menangkap Osama Ben Ladin karena Osama telah mengambil/membentuk kelompok cadangan jauh sebelum peristiwa 11 September hitam yl. Osama membangun dan mempergunakan tempat persembunyiaannya yang begitu banyak dan komples yaitu 45 buah “gua” diberbagai gunung-gunung batu di Afghanistan yang diperlengkapi dengan bahan anti peluru dan kedap radar. Sesuai dengan laporan CIA, dahulunya Amerika pernah ikut ambil andil dalam membangunan fasilitas Osama menentang Russia (Uni Soviet).
Dalam pada itu Osama mempunyai sindikat yang kuat dalam menjagi diri dan pasukannya untuk bergerak maju dan berpindah tempat dengan “sangat rahasia” dan mempergunakan system lobang “kelinci”. Disetiap lobang “kelinci” ditempati oleh personil Al Qaida antara 4 sampai 6 orang, dengan tujuan untuk mengelabui intel dan pemotretan spionase melalui satelit dan radar yang dilakukan Amerika dari jarak jauh.
Ditengah dilemma untuk mengetahui persis letakknya persembunyiaan Osama dan kecanggihannya dalam bidang teknis dan kerahasiaannya, para pemerhati dan ahli mengatakan bahwa “time” atau waktu bukanlah untuk kemaslahatan Washington, tetapi adalah menguntungkan bagi kepentingan pemerintahan Afghanistan. Seperti diketahui bahwa kompetisi berlangsung antara aliansi Utara yang siap untuk menggulingkan rezim Taliban di Afghanistan dengan para pendukung Taliban yang sewaktu-waktu dapat saja menggulingkan penguasa di Pakistan.
Tidaklah akan berhenti dalam kompetisi di lapangan tetapi akan berlanjut dengan kompetisi dalam bidang lain yaitu kompetisi “pemikiran”. Memang Amerika tidaklah berminat mengajukan pemikiran-pemikiran yang cukup besar ketika menggerakkan perlengkapan militernya. Yang penting bagi Amerika apa yang tercapai di medan tidak peduli apakah itu sesuai dengan rencana diatas kertas atau tidak. Tetapi skenerio lapangan berbeda dengan hasil yang dicapai dilapangan. Pasukan militer Amerika merasakan kesulitan mencapai tujuannya setelah lebih dari sebulan mengadakan operasi militer di Afghanistan. Osama Ben Ladin sulit untuk dideteksi apalagi untuk menangkapnya, sedang aliansi oposisi di utara yang diharapkan akan menggantikan Taliban belum siap.
Amerika berusaha mengumpulkan 7 tokoh perang Afghanistan, dan 4 diantaranya yang dianggapi penting yaitu Panglima Aliansi Utara Jend. Muhammad Fuhaim, mantan Presiden Afghanistan, Burhanuddin Rabbani, dia adalah dari suku Tajik, mantan Panglima Perang Afghanistan Qalbuddin Hikmatiar dan Panglima oposisi kiri dari Ozek, Jend. Abdur Rasyid Rustum yang mendapat pendidikan militer di Uni Soviet yang kemudian bergabung dengan mujahidin Afghanistan.
Diantara para pemimpin sekte-sekte itu tidak ada yang bisa bersatu. Mereka dapat bersatu mengusir pasukan Uni Soviet secara besar-besaran dan kemudian bertikai utk bertempur sesama mereka secara lebih besar lagi. Para piawai militer Amerika tidak akan sanggup mempersatukan kelompok-kelompok itu secara mudah. Satu-satunya cara adalah mendekati kelompok itu satu persatu dan memberikan dukungan kepada siapa yang bisa maju melawan Taliban.
Peta spionase di Afghanistan jauh lebih sulit dan besar dibandingan dengan Irak, Yugoslavia, Kosovo dan Bosnia. Menhan AS telah memerintahkan pasukan yang dikirim ke Afghanistan untuk dapat menangkap Osama Ben Ladin hidup atau mati, ibarat mencari jarum dalam tepung. Ada secercah harapan untuk mendorong pasukan aliansi utara untuk dapat menyelusup kedalam tepung untuk mencari jarum.
Dalam usaha lain kondisi geo-politik di Afghanistan dan rangka geo-strategi yang satu dan lainnya saling berkaitan. Di bidang komplik militer antara AS dan Afghan ada keterkaitannya antara komplik Washington-Moskow. Moskow merasa khawatir dan berusaha untuk menghalangi Washington menyalurkan minyak dari Azarbaijan untuk mencegah krisis harga minyak dunia yang akan terjadi. Dalam pada itu terdapat indikasi persekongkolan AS dengan melibatkan Eropa untuk melindungi kepentingannya di Turki, Iran dan Israel.
Sebelum dimulainya penyerangan AS ke Afghanistan, para pengamat ada yang berspekulasi bahwa AS akan melakukan serangan yang sama dengan perang Teluk kedu melawan Irak, akan tetapi skenerio yang sudah disusun sangat berbeda dengan apa yang dicapai dilapangan.
Tidak ada yang dapat memastikan bahwa penyelesaiaan Afghanistan akan menguntungkan AS, karena semua tindakan mengarah kepada kepedulian AS menyerang Afghanistan yang miskin untuk memecah belah pasukan Taliban dari dalam dan berusaha merangkul oposisi untuk mennggempur Taliban. Taktik pecah-belah ini akan diperkirakan dapat memporak-porandakan Taliban dan Taliban akan dapat menyerahkan Osama dan Al Qaeda dengan mudah, akan ini bisa dicapai dengan mudah?
Dikalangan Taliban memang ada pasukannya yang membelot, tetapi pasukan suntikan dari sukarelewan pro Taliban di Pakistan jauh lebih besar dari yang membelot. Taliban apabila mendapat tawanan “perang” langsung di dor lewat mahkamah kilat yang diadakan untuk itu.
Adakah ini sebagai salah satu cara penyelesaian ala Amerika yang tidak kuat ataukah penyelesaian politik Afganistan yang serba tidak menentu? AS meneyerang Afghanistan dalam keadaan “putus asa” dan akan terjadi seperti apa yang terjadi di Vietnam. Apakah AS akan membuat kancah peperangan ini seperti kancah peperangan di Vietnam?
Tidaklah mudah untuk menjawab dan meramalkan hasil pertanyaan diatas. Namun dapat diperkirakan bahwa harapan AS dalam perang Afghanistan tidaklah akan aberbeda dengan perang Vietnam. Pasukan Uni Soviet (kini Russia) saja sudah kangkat tangan dan tidak sanggup berperang di Afghanistan yang menyebabkan ratusan ribu prajurit merah itu hilang tidak tentu rimba di Afghanistan.
Semua itu terpulang kepada kondisi yang sebentar lagi sudah memasuki bulan Ramadhan, bulan Nopember yang sudah turun salju akan menjadi jawabannya.
(*Pemerhati masalah Timur Tengah, tinggal di Damaskus.
Oleh : Zulharbi Salim *)
Beberapa dari para ahli strategi di Eropa meragukan kemungkinan keberhasilan Washington untuk menangkap Osama Bin Ladin “hidup atau mati”. Mereka berpendapat bahwa untuk menjatuhkan pemerintahan Taliban adalah pekerjaan yang musykil (amat sulit), namun adalh mudah untuk menangkap para pemimpin Al Qaeda.
Yang menjadi kendala utama dengan sulitnya menangkap Osama Ben Ladin karena Osama telah mengambil/membentuk kelompok cadangan jauh sebelum peristiwa 11 September hitam yl. Osama membangun dan mempergunakan tempat persembunyiaannya yang begitu banyak dan komples yaitu 45 buah “gua” diberbagai gunung-gunung batu di Afghanistan yang diperlengkapi dengan bahan anti peluru dan kedap radar. Sesuai dengan laporan CIA, dahulunya Amerika pernah ikut ambil andil dalam membangunan fasilitas Osama menentang Russia (Uni Soviet).
Dalam pada itu Osama mempunyai sindikat yang kuat dalam menjagi diri dan pasukannya untuk bergerak maju dan berpindah tempat dengan “sangat rahasia” dan mempergunakan system lobang “kelinci”. Disetiap lobang “kelinci” ditempati oleh personil Al Qaida antara 4 sampai 6 orang, dengan tujuan untuk mengelabui intel dan pemotretan spionase melalui satelit dan radar yang dilakukan Amerika dari jarak jauh.
Ditengah dilemma untuk mengetahui persis letakknya persembunyiaan Osama dan kecanggihannya dalam bidang teknis dan kerahasiaannya, para pemerhati dan ahli mengatakan bahwa “time” atau waktu bukanlah untuk kemaslahatan Washington, tetapi adalah menguntungkan bagi kepentingan pemerintahan Afghanistan. Seperti diketahui bahwa kompetisi berlangsung antara aliansi Utara yang siap untuk menggulingkan rezim Taliban di Afghanistan dengan para pendukung Taliban yang sewaktu-waktu dapat saja menggulingkan penguasa di Pakistan.
Tidaklah akan berhenti dalam kompetisi di lapangan tetapi akan berlanjut dengan kompetisi dalam bidang lain yaitu kompetisi “pemikiran”. Memang Amerika tidaklah berminat mengajukan pemikiran-pemikiran yang cukup besar ketika menggerakkan perlengkapan militernya. Yang penting bagi Amerika apa yang tercapai di medan tidak peduli apakah itu sesuai dengan rencana diatas kertas atau tidak. Tetapi skenerio lapangan berbeda dengan hasil yang dicapai dilapangan. Pasukan militer Amerika merasakan kesulitan mencapai tujuannya setelah lebih dari sebulan mengadakan operasi militer di Afghanistan. Osama Ben Ladin sulit untuk dideteksi apalagi untuk menangkapnya, sedang aliansi oposisi di utara yang diharapkan akan menggantikan Taliban belum siap.
Amerika berusaha mengumpulkan 7 tokoh perang Afghanistan, dan 4 diantaranya yang dianggapi penting yaitu Panglima Aliansi Utara Jend. Muhammad Fuhaim, mantan Presiden Afghanistan, Burhanuddin Rabbani, dia adalah dari suku Tajik, mantan Panglima Perang Afghanistan Qalbuddin Hikmatiar dan Panglima oposisi kiri dari Ozek, Jend. Abdur Rasyid Rustum yang mendapat pendidikan militer di Uni Soviet yang kemudian bergabung dengan mujahidin Afghanistan.
Diantara para pemimpin sekte-sekte itu tidak ada yang bisa bersatu. Mereka dapat bersatu mengusir pasukan Uni Soviet secara besar-besaran dan kemudian bertikai utk bertempur sesama mereka secara lebih besar lagi. Para piawai militer Amerika tidak akan sanggup mempersatukan kelompok-kelompok itu secara mudah. Satu-satunya cara adalah mendekati kelompok itu satu persatu dan memberikan dukungan kepada siapa yang bisa maju melawan Taliban.
Peta spionase di Afghanistan jauh lebih sulit dan besar dibandingan dengan Irak, Yugoslavia, Kosovo dan Bosnia. Menhan AS telah memerintahkan pasukan yang dikirim ke Afghanistan untuk dapat menangkap Osama Ben Ladin hidup atau mati, ibarat mencari jarum dalam tepung. Ada secercah harapan untuk mendorong pasukan aliansi utara untuk dapat menyelusup kedalam tepung untuk mencari jarum.
Dalam usaha lain kondisi geo-politik di Afghanistan dan rangka geo-strategi yang satu dan lainnya saling berkaitan. Di bidang komplik militer antara AS dan Afghan ada keterkaitannya antara komplik Washington-Moskow. Moskow merasa khawatir dan berusaha untuk menghalangi Washington menyalurkan minyak dari Azarbaijan untuk mencegah krisis harga minyak dunia yang akan terjadi. Dalam pada itu terdapat indikasi persekongkolan AS dengan melibatkan Eropa untuk melindungi kepentingannya di Turki, Iran dan Israel.
Sebelum dimulainya penyerangan AS ke Afghanistan, para pengamat ada yang berspekulasi bahwa AS akan melakukan serangan yang sama dengan perang Teluk kedu melawan Irak, akan tetapi skenerio yang sudah disusun sangat berbeda dengan apa yang dicapai dilapangan.
Tidak ada yang dapat memastikan bahwa penyelesaiaan Afghanistan akan menguntungkan AS, karena semua tindakan mengarah kepada kepedulian AS menyerang Afghanistan yang miskin untuk memecah belah pasukan Taliban dari dalam dan berusaha merangkul oposisi untuk mennggempur Taliban. Taktik pecah-belah ini akan diperkirakan dapat memporak-porandakan Taliban dan Taliban akan dapat menyerahkan Osama dan Al Qaeda dengan mudah, akan ini bisa dicapai dengan mudah?
Dikalangan Taliban memang ada pasukannya yang membelot, tetapi pasukan suntikan dari sukarelewan pro Taliban di Pakistan jauh lebih besar dari yang membelot. Taliban apabila mendapat tawanan “perang” langsung di dor lewat mahkamah kilat yang diadakan untuk itu.
Adakah ini sebagai salah satu cara penyelesaian ala Amerika yang tidak kuat ataukah penyelesaian politik Afganistan yang serba tidak menentu? AS meneyerang Afghanistan dalam keadaan “putus asa” dan akan terjadi seperti apa yang terjadi di Vietnam. Apakah AS akan membuat kancah peperangan ini seperti kancah peperangan di Vietnam?
Tidaklah mudah untuk menjawab dan meramalkan hasil pertanyaan diatas. Namun dapat diperkirakan bahwa harapan AS dalam perang Afghanistan tidaklah akan aberbeda dengan perang Vietnam. Pasukan Uni Soviet (kini Russia) saja sudah kangkat tangan dan tidak sanggup berperang di Afghanistan yang menyebabkan ratusan ribu prajurit merah itu hilang tidak tentu rimba di Afghanistan.
Semua itu terpulang kepada kondisi yang sebentar lagi sudah memasuki bulan Ramadhan, bulan Nopember yang sudah turun salju akan menjadi jawabannya.
(*Pemerhati masalah Timur Tengah, tinggal di Damaskus.
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar